(1)
“Jauh di mata
Dekat di hati
Dalam satu tujuan yang sama
Dan Tuhan yang sama.
Aku mengirim rindu
Lewat sepertiga malam.
Waktu Tuhan turun
Untuk mengabulkan doa
Tiap-tiap yang bermunajat.
Kusebut namamu
Dalam sujud
Supaya kita dipertemukan
Seperti Adam dan Hawa
Di Jabal Rahmah,” kataku suatu saatTapi kau diam
Tak peduli(2)
Tempo hari
Kudapat hadiah
Dari TuhanNomor ponselmu
Jatuh dari langitSepertinya ia terjatuh
Saat malaikat berganti jaga
Selepas subuh tadiAtau sengaja Ia berikan
Supaya aku bisa meneleponmu
Yang lama hilang?(3)
Butir-butir debu
Di atas jembatan itu
Jadi saksi bisu
Jejak kita
Di tempat itu
Melukis harapan
Di masa depanKau ingat?
Aku ingat
Sebab debunya ada di sini
Ia membuatku bersin
Lalu ingat akan kamu(4)
Tapak-tapak kaki kita
Jejak-jejak kita
Terekam di kota ituAndai jadi museum
Gedungnya sebesar kota
Sebab ia tersebar
Di setiap sudut kotaDari sekolah hingga kafe
Kantor pos hingga terminal
Kursi tua di rumahmu hingga jok motor tuaku
Semua saksi kita(5)
Wangi tubuhmu
Yang tak pernah pakai parfum itu
Melekat di jaket bututkuKetika kupakai
Seolah kau memelukku
Hangatnya sama persis
Hanya tak ada tetes air mata saja
Sebab pelukanmu itu
Berarti kesedihan(6)
Jahitan tanganmu
Tersisa di tangankuKetika itu aku butuh kotak kecil untuk penyimpanan
Kaubuatkan tempat pensil serba guna
Yang kaujahit dengan tangan mungilmu
Sepenuh hati
Sepenuh cintamu padakuDan di sanalah
Kusimpan cintaku padamu
Barangkali ia lebih aman di sana(7)
Tiap malam mulai dingin
Aku meneleponmu
Mendengar suaramu
Untuk menghangatkan batinku
Dari kerinduan yang membekuLembut
Manis
Hangat
Persis seperti coklat panas
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Pengantar Rindu
Thơ caMendung memanggil Setiap duka dari waktu lalu Membuat siapa pun Enggan menengok jendela Setiap kata yang kuungkapkan adalah wakil dari kerinduan itu sendiri. Bersama udara dingin dan setiap tetes hujan yang menusuk bagai jarum, aku melukiskan elegi...