"Berani sentuh nih cewek, gua habisi lo semua," ancam Mogens tak pernah kenal takut.
"Oh, cewek lo? Pantes, sama-sama bangsat!"
Sheril merasa marah dengan ucapan orang tersebut一bukan karena dirinya dikira sebagai pacar Mogens tetapi, karena dirinya yang dikatai bangsat. "LO PUNYA MULUT JAGA!" nyolot sheril di belakang punggung Mogens.
Mogens yang mendengar ucapan gadis di belakangnya, menoleh sedikit ke cewek itu. "Lo diem dan jangan memperkeruh suasana."
Sheril diam dan membiarkan cowok di depannya yang mengatur semuanya.
"Terus, kapan gue bisa pulang?"
"Coba aja kabur kalo bisa. Palingan lo dikejar mereka. Sana, tes aja," ucap Mogens seraya melepaskan tangan Sheril.
Sheril mendengus sebal. Ia sedikit menyesal karena memberanikan diri untuk ikut campur dalam masalah Mogens. Pada akhirnya ia harus berurusan lagi dengan cowok yang sudah berstatus sebagai mantan-nya itu.
"Gini aja, malem kita ketemuan. Gebukin lo berdua di sini nggak asik, keramean," kata salah satu dari mereka.
Mogens tersenyum sinis一menganggap mereka semua hanyalah domba-domba kecil. "Takut lo semua?"
"Heh! Gue bisa aja habisi lo sekarang di sini." Emosi orang itu.
"Malem mau di mana?" tanya Mogens tampak menerima tawaran mereka.
"Di lapangan kosong deket club yang pernah lo ancurin kepala temen gua. Jam sepuluh malam gua tunggu lu di sana."
"Oke." Mogens mengiyakan. Musuh-musuhnya pergi menjauh. Sheril langsung menatap cowok itu dengan tajam.
"Lo, tuh, apa-apaan, sih?" sentak Sheril galak.
"Lo yang apa-apaan. Tiba-tiba main masuk kerumunan. Kalo lo sendiri doang tadi gimana, hah?!" sentak Mogens tak kalah galak.
"Bukan masalah itu, tapi jam sepuluh malam lo temuin mereka sendirian. Lo mau mati di tangan mereka semua?!"
Mogens sempat tersenyum kecut. "Emang kenapa?" jeda Mogens, "Lo bukan siapa-siapa gua lagi. Jadi, lo nggak ada hak untuk ngelarang gua."
Mogens menaiki motornya dan memakai helmnya. Memelesat meninggalkan kerumunan siswa di gerbang juga Sheril yang berdiri di sana. Sheril kembali ke parkiran, menaiki motornya dan melaju keluar gerbang tanpa berpamitan dulu dengan teman-temannya.
Sheril mengendarai motornya dengan perasaan gelisah. Benarkah Mogens akan benar-benar datang ke lapangan yang di maksud pada malam ini? Apakah cowok itu tidak pernah berubah untuk selalu menerima tantangan yang berbahaya seperti itu? Bagaikan tidak ada rasa takut dalam diri Mogens. Selalu ada kata berani dan berani di kamusnya.
Gadis itu menambah kecepatan motornya untuk sampai ke rumah, sedangkan Mogens juga melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya Mogens di rumah, ia disambut oleh Ibunya, Evaa. Melihat wajah anaknya yang sedikit lebam di bagian sudut bibir, membuat Evaa langsung menyentuh lebam tersebut dengan hati-hati.
"Kamu berantem lagi?" tanya Evaa lembut tanpa mau menyentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOGENS
Teen Fiction[Semakin mereka saling menjauhkan hati, waktu akan semakin mendekatkan keduanya] Mogens Larzo, dikenal sebagai pemimpin yang sangar, galak, dan sumber masalah di sekolahnya. Siapapun tidak ingin terlibat masalah dengannya kecuali yang sudah bosan hi...