Lamaran (12)

74 4 0
                                    



Keluarga Pak Hanan dan beberapa orang penting di kampung berkunjung ke kediaman Pak Yahya dalam rangka lamaran. Yaitu anak sulungnya Pak Yahya yang sekarang ini berusia dua puluh tahun. Daffa sebagai calon ikhwan yang ingin melamar anak gadisnya Pak Yahya tidak ikut hadir bersilaturrahmi karena merupakan keinginannya sendiri.

"jadi seperti itulah Pak Yahya, maksud kedatangan kami kesini ingin melamar anak gadis Bapak untuk anak sulung kami"ujar Pak Hanan serius

"kami menerima dengan baik maksud kedatangan Pak Hanan sekeluarga ketempat kami, sebagai orangtua kami pun bahagia karena anak gadis kami dipinang oleh keluarga Bapak yang memang sudah dikenal merupakan dari keluarga baik-baik. Namun kami berdua tidak dapat berbicara banyak Pak Hanan, dikarenakan putri kami yang usianya masih muda dan sedang melanjutkan pendidikannya. Maka, yang berhak memberikan jawaban adalah putri kami sendiri Pak Hanan"jawab Pak Yahya yang juga disertai senyum

"Ma, tolong panggilkan anak kita dan bawa dia kesini"pinta Pak Yahya pada istrinya

                  Istri Pak Yahya pun baranjak dari sana untuk memanggil anak gadisnya setelah sebelumnya meminta izin pada tamu yang hadir.

                  Pak Yahya bertanya pada Pak Hanan alasan Daffa ingin meminang anak gadis mereka yang ilmu agamanya masih rendah,  dan tidak secantik anak-anak gadis lainnya, serta bukan dari keluarga yang berada. Namun jawaban dari Pak Hanan malah membuat Pak Yahya tersentuh sekaligus bahagia.

                  Tiba-tiba Pak Yahya menjadi resah karena mengingat jawaban apa yang akan diberikan oleh anak gadisnya atas lamaran ini, bukan tidak mungkin putrinya akan menolak lamaran ini, karena sebelum-sebelumnya sudah banyak ikhwan yang datang melamar namun semuanya ditolak oleh putrinya dengan alasan masih ingin bermain dengan teman-temannya dan sedang melanjutkan jenjang pendidikan.

                  Dengan memikirkan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan dijawab oleh anaknya, istri dan putrinya pun datang dan duduk disampingnya. Gadis itu menyalami tangan istri Pak Hanan dengan lembut seraya memamerkan senyum pada semua tamu yang ada..

"Khansa?"panggil Pak Hanan pelan yang dijawab oleh Khansa dengan pelan pula

"kamu sudah tahukan maksud kedatangan kami kesini itu untuk apa Khansa?"tanya Pak Hanan yang dibalas anggukan sebagai jawaban

"jadi bagaimana, apakah nak Khansa mau menerima lamaran dari Daffa?"

                  Khansa terdiam memikirkan jawaban apa yang harus dijawabnya. Sedari Mama masuk kedalam kamarnya sampai sekarang dirinya masih terus memikirkan jawabannya, begitu banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ketika ia menerima maupun menolak lamaran tersebut.

"Khansa?"panggil Mama seraya mengelus punggung putrinya dengan sayang

"iya Ma, Khansa menerima lamaran Mas Daffa!"jawab Khansa pelan seraya menatap kedua orang tuanya

"Alhamdulillah..."ucap semuanya dengan bahagia

"jadi, kapan Pak kita membahas mengenai pernikahan dan lainnya?"tanya Pak Hanan yang sudah tidak sabar

"kami berdua kapan saja bisa Pak"

"yasudah kalau begitu nanti saya kabarin Pak Yahya lagi, waktu yang tepat untuk membahas mengenai pernikahan ini"

"baik Pak Hanan, kami akan menunggu kabar secepatnya"

                  Khansa terdiam memikirkan kembali pembicaraannya dengan Daffa malam kemarin, awalnya Khansa tidak ingin menjawab telfon dari Daffa, namun karena Daffa mengiriminya pesan yang isinya bahwa ingin mengatakan hal penting, maka jadilah dirinya menjawab telfon dari Daffa.

Mahabbah RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang