Keluarga Pak Hanan sedang duduk berkumpul diruang keluarga untuk membahas pernikahan anak sulung mereka, Daffa. Ini adalah untuk ketiga kalinya keluarga Pak Hanan membahas tentang pernikahan Daffa yang selalu ditolak dengan alasan yang sama. Bedanya pada malam ini adalah adanya Aufa si bungsu yang tidak pernah tahu perihal itu dan sukses membuat gadis kecil nan manja si Aufa terkejut.
"kenapa selama ini Adek tidak pernah tahu?"tanya Aufa seraya bersedekap
"dulu kamu bocah, belum tahu apa-apa tentang ini"jawab Najma yang membuat Aufa melotot
"Kakak... Adek... sudah, Mama dan Papa tidak mau mendengar kalian berantam malam-malam begini"peringat Mama Aisya yang langsung diiyakan oleh Najma dan Aufa, terbukti karena mereka langsung diam dan kembali memperhatikan Papa Hanan
"bagaimana Bang?"tanya Papa Hanan karena Daffa tak kunjung menjawab
"Abang belum siap Pa"jawab Daffa dengan wajah memelas
"dulu ketika umur Abang 20 sampai 23 tahun, Papa bisa terima kamu belum siap menikah. Tapi sekarang umur Abang sudah 25 tahun, Papa tidak bisa menerima jawaban Abang yang mengatakan Abang belum siap untuk menikah"
"tapi Abang memang belum siap Pa"
"lalu kapan Abang akan siap? Ketika umur Abang 30 tahun, begitu?"
"Pa..."
"Abang... Abang sadar tidak sih umur Abang sudah dewasa, Abang juga sudah mempunyai penghasilan sendiri sekarang, Abang sudah pantas untuk menikah"
"tapi Abang___"
"apa sih yang membuat Abang belum siap untuk menikah?"kali ini Mama yang bertanya
"Abang belum punya calon istri yang sesuai dengan hati Abang, Ma..."jawab Daffa dengan suara pelan yang membuat semuanya tertawa bersamaan
"Astaghfirullahaladzhim Abang... anak Mama yang ganteng ini tidak memiliki calon? Memangnya tidak ada gadis yang menyukaimu Bang?"goda Mama diselingi tawa
"yang suka sama Abang banyak Ma... tapi harus bagaimana, Abangnya tidak suka!"jawab Aufa menyudutkan Daffa
"anak kecil diam!"ujar Daffa seraya mengacak-acak rambut Aufa
"Abangggg..."geram Aufa yang membuat Daffa terkekeh
"Astaghfirullah Adekkk... kenapa sih tidak pernah mendengarkan Mama, jangan teriak-teriak dong sayang"
"iya Ma, iya-iya... Adek minta maaf"
"yasudah kalau begitu biarkan Mama yang mencarikan calon istri untuk Abang"putus Mama cepat yang membuat Daffa langsung melihat kearah Mama dengan wajah lelahnya
"tidak perlu Ma, Papa sudah punya calonnya. Besok kita akan jumpa dengan keluarganya"ujar Papa yang semakin membuat Daffa tidak berdaya untuk menolaknya lagi
Mama, Najma dan Aufa pun ikut terkejut karena ternyata Papa sudah menyiapkan calon untuk Daffa dari jauh hari, itu bertanda bahwa Papa benar-benar menginginkan anak sulungnya untuk segera menikah.
"siapa namanya Pa?"tanya Mama penasaran
"Balqis, Atika Balqis Azizah. Anaknya Mas Ibrahim teman lama Papa, Ma. Yang pernah Papa ceritakan dulu, Mama masih ingat kan?"jawab dan tanya Papa
"Mama lupa, Pa"
"masa Mama tidak ingat sih? Kita pernah berjumpa dengan mereka tidak sengaja dirumah sakit ketika menjenguk teman Mama waktu itu, sudah ingat tidak?"
"ahh iya Pa, Mama sudah ingat. Jadi anak Mas Ibrahim itu yang menjadi calon menantu kita Pa?"
"iya Ma"
Najma dan Aufa hanya diam medengarkan pembicaraan kedua orang tuanya yang membahas calon istri untuk abang mereka, dimana sebentar lagi perempuan yang dimaksud Papa akan menjadi bagian dari keluarga mereka. Begitu pun dengan Daffa, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya disandaran sofa seraya melihat kearah orang tuanya yang sedang berbincang, sedangkan pikirannya saat ini sedang membayangkan wajah seseorang yang dikasihnya.
Aufa menyikut siku Najma agar kakaknya itu ikut melihat kearah pandangannya, yaitu Daffa yang tampak termenung walaupun tatapannya mengarah kepada orang tua mereka.
"Pa... Ma... bagaimana jika seandainya gadis itu tidak sesuai dengan keinginan Abang?"tanya Aufa yang membuat semua mata mengarah kepadanya termasuk Daffa
"tidak sesuai keinginan bagaimana maksud Adek?"tanya Papa yang membuat Aufa terdiam tidak tahu harus menjawab bagaimana pertanyaan itu
"Balqis gadis yang baik, pendidikannya tinggi, ilmu agamanya juga dalam, wajahnya juga tidak kalah cantik dari perempuan-perempuan muslimah yang Adek lihat selalu diYoutube. Kurang apa lagi?"
"maksud Adek, bagaimana jika Abang tidak jatuh hati pada gadis itu Pa?"
"cinta akan tumbuh sendirinya seiring berjalannya waktu Dek, Papa sama Mama dulunya tidak saling kenal, tapi... Alhamdulillah kami bahagia dan masih bertahan sampai sekarang dan InsyaAllah akan terus bertahan sampai Allah Ta'ala memisahkan kami dengan maut"jawab Papa seraya menggenggam tangan istrinya
"yasudah, sekarang Papa tanya sama Abang, istri seperti apa yang Abang inginkan?"tanyaPapa lembut pada Daffa yang dibalas senyum oleh Daffa
"Abang menginginkan istri yang dapat membuat Abang nyaman saat bersama dia, damai ketika melihatnya, dan merasakan jantung yang berdetak cepat ketika berdekatan dengannya Pa..."jawab Daffa sembari mengingat setiap hal yang dirasakannya pada gadis itu
Papa Hanan, Mama Aisya, Najma dan Aufa terdiam setelah mendengar jawaban Daffa. Daffa yang tidak mendapatkan reaksi apa-apa dari kedua orang tuanya dan kedua adiknya pun melihat kearah mereka dengan kebingungan.
"tanyakan pada gadis itu kapan Papa dan Mama bisa datang kerumahnya?"ujar Papa Hanan dengan tegas tidak terbantahkan
"Papa serius?"tanya Daffa memastikan
"tidak ada untungnya Papa bohong, Papa tunggu jawaban secepatnya!"
"ayo Ma kita istirahat, pembahasan ini sudah selesai sampai disini. Kakak dan Adek juga ayo cepat tidur, sudah larut malam"tambah Papa
"Abang juga tidur sana, jangan memikirkan lagi masalah ini"
"iya Pa..."jawab Daffa, Najma dan Aufa barengan
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah Rindu
SpiritualBenarkah namaku yang selama ini berada dalam setiap doamu? Bolehkah aku berteriak sekencang-kencangnya agar semuanya tau bahwa aku sangat-sangat bahagia?! Bahkan aku seperti bermimpi. 💜💜💜