Epilogus

132 13 0
                                    

"Di atas sana apa Kak Lia rindukan aku?" ucap Gita sambil menunjuk ke arah langit.

Faiz menolehkan kepalanya ke arah Gita, dia tersenyum. "Dia pasti juga merindukanmu, dia pasti ingin mengucapkan rasa bangganya untukmu. Namun, sayangnya kalian sudah beda alam. Jadi, yang harus kamu lakukan untuknya adalah terus mendoakannya dan menjadi yang terbaik untuknya."

Gita tersenyum ke arah Faiz, berada sedekat ini dengan Faiz menciptakan sensasi tersendiri. Malam ini pun terasa berbeda untuknya. Tidur di atas semak-semak dan menatap langit dengan bahagia, sungguh hal yang tidak pernah Gita lakukan. Faiz selalu saja tahu bagaimana cara membuat Gita bahagia dengan sederhana.

"Langit, tolong sampaikan kepada Kak Lia bahwa aku merindukannya. Tolong sampaikan kepadanya untuk hadir sekejap dalam mimpiku, agar aku dapat memeluk tubuhnya. Aku merindukannya."

Faiz menghela napasnya, dia ingin ikut melakukan hal yang Gita lakukan. "Langit, tolong sampaikan kepada gadis bodoh yang ada di sebelahku ini bahwa jangan terlalu bersedih kehilangan kakaknya karena saat ini dia telah memiliki seseorang untuk menghapus setiap kesedihannya."

Gita geleng-geleng mendengar perkataan Faiz, sepertinya Faiz ingin bermain balas permintaan kepada langit. Baiklah, Gita akan mengikuti permainan Faiz.

"Langit, tolong bisikkan ke telingaku alasan mengapa orang yang ngakunya akan menghapus laraku bisa secinta ini kepadaku," ucap Gita sambil menatap ke arah langit.

Faiz tersenyum mendengar pertanyaan itu, aneh-aneh saja. Bagaimana langit dapat membisikkan kepada Gita tentang mengapa Faiz mencintainya, padahal Faiz sendiri tidak tahu jawabannya. Intinya Gita mempunyai magis yang dapat menjeratnya, sehingga dia tidak dapat terlepas dari Gita.

"Langit, untuk terakhir kalinya tolong sampaikan kepada gadis bodoh itu bahwa ada satu hal yang membuat aku cinta sama dia, karena dia jelek dan bau. Aku mencintainya karena itu."

Wajah Gita langsung memerah mendengar jawaban dari Faiz. "Ih, rese!"

Gita mencubiti tubuh Faiz, tetapi Faiz malah terkekeh. Rasanya senang karena dapat kembali bercanda dengan Gita. Dia suka Gita yang begini, yang ceria dan suka menganiayanya. Faiz rela tubuhnya remuk demi melihat Gita tersenyum, daripada harus melihat Gita yang dingin dan sering menangis seperti kemarin.

"Faiz, lihat di atas sana ada wajah Kak Lia," ucap Gita meminta Faiz memandang ke arah langit.

Faiz ikut memandang ke arah langit, dia juga melihat Lia tersenyum ke arahnya.

Faiz dan Gita sama-sama membalas senyuman Lia. Namun, kelamaan senyuman itu hilang. Dan sekarang  senyuman Lia benar-benar hilang, tergantikan dengan bintang yang indah. Gita sama sekali tidak merasa sedih, dia tidak lagi kehilangan Lia seperti dulu. Kemunculan Lia di langit itu seolah ingin memberitahu bahwa Lia bahagia atas hubungan Gita dan Faiz.

"Berbahagialah di sana, Kak. Karena aku saat ini akan mencoba bahagia walau tanpa kehadiran Kakak."

"Berbahagialah di sana, Lia. Jangan risaukan tentang adikmu, aku akan coba membahagiakannya.

Gita tersenyum mendengarnya, kepalanya dihadapkan ke arah Faiz. Faiz pun menolehkan kepalanya ke arah Gita, mereka bertatapan penuh cinta.

"I Love you, Cewek Kutub."

"I Love you too, Cowok Rese."

****

—Semarang, 12 April 2018—

PlacidoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang