Malam harinya, geng Ivory tengah masuk ke kerumunan penonton. Tempat pertandingan tinju ilegal saat ini begitu ramai dan heboh karena sorakan dari beberapa penonton. Tampak Revina ada di atas ring tinju dengan wajah bahagianya setelah berhasil mengalahkan lawannya. Sheril hanya menatap Revina dengan wajah datarnya, tidak berminat untuk ikut bersorak.
Sheril sebenarnya tidak ingin memijakkan kakinya di tempat ini lagi. Begitu banyak kenangan pahit yang tersimpan di otaknya sejak kematian Regina. Walaupun dulu Sheril sering sekali mengalahkan lawannya dan tersenyum ceria setelahnya, kini tidak sama sekali. Tidak ada senyuman di wajahnya, hanya ada katupan bibir rapat-rapat.
"Gue Revina! Sebagai penutupan malam ini, gue mau nantang satu cewek buat duel sama gue di sini." Revina mengatakannya dengan lantang, kemudian matanya teralihkan ke Sheril.
"Lo, Sheril Wibowo! Gue tantang lo duel."
Sheril terkejut. Ia tidak menyangka Revina benar-benar mengajaknya beradu tinju di atas ring. Sheril mengepalkan tangannya kuat, ia sudah bertekad pada dirinya sendiri untuk tidak akan naik di atas ring tinju untuk mengalahkan lawan. Ia tidak mau melakukannya.
"Ril, itu, Revina ngajak lo duel." Bella berbisik pada Sheril.
"Lo mau, Ril?" tanya Laura sedikit cemas.
"G-gue ... gue ...."
Sheril berkeringat dingin. Tanganya bergetar di balik kepalannya.
"Ril! Ayo, Ril! Lawan Revina. Lo pasti bisa kalahin dia." Salah satu temannya berteriak pada Sheril.
"Napa? Nggak berani lo lawan gue?" tanya Revina dengan keras. "Sheril Wibowo, ketua geng Ivory. Pemimpin geng cewek yang katanya paling disegani, paling ditakuti geng cewek lain. Ke mana julukan lo, hah? Gue tantang aja nyali lo ciut!"
Mendegar itu tentu saja membuat Sheril marah. Sheril tahu Revina begitu menginginkan duel tersebut untuk pembalasan dendam atas kematian saudara kembarnya, Regina.
"Ayolah, Ril. Masa lo diem aja dia ngatai-ngatain lo? Dia ngebawa nama geng kita juga. Bisa malu kita kalo kita ngaku kalah sekarang."
Bella mengusap punggung belakang Sheril, berupaya menenangkannya. "Jangan dipaksa, Ril, kalo lo nggak sanggup. Gue tahu dia cuma pancing amarah lo."
"Jangan dipaksa gimana?! Ini menyangkut nama Ivory! Sheril itu ketua, seharusnya bisa dong ngebela geng kita."
Laura naik pitam mendengar ocehan teman satu gengnya. "Heh! Lo jaga ucapan lo! Wajah Revina itu mirip banget sama wajah Regina. Mana mungkin Sheril bisa ngelawan dia."
"Oh, jadi lo lebih mentingin ketakutan lo dibanding geng kita, gitu?" tanya salah satunya lagi ke Sheril.
"Aduh-duh, jadi berantem, ya, geng Ivory? Bubarin aja udah! Ketua kek dia nggak pantes mimpin geng. Mana ada ketua yang takut! Lawan saudara gue bisa, masa lawan gue nggak bisa."
"Sheril, buruan! Gue udah gak tahan sama ocehan Revina!"
"DIEM!"
Anggota geng Ivory terkejut dengan sentakan Sheril.
"Gue memang nggak pantes mimpin geng Ivory. Gue nggak bisa ngelindungi kalian, gue nggak bisa ngebawa nama baik Ivory malam ini. Gue udah bertekad untuk nggak berdiri di atas ring lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOGENS
Teen Fiction[Semakin mereka saling menjauhkan hati, waktu akan semakin mendekatkan keduanya] Mogens Larzo, dikenal sebagai pemimpin yang sangar, galak, dan sumber masalah di sekolahnya. Siapapun tidak ingin terlibat masalah dengannya kecuali yang sudah bosan hi...