Sheril baru saja kembali dari warung sehabis membeli minuman isotonik. Ada mobil sedan hitam terparkir di halaman rumahnya, itu tandanya ayahnya sudah pulang. Sheril menghela napas pelan lalu memasuki rumahnya dengan perasaan tidak enak. Takut dimarah karena tidak belajar di kamarnya.
Melihat Ari tampak berbeda, Sheril berhenti melangkah dan menatap ayahnya yang sedang duduk di sofa bersama Mawar. Baru saja Sheril hendak melangkah lagi, tiba-tiba ayahnya memanggilnya.
"Sheril." Gadis itu menoleh dan diam menunggu lanjutan ucapan Ari.
"Sini, duduk di sofa hadapan Ayah. Ada yang mau Ayah bicarakan." Dengan menurut Sheril duduk di hadapan ayahnya. Ia masih enggan untuk membuka suaranya.
"Tolong, kamu belajar yang benar. Usahakan dapat juara kelas," kata Ari yang membuat Sheril berdecak malas. "Papa mau kamu dapat beasiswa, mungkin saja Papa tidak akan bisa bayar uang sekolah kamu dan kebutuhan kamu."
"Maksud Papa apa?"
"Usaha Papa sedang tidak bagus. Papa hampir bangkrut karena kalah bersaing bisnis. Usaha Papa terus ditekan oleh usaha keluarga teman kamu, Regina. Sekarang, Papa terlilit banyak hutang dan belum bisa Papa lunaskan."
Sheril terkejut. Mengapa ayahnya bisa terlibat saingan bisnis dengan ayah Regina. Sheril menduga bahwa Revina juga ada dibalik semua ini. Apalagi Revina diketahui sangat membenci Sheril karena mengira telah membunuh saudari kembarnya.
"Papa rasa kembaran Regina sangat tidak suka dengan kamu. Tapi, Papa harap kamu ubah kebiasaan kamu mulai dari sekarang sebelum kita nggak punya apa-apa lagi."
Sheril diam lalu beranjak dari sofanya dan menuju kamarnya. Ia tidak tahu apakah ini mimpi atau tidak, bahwa keluarganya tengah bangkrut. Dan ia dituntut untuk harus mendapat juara kelas sedangkan ia sangat lemah di bidang akademik. Bukan hanya itu saja, ia yakin bahwa kebangkrutan ayahnya membuat Revina akan mengolok-olok dirinya一sama seperti saat di gedung tinju ilegal malam itu yang membuatnya harus kehilangan keluarga bernama Ivory.
***
Mading di SMA Raksana tengah penuh sesak oleh para murid yang sedang melihat kertas berukuran besar yang hampir memenuhi mading. Sebuah pengumuman yang membuat terkejut banyak orang.
PRIMADONA SMA RAKSANA, PENDIRI KELOMPOK IVORY BERNAMA SHERIL WIBOWO SEDANG DILANDA KEBANGKRUTAN KARENA AYAHNYA KALAH SAINGAN BISNIS DENGAN KELUARGA SAHABATNYA SENDIRI YANG TELAH IA BUNUH.
Semua yang ada di sana terkejut bukan main. Banyak yang berbisik-bisik heboh, dan berseru tak sangka.
"Sheril ngebunuh orang?"
"Gila! Gue hampir nggak percaya Sheril pernah membunuh."
"Primadona sekolah bangkrut. Wagelaseh!"
Yudha dan Sean yang berjalan-jalan santai di koridor tidak sengaja melihat kerumunan di dekat mading. Segera saja keduanya langsung menghampiri kerumunan itu dan melihat mading. Pengumuman itu mampu membuat keduanya menelan saliva susah payah bersama一mereka terkejut. Yudha langsung mencabut kertas itu dari mading lalu bergegas pergi bersama Sean tanpa menghiraukan protesan dan sorakan dari murid lain.
Yudha menaruh kertas pengumuman itu di atas meja Mogens, membuat cowok itu menaikan sebelah alisnya karena bingung.
"Lo udah tau tentang ini?" tanya Sean.
Mogens meraih kertas itu lalu membacanya. Sungguh, cowok itu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannnya. Ia tahu bahwa gadis itu sama sekali tidak membunuh Regina.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOGENS
Ficção Adolescente[Semakin mereka saling menjauhkan hati, waktu akan semakin mendekatkan keduanya] Mogens Larzo, dikenal sebagai pemimpin yang sangar, galak, dan sumber masalah di sekolahnya. Siapapun tidak ingin terlibat masalah dengannya kecuali yang sudah bosan hi...