"Nayla?"panggil Daffa lembut
"iya Mas?"
"ada sesuatu yang ingin Mas tanyakan"
Khansa yang sedang menata pakaian di lemari menjadi bertanya-tanya perihal apa yang akan ditanyakan oleh suaminya itu pun memilih melihat kearah suaminya yang berada dibalkon kamar seraya meminum teh hangat buatannya, namun hanya sesaat karena setelahnya Khansa kembali memasukkan pakaian yang dilipatnya tadi.
"apa yang ingin Mas tanyakan?"tanya Khansa setelah duduk dihadapan Daffa
"adakah yang kamu sembunyikan dari Mas tentang Adek?"
"maksud Mas?"Daffa diam seraya menatap istrinya dengan lembut
Ditatap lembut seperti itu oleh suaminya, Khansa pun bangun dari duduknya lalu berjalan kearah suaminya dan duduk tepat disamping Daffa. Khansa merebahkan kepalanya di bahu Daffa seraya melihat langit-langit malam yang cerah penuh dengan bintang yang bertaburan.
"Aufa telah jatuh cinta pada pandangan pertama Mas"ujar Khansa memulai ceritanya
"sejak Nayla mengenal Aufa, tidak pernah Nayla melihat Aufa seperti itu Mas, dia benar-benar mencintai Ustad itu sehingga rela mengikhlaskannya untuk memilih pasangan hidup yang sesuai pilihan hatinya yang akan membuat Ustad itu bahagia, dan Aufa pun akan mencoba untuk ikut bahagia karenanya"
'ternyata Adekmenyukai seorang Ustad?'batin Daffa bertanya
"sudah lama Aufa mengatakan pada Nay, bahwa dia ingin berubah menjadi seperti yang diinginkan oleh lelaki itu, menjadi lebi baik. Namun kenyataan yang terjadi seakan menampar kesadaran Aufa bahwa ternyata dia bukan lah seseorang yang diinginkan olehnya Mas"tambah Nayla melanjutkan ceritanya, sedangkan Daffa tetap diam mendengarkan sampai dirasanya cerita isterinya selesai. Hal itu dilakukan karena Daffa ingin menjadi suami yang baik, yaitu mendengarkan segala sesuatu yang menjadi keluh kesah dan cerita isterinya sampai selesai, baru setelahnya ia memberikan tanggapan yang sesuai
"Nayla tidak tau kapan tepatnya Ustad itu menyukai Latisha, Mas. Padahal yang selama ini dekat dengannya adalah Aufa, bahkan Nay sempat berfikir mereka akan bersama nantinya"
Nayla lalu melihat kearah suaminya dengan mata berkaca-kaca, Daffa yang melihatnya langsung menyentuh pipi isterinya dengan lembut seraya mengusapnya perlahan.
"Aufa mencintai Ustad Hamlan, Mas!"lirih Nayla disertai buliran air mata yang mengalir dipipinya
Deg...
Perkataan Nayla membuat jantung Daffa berhenti seperkian detik, namun setelahnya kembali berjalan dengan normal. Daffa mengusap buliran bening dipipi isterinya dengan lembut dan memberikan senyuman manis untuk menenangkan nya. Karena tangisan Nayla yang pecah pun akhirnya membuat Daffa memeluk isterinya untuk memberikan kehangatan dan kenyamanan serta menenangkan nya agar berhenti bersedih. Dirinya mengerti, isterinya memang sangat perasa dan pengasih, hatinya terlalu lembut sebagai perempuan berbanding terbalik dengan sikapnya, karena itulah mengapa istrinya tidak menyukai drama sad ending karena baru permulaan saja sudah membuatnya mengeluarkan air mata, bagaimana jika di akhir? Sudah jelas emberlah yang dibutuhkan.
"udah dong sayang... jangan nangis terus, Adek juga kan sudah ikhlas!"ujar Daffa lembut
"hiks.. hikss... Aufa memang sudah ikhlas Mas, tapi tetap saja Nay enggak bisa berhenti nangis, Nay enggak habis pikir kenapa Ustad Hamlan tega melukai hati Aufa seperti ini!"
"padahal selama ini Aufa yang selalu ada disamping Ustad Hamlan dan mensupportnya dalam kondisi apapun. Walaupun mereka belum lama kenal, tapi Nay yakin sebenarnya Ustad Hamlan juga menyukai Aufa, tapi ternyata Ustad Hamlan malah melamar Latisha yang selama ini tidak kami ketahui bahwa mereka memiliki hubungan! Hiks.. hiks... kenapa sih Mas, Ustad Hamlan harus seperti itu?"
