"Kenapa sih Za, kamu nggak mau nikah muda. Padahal kan nikah muda itu enak. Kita sama anak kita ntar kayak kakak adik gitu."
Ini rayuan pulau kelapa yang entah keberapa kali Tarendra ucapkan. Lagian mana ada anak sama orang tua kayak kakak adik. Ngasal banget kan Tarendra ini?
"Nggak ah, Za belum siap nikah. Dan lagi masa nanti Za rebutan coklat ama anak Za sendiri." Sekalian aja balas ucapan Tarendra. Kalo kakak adik kan suka rebutan apapun. Dan berhubung aku nggak pernah punya saudara yang mau diajak rebutan, bisa jadi aku praktek rebutan sama anak sendiri. Kan kita sama-sama bocah.
Tarendra menoleh padaku. "Kok rebutan?" Dia bertanya heran.
"Ya, kan Za masih kecil. Egoisnya tinggi. Nah, anak kecil juga egois banget kan? Pasti nanti Za nggak mau kalah." Aku tau banget karakterku yang nggak mau ngalah sama sekali.
"Kan sama anak sendiri, masa masih rebutan." Masih nggak yakin dia.
Namanya egois itu nggak pandang bulu kan ya? Mau itu saudara sendiri, anak sendiri. Egois ya egois aja.
"Ya kan Za masih kecil." Kuulang jawabanku sebelumnya.
"Nggak papa deh rebutan." Pasrah gitu jawabnya. "Tapi rebutan aku juga dong nanti sama anak kita?" Dia ngomong gitu disertai senyum mesum menghias bibirnya.
"Kenapa harus rebutan kak Ren?" Pura-pura polos gitu aku nanyanya. Taulah aku arti senyuman mesum yang tadi menghias bibirnya itu.
"Ya, masa rebutan coklat aja, rebutan papanya juga dong. Kan papanya lebih sweet dari coklat." Tarendra ngomong gitu sambil nyengir.
"Ngayal aja terus!"
'Punya pacar gini amat sih, hobi ngayal. Hobi mesum,' Batinku. Nggak berani lah aku ngomong langsung, pasti dia bisa balikin ucapanku.
"Itu bukan hayalan, Za. Itu impianku. Menjalani hari tuaku dengan kamu di sampingku. Trus ada anak-anak kita juga." Tangannya ngusap rambutku pas ngomong gitu.
Manis banget sih omonganya. Tapi aku kan Oriza yang suka merusak suasana. Langsung aja deh aku nyeletuk. "Kalau ada maunya aja Za dibaik-baikin." Ucapku tanpa dosa.
Tarendra kembali menoleh padaku. Menarik daguku, memaksaku menatapnya.
Aku menepis tangan Tarendra, "Apaan sih!" Bibirku mengerucut ketika mengatakannya.
Tarendra menatapku tak suka. "Nggak ada ya Za. Aku bukan cowok model gitu. Aku konsisten kalau sama kamu. Kalau kamu bandel, aku marah. Kalau kamu jadi anak baik, aku kasih reward." Kesal banget dia mendengar kata-kataku tadi. Sampai-sampai tidak memperdulikan bibirku yang mengerucut, biasanya kan gemes gitu dia kalau liat bibirku yang katanya kayak bebek.
Kulingkarkan tanganku di pinggangnya, memeluknya. "Uluh-uluh, gitu aja sewot." Kutowel dagunya. "Iya, Kak Ren nggak gitu kook. Kak Ren nggak habis manis sepah dibuang. Kak Ren, pahit manisnya Za ditelan juga." Rayuku. Nggak tega lah bikin dia kesel. Baik gini jadi pacar.
"Manisnya baru sampai sini kok, Za." Dia langsung kecup bibirku. "Belum manis yang lain." Ucapnya disertai senyum mesum. Nah, kan langsung kumat dia. Nggak bisa dibaikin sedikit.
Dan tanganku langsung bersarang di lenganya. Memukulnya, kesal. "Pasti ujung-ujungnya itu!" Aku mendelik.
"Kan pengen Za!" Melas gitu mukanya ngomong. Mana tampang pengennya itu bikin gemes. Pengen nyosor juga kan jadinya.
"Sabar ya, dua tahun lagi." Ucapku sok nenangin.
"Yaah Za, kelamaan itu, TJ bisa mengkerut nunggu dua tahun lagi." Bahunya langsung merosot mendengar ucapanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/136262414-288-k452843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Couple Goals
Aktuelle Literatur[Random private! follow first before reading] When Jagara Tarendra find a girl who can change his opinion about life. When Oriza meet a men who always bring a trouble in her life. Kover comot dari theme xiomi