Hosh menambahkan anda dengan ID.
Hosh
Halo mbak~Sp y?
Hosh
Soonyoung mbakG knl
Hosh
Dih gitu ㅠㅠTau ID sy dr sp?
Hosh
Dari mbak Yuha
HeheOh
Hosh
Singkat banget sih mbakY biar
Hosh
Mbak katanya hari ini kafe
tutup ya?Y
Hosh
Mbak di rumah?Y
Hosh
Jalan kuy mbakG
Hosh
Telat saya udah di depan pintuBohong
Hosh
Nih ya saya ketukRead.
>•<
Tok.tok.tok.
Kau yang tengah bersantai di sofa ruang tamu lantas terlonjak. Soonyoung benar-benar berada didepan pintu. Sungguh kau hari ini hanya ingin bermalas-malasan di rumah.
Kau beranjak dari sofa dan segera membukakan pintu. Terlihatlah Soonyoung yang tengah tersenyum hingga matanya hanya terlihat seperti garis melengkung.
"Saya ga bohong kan? Hehehe."
Kau hanya menatapnya datar sambil menyilangkan lengan di dada.
"Ayo mbak."
"Ga. Saya ga mau pergi."
"Kenapa~?" Soonyoung berpura-pura memelas.
"Saya capek. Mau istirahat."
Soonyoung tampak berpikir.
Dan perasaanmu tidak enak.
"Yaudah mbak saya main disini aja hehehe."
Nah kan.
"Mau ngapain disini?"
"Saya ada bawa flashdisk nya Mingyu."
"Mingyu siap–eh bukan–emang flashdisk buat apa?"
"Jaga-jaga kalau kita ga bisa nonton diluar."
Terniat.
"Mbak, udah sarapan?"
Kau hanya melamun dan menggelengkan kepala.
"Oh ya udah kuy masak bareng," Soonyoung menarik tanganmu masuk ke dalam rumah.
>•<
Hari ini, kau sedikit terhibur dengan adanya Soonyoung. Biasanya kau hanya akan bermalas-malasan, menonton tv, streaming, makan apa saja. Tapi dengan adanya Soonyoung, kau jadi tak merasa sendiri.
Setelah acara masak-memasak dan makan, kalian lantas menonton film yang Soonyoung bawa dengan flashdisk, kemudian kalian bermain uno stacko milik Yuha yang sempat tertinggal, dan sekarang kalian tengah bermain truth or dare.
"Truth or dare?" Tanya Soonyoung.
"Dare."
"Simple deh. Ambilin saya album foto mbak waktu kecil."
Kau melotot ke arah Soonyoung.
"Harus terima mbak. Situ sendiri yang milih dare. Hehe."
Kau dengan terpaksa harus berdiri dan mengambil album fotomu di kamar. Kemudian memberikannya pada Soonyoung.
Ia tampak gemas dengan foto-fotomu. Kemudian setelah halaman terakhir, ia tampak berpikir sebentar kemudian mengulang halamannya.
"Kenapa?" Tanyamu.
"Mbak suka banget ya sama warna item putih?"
"Iya."
"Sejak SD?"
"Iya."
"Tau ga mbak? Warna item putih itu kadang bikin kita kelihatan keren dan kadang kelihatan suram."
"Saya suram gitu?"
"Iya. Sesekali pakai warna lain lah mbak. Karena hidup itu ga selamanya item putih. Warna lain kan banyak. Kadang ya mbak, pelangi itu membawa keceriaan setelah hujan yang suram."
Kau diam.
"Saya sok bijak ya?"
Kau menggeleng pelan.
"Yaudah lah mbak lanjut aja."
"Ok, truth or dare?"
"Dare hehe."
"Saya tantang mas jawab jujur."
"Yah si mbak.."
"Kenapa mas ga terganggu sama saya?"
"Maksudnya?"
"Orang lain yang baru dekat dengan saya itu pasti ga suka dengan sifat saya yang begini. Dulu Yuha juga gitu. Tapi, kenapa mas ngga?"
"Oh, simple sih. Saya udah tau mbak dari lama sebenernya. Tapi ga tau kenapa emang saya ga terganggu sama orang-orang introvert. Temen saya yang pernah ke kafe aja anaknya introvert."
Kau ingat pria yang pernah menemui Soonyoung itu.
"Sebenernya ada satu alasan lagi."
Kau langsung memandang Soonyoung meminta jawaban.
"Tapi saya ngomongnya ga sekarang. Hehehe."
Kau melengos dan mengambil album fotomu kembali.
Kemudian, sebelum pulang, Soonyoung bertanya padamu tentang pilihan dua warna yang bukan monochrome.
Merah muda atau biru muda.
Dan kau hanya menjawab "atau" kemudian menyuruhnya pulang.
>•<