"apa kurangnya Aufa, dia gadis yang cantik, baik dan juga ceria Mas. Aufa juga gadis yang shalihah Mas..."
"hiks.. hikss..."
"sayang, dengarkan Mas. Adek adalah gadis kuat, dia enggak akan lemah hanya karena ini. Lagi pun, Adek memilih Pesantren untuknya berdiam diri dan memikir ulang kesalahan apa yang telah diperbuatnya, itu adalah pilihan yang sangat tepat. Mas yakin Adek sedang ingin berbenah diri disana, mungkin Adek telah jauh dari Allah SWT sehingga Dia menguji Adek agar kembali dekat dengan-Nya"ujar Daffa lembut namun tegas
"semua ini sudah menjadi kehendak Allah SWT, kita sebagai hamba-Nya harus bersyukur dan ikhlas menerima ketetapan-Nya ini. Berdoa dan ikhtiar memanglah tugas kita, dan Adek pasti sudah melakukannya, namun semuanya kembali kepada Allah SWT, tidak ada yang bisa melawan ketetapan-Nya begitu pun dengan Adek"
"Mas, telfon Aufa yuk?"
"tidak sayang, biarkan dia sendiri dulu. Kita juga harus membantunya!"
"sekarang lebih baik kita tidur ya, kamu pasti capek karena tadi harus ikut Mas ngantar Adek ke Stasiun"Khansa mengangguk sebagai jawaban
"jangan menaruh hati pada Aufa, Ham!"ujar Daffa yang membuat Hamlan terdiam
"aku melihat kalian semakin dekat"tambah Daffa
Ingatan Daffa tentang permintaannya pada Hamlan kembali terngiang, dirinya merasa sangat menyesal karena telah mengatakan hal itu pada sahabatnya. Seandainya saja dulu dirinya tidak mengatakannya pasti hal ini tidak akan terjadi, Adek tidak akan terluka seperti ini. Tidak dapat dipungkiri, dirinya sebagai seorang lelaki sangat mengetahui bahwa sahabatnya itu menaruh hati pada adiknya. Daffa memijat pelipisnya memikirkan perihal ini, namun setelahnya dirinya mengucap dalam hati menyebut nama Allah SWT. Semuanya telah terjadi, tidak ada yang perlu disesali. Mungkin inilah cara Allah SWT memisahkan mereka melaluinya.
"aku tidak melarang kalian dekat, karena walau bagaimana pun kamu adalah sahabat baikku. Aku hanya tidak ingin hubungan baik kita nantinya akan hancur karena kamu yang memiliki hubungan dengan Adek. Kamu tahu sendiri kan Ham, Adek belum dewasa maka pasti hubungan ini tidak akan sehat dan berujung kepada hal yang tidak baik"
"aku mengerti Daf, memang tidak seharusnya aku menaruh hati pada adikmu"jawab Hamlan seraya tersenyum getir
"jadi kamu sudah menaruh hati pada Adek, Ham?"tanya Daffa cepat karena terkejut dengan jawaban Hamlan
"bukan itu maksudku Daf"
Daffa menatap Hamlan untuk menunggu jawaban dari Hamlan mengenai maksud dari perkataannya, namun Hamlan bukannya menjawab tapi malah memberikannya senyum.
"menikahlah dengan Najma, Ham"ujar Daffa tiba-tiba karena tidak mendapat jawaban dari Hamlan mengenai maksud dari perkataannya tadi
"maksudmu Daf?"tanya Hamlan yang terkejut
"Najma sudah dewasa Ham, kamu pun sudah berencana untuk menikah sedangkan Bunga malah sudah dijodohkan dengan orang lain oleh kedua orang tuanya"jelas Daffa
Hening. Hamlan memikirkan apa yang dikatakan oleh Daffa, sedangkan Daffa menunggu jawaban apa yang akan dijawab oleh Hamlan.
"aku tidak bisa menikahi Najma, Daf"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabbah Rindu
SpiritualBenarkah namaku yang selama ini berada dalam setiap doamu? Bolehkah aku berteriak sekencang-kencangnya agar semuanya tau bahwa aku sangat-sangat bahagia?! Bahkan aku seperti bermimpi. 💜💜💜