Pagi ini kau telah bersiap untuk kerja. Ketika kau membuka pintu, sebuah kotak putih ada didepan pintumu–lagi. Tapi kali ini lebih besar dan tanpa nama pengirim lagi. Ketika kau buka, isinya adalah sebuah payung lipat kecil bermotif buah-buahan. Dan kali ini kau mendapat sticky note berwarna kuning.
"My friend told me that today will be a rainy day."
Kau mengambil ponselmu dan melihat ramalan cuaca. Benar. Hari ini akan hujan lagi. Kau terpaksa menerima payung itu dan memasukannya ke dalam tas hitammu karena kau malas mencari payung didalam.
Setelah memasukan payung motif buah itu, kau bergegas mengunci pintu dan naik bus.
>•<
"Ini pesanannya," katamu sambil memberikan dua gelas kopi panas pada seorang pria.
Setelah membayar, pria itu membawa kopinya ke meja nomor 9 dengan seorang wanita yang tengah membuka laptop disana.
"Heh, ga usah ngelihatin mereka. Ntar pengen," goda Yuha.
Kau memberi hukuman pada Yuha dengan menyuruhnya bertukar posisi. Yuha kini bagian membersihkan meja atau mengantar pesanan, sementara kau yang menjaga kasir.
"Ga lah. Udah sana balik kerja. Tuh meja 14 belum lo bersihin," katamu sembari menunjuk meja nomor 14 dengan dagu.
"Ya deh," Yuha pun segera beranjak menuju ke meja itu.
Klinting.
Kau menatap datar pada pelangganmu yang ini.
Soonyoung.
"Pagi menjelang siang mbak. Hehe," sapanya.
"Mau pesen apa mas?"
"Saya dari pesen yang kayak kemarin aja ya mbak. Tapi jangan selama kemarin."
"Kopi sama coklat?"
"Bukan mbak."
"Trus apa?"
"Pesen mbak buat nemenin saya nunggu temen."
"Maaf mas. Saya gaada di menu."
"Ayolah mbak sekali lagi aja. Sama pesen coklat panas 3, roti bakar coklat satu sama keju satu."
Kau menghintung jumlahnya kemudian Soonyoung membayarnya.
"Mbak yang lagi bersih-bersih!" Soonyoung sepertinya memanggil Yuha.
Tapi suara menggelegar ke seluruh kafe.
"Kenapa mas?" Tanya Yuha.
"Gantiin jaga kasir bentar ya mbak. Mbak (y/n) nya lagi saya pesen buat nemenin saya."
Yuha tersenyum nakal ke arah mu, "iya mas. Bawa aja pesenannya."
Kau melotot ke arah Yuha. Tapi tak lama karena Soonyoung menarik tanganmu. Membawamu duduk ditempat yang sama seperti kemarin.
"Mas, saya belum buat pesenannya," katamu.
"Mbak kasir, tolong pesenan saya ya! Udah bayar kok tenang!" Teriak Soonyoung hingga membuat beberapa pelanggan menoleh.
"Mas, bisa ga, ga bikin saya malu?"
Soonyoung malah terkekeh, "cie malu cie."
"Bukan malu–tersipu. Tapi malu dilihatin orang."
"Kenapa emang?"
"Saya ga mau dianggep pacar mas."
"Kenapa? Emang ga mau apa sama cogan begini?" Soonyoung meletakan kedua jarinya—berbentuk pistol—ke dagunya.
Kau melengos kemudian melihat jam.
"Kenapa mbak? Mau kabur?"
Kau melirik Soonyoung, "kalo iya?"
"Yuk mbak kabur bareng."
Kau menaikan sebelah alis karena bingung.
"Kabur bareng ke pelaminan. Cia.."
Lagi-lagi kau hanya melengos.
"Mbak, ketawa napa?"
Kau menggeleng.
"Setidaknya senyum lah mbak. Saya serasa garing banget."
"Emang."
"Duh si mbak jahat amat."
"Emang."
Yuha membawakan pesanan Soonyoung sambil tersenyum miris.
"Kasihan juga nih cowok," batinnya sembari meletakan pesanan Soonyoung di meja.
"Makasih mbak~"
"Sama-sama mas~"
Kau menatap jijik ke arah Soonyoung yang Yuha yang menggunakan suara imut mereka untuk berbicara. Kemudian kau tertangkap Yuha tengah menatapnya dengan jijik. Kemudian muncul ide licik di kepalanya.
"Ih, gausah cemburu kali! Gue ga nikung lo kok. Kan gue cuman menanggapi mas nya ini," ucapnya sambil tersenyum licik.
Kau hanya bisa mengumpat dalam hati dan memberikan tatapan tajam kepada Yuha.
"Cie cemburu cie," goda Soonyoung.
"Gue ga cemburu. Balik kerja sana lo, Yuha. Saya balik kerja mas. Bye."
Kemudian kau meninggalkan Soonyoung dan Yuha yang saling bertatapan bingung.
>•<
"Heh, gue pulang dulu ya. Lo juga pulang cepet sono. Hujannya makin deres nih," kata Yuha sembari membuka payung ungunya, "gue pamit dulu ya! Bye!"
"Yoi," singkatmu.
Kau membuka tasmu dan mengambil payung motif buah itu.
"Siapa sih yang ngasih lo?" Katamu pada si payung.
Kau yang merasa bodoh karena bicara pada payung lantas membuka payung tersebut dan keluar dari kafe. Setelah mengunci pintu, kau berjalan meninggalkan kafe menuju ke halte.
Setelah menaiki bus menuju ke rumah, lagi-lagi sebuah paket berwarna putih muncul. Kau mengambilnya dan membaca sebuah sticky note berwarna hijau diatasnya.
"Dipakai ya"
>•<