Quandra - Diganggu Faiz

144 29 36
                                    

Faiz berdiri di ambang pintu kelas Gita sambil sesekali melirik ke dalam. Jika dilihat dari belakang, Gita cantik juga. Begitulah menurut Faiz, Gita jauh lebih cantik jika dilihat dari belakang karena tidak tampak wajah dingin yang seringkali menghadirkan kesan menyeramkan.

Sementara itu, dari dalam sana Gita sedang berusaha memperlambat waktu agar Faiz lekas pulang. Namun, laki-laki itu terus saja berdiri di ambang pintu dan membuat Gita tidak bisa keluar. Gita gemas sekali melihat tingkah Faiz. Kalau laki-laki itu tetap berdiri di sana, kapan Gita bisa pulang.

Sambil menghela napasnya, Gita berjalan mendekati Faiz. Gita memutuskan untuk pulang sekarang juga karena tidak mungkin dia menunggu sampai Faiz benar-benar pergi, ada seseorang yang sedang menunggu kepulangannya.

"Yuk." Faiz langsung menarik tangan Gita ketika gadis itu sampai di ambang pintu. "Lo mau pulang, 'kan? Biar gue anterin."

Gita langsung menyentakkan tangan Faiz. Kekesalan seolah bertambah karena tingkah konyol Faiz. Seenaknya saja dia menggandeng tangan Gita dan mengajaknya pulang, padahal mereka baru kenal sehari.

Gita sangat risi karena tingkah berlebihan Faiz, dia pun memutuskan untuk langsung keluar dari kelasnya dan menabrak tubuh Faiz. Lengannya sedikit sakit karena berbenturan dengan lengan kekar Faiz, tetapi tidak apa. Yang terpenting dia bisa lepas dari Faiz.

"Vio, tunggu." Faiz terus saja mengejar Gita yang sedang berjalan melewati koridor, Gita tidak menggubris. Gita berjalan dengan secepat mungkin, agar segera terbebas dari Faiz.

Gita harus melakukan ini agar Faiz tidak terus mengusiknya. Cukup hari ini Faiz membantunya dan membuat mereka bermasalah dengan Alea, tetapi tidak untuk hari berikutnya. Sebenarnya Gita pun menyayangkan sikap Faiz yang tiba-tiba saja menolongnya karena gadis itu memang anti ditolong, apalagi oleh orang yang baru dikenalnya seperti Faiz. Gita ingin hidup sendiri dan menjauh dari semua orang agar tidak ada lagi petaka yang hadir dalam hidupnya.

"Lo itu keras kepala banget, ya? Gue udah bilang 'kan kalo mau anterin lo pulang, jadi kenapa jalan duluan? Lo enggak malu kejar-kejaran kayak tadi? Udah gede juga," kata Faiz setelah berhasil menghentikan langkahan kaki Gita dengan menarik kasar tangannya dari belakang.

Lagi-lagi Gita menyentakkan tangan Faiz, tidak rela tangannya terus dipegang oleh laki-laki itu.

"Sorry, gue enggak maksud megang tangan lo," kata Faiz meminta maaf. "Hmm ... lo itu tadi sengaja lari supaya gue ngejar lo, ya? Aduh, dasar cewek."

Gita langsung membelalakkan matanya setelah mendengar apa yang baru saja Faiz katakan. Ingin sekali dia menendang perut Faiz dan memberi pelajaran kepada laki-laki itu atas apa yang baru saja dikatakannya. Memangnya Gita gadis seperti apa hingga harus lari demi dikejar oleh seorang Faiz.

Di sisi lain, Faiz yang melihat Gita sedang lengah malah memanfaatkan situasi ini untuk menarik paksa tangan Gita dan membawanya pergi. Gita berusaha menyentakkan tangan Faiz, tetapi Faiz semakin merekatkannya. Faiz tersenyum licik, ini adalah cara terbaik agar dia dapat dekat dengan Gita.

"Pilih gue narik paksa tangan lo atau gue gendong ke mobil?" ucap Faiz sambil tersenyum jail.

Seketika wajah Gita berubah masam. Tawaran Faiz benar-benar gila. Yang benar saja jika Faiz menggendongnya, bisa-bisa mereka jadi bahan gunjingan satu sekolah. Belum lagi jika ada guru yang melihat, pasti akan muncul masalah baru. Tidak! Lebih baik Gita mengalah daripada hal itu terjadi.

Akhirnya dengan penuh keterpaksaan, Gita menuruti kemauan Faiz dan masuk ke mobil laki-laki itu. Faiz pun tersenyum penuh kemenangan karena dapat mengalahkan sikap keras kepala Gita.

"Alamat lo di mana?" tanya Faiz sambil melirik sekilas ke arah Gita.

Tidak ada suara, Gita tetap bungkam dan malah melengoskan wajahnya. Matanya menatap ke pemandangan luar mobil Faiz, semakin tidak mengacuhkan keberadaan Faiz. Sementara itu, Faiz hanya dapat mengembuskan napasnya melihat sikap dingin Gita. Entah mengapa sulit sekali memecahkan tembok pertahanan gadis itu.

PlacidoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang