"Ayo mbak, naik," ucap Soonyoung setelah memberikanmu helm.
Kau meraih helm tersebut dan memakainya. Setelahnya kau naik ke motor Soonyoung.
"Pegangan lah mbak."
Kau mendengus, "kamu mau ngebut?"
"Ngga sih."
"Ya udah ga perlu pegangan. Kalo mas pelan-pelan kan saya juga ga bakal jatuh."
"Iya ok ok."
Kemudian Soonyoung melajukan motornya perlahan. Melewati jalanan yang masih ramai dibawah lampu jalanan. Kau juga bisa merasakan angin malam yang menyejukan.
Kau senang Soonyoung mengantarmu. Karena ketika menaiki bus, suasana seperti ini tidak kau dapatkan.
Tak lama, kau menyadari sesuatu. Soonyoung melewati jalan lain. Sepertinya bukan mengarah pada rumahmu.
"Mas? Kita mau kemana?"
"Ada deh hehehe."
Kali ini kau tidak mendengus atau melengos. Tapi kau tersenyum kecil.
Keberadaan Soonyoung sekarang bukanlah gangguan bagimu. Karena sekarang kau mulai menerimanya. Ia telah mendatangkan warna-warni pada hidup setelah sekian lama hanya berwarna abu-abu.
>•<
Soonyoung memberhentikan motornya dan menarikmu menuju ke bukit. Jujur, kau merasa takut. Entah kenapa.
Soonyoung tiba-tiba berhenti melangkah dan menoleh padamu, "mbak kalo takut bisa pegangan tangan saya," kemudian ia menggenggam tanganmu erat.
Kalian melanjutkan perjalan hingga diatas. Itu bukit yang tak terlalu tinggi. Bahkan puncak ini, kau dapat melihat langit penuh bintang tanpa terhalang pepohonan.
Kau melihat ke sekitar. Rasanya kau pernah datang kesini. Mungkin dengan orang tuamu? Atau Yuha?
"Mbak? Bengong kenapa?"
Kau langsung menatap Soonyoung dengan sedikit senyuman, "gapapa."
"Suka ga mbak disini?"
"Iya. Cantik banget."
"Sama kayak mbak."
"Apaan sih."
"Hehehe. Mbak, saya ngajak kesini karena mau tanya sesuatu. Boleh ga?"
"Ngga."
"Ih mbaknya."
"Boleh lah."
Soonyoung terkekeh. Lalu ia mendekatimu.
Dan berbisik, "mau ga jadi pacar saya?"
Kau yang terkejut langsung menengok. Namun kepalamu malah terbentur wajah Soonyoung yang membuat kalian sedikit menggerang.
Kau melihat Soonyoung yang tengah mengelus-elus pipinya. Ia terlihat mengumpat tapi hanya dengan gerakan bibir. Kau tersenyum kecil. Dia sangat lucu.
Soonyoung tersadar kau melihatnya segera menengok, "sakit mbak."
"Ya sama."
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Pertanyaan saya."
Kau terdiam sebentar untuk berpikir. Sementara Soonyoung terlihat berkeringat.
"Mbak. Jawabnya jangan lama-lama atuh. Keburu—" "ya."
"Eh?" Ia bingung.
"Ya. Udah kan? Ayo pulang."
Soonyoung diam. Terlihat berpikir. Kemudian ia menatapmu dengan mulut terbuka. Di wajahnya terukir raut kebahagian. Ia tersenyum lebar hingga matanya terlihat hanya garis melengkung.
Kau yang melihat reaksi Soonyoung hanya tersenyum simpul. Tapi kau yakin pipimu terlihat sedikit memerah.
"Yodah ayo pulang!" Soonyoung menarik tanganmu dan berjalan turun dengan terburu-buru.
Kau yang takut hanya bisa memukul-mukul tangan Soonyoung dan kemudian pasrah.
>•<