"Pada akhirnya aku hanya berjuang sendirian, tanpa kamu mau tahu seberapa besar perjuanganku." 一Sheril Wibowo
***
Sheril baru saja turun dari angkot dan melangkah pelan menuju gerbang sekolah. Hal yang membuatnya terkejut adalah Mogens membonceng seorang gadis di motornya. Sepertinya gadis itu merupakan murid baru一tampak dari seragamnya yang masih baru.
Dari kejauhan Sheril melihat keduanya. Mogens membantu gadis itu meletakkan helm di motornya lalu tersenyum kecil. Gadis itu manis, pikir Sheril. Saat Mogens berbalik dan tanpa sengaja beradu pandang dengan Sheril, gadis itu langsung bergegas melangkah pergi. Tidak ingin merusak suasana hati cowok itu.
Ada kecemburuan di dalam hati Sheril. Gadis yang tidak dikenalnya itu merupakan perempuan kedua yang pernah dibonceng Mogens. Semenjak mereka putus, Sheril tidak pernah melihatnya membonceng cewek lain. Namun, hari ini tampaknya tidak demikian.
Sheril bertanya-tanya pada diri sendiri. Apakah Mogens secepat itu telah melupakannya? Secepat itukah Mogens menemukan pengganti dirinya? Sheril hanya bisa memendam rasa sedih dan pahit itu sendirian.
Sebesar apapun perjuangannya untuk dapat kembali pada Mogens, tampaknya semua hanyalah sia-sia.
***
"Ngebonceng siapa lo tadi, Gens?" tanya Yudha sedikit galak.
"Valerie." Mogens menjawab pendek tanpa minat.
Di kelas memang hanya masih ada Mogens, Sean, dan Yudha. Sisanya belum sampai ke sekolah, tidak tahu entah sibuk melakukan apa. Sean menatap Mogens sedikit kesal.
"Lo sengaja mau buat Sheril sakit hati?" tanya Sean to the point.
Sebelah alis Mogens terangkat. Ia merasa pembahasan mereka bertiga saat ini hendak mengintimidasinya. Kaki Mogens yang semula terangkat satu kini ia turunkan hingga sejajar dengan sebelah kakinya.
"Bentar, deh. Gue ngebonceng Valerie ke sekolah, terus kalian mikirnya gue berniat untuk buat Sheril sakit hati. Nggak nyambung banget tahu, nggak?"
"Semua orang juga bakalan mikir begitu, Gens. Lo putus sama Sheril, terus lo ngebonceng cewek lain. Pasti orang-orang mengira kalo lo lagi ajang balas dendam."
"Emangnya kenapa? Gue sama Sheril juga udah nggak ada hubungan apapun. Ya terserah gue lah mau bonceng cewek lain. Kenapa malah dijadiin gossip? Ini nih people +62. Nampak ada yang beda dikit langsung heboh."
Sean menghela napas pasrah. Seseungguhnya, ia benar-benar ingin memukul wajah temannya itu sekarang. Belum sempat ia berbicara lagi, tampak suara perempuan memanggil nama Mogens membuatnya menoleh ke arah pintu kelas.
"Kak Mogens. Boleh bicara sebentar?" tanya Valerie. Gadis yang dibonceng Mogens tadi pagi dan merupakan murid baru yang masih duduk di bangku kelas 11.
Mogens mengangguk mengiyakan lalu beranjak dari bangkunya dan meminta izin pada kedua temannya untuk keluar sebentar. Tanpa Mogens ketahui, Yudha dan Sean menatap tidak suka ke arah gadis itu.
"Kenapa, Val?" tanya Mogens setibanya di luar kelas.
"Ini, Kak. Nanti, kan, pulang sekolah aku nebeng sama kamu. Hmm, gimana bilangnya ya," ucap Valerie sedikit ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOGENS
أدب المراهقين[Semakin mereka saling menjauhkan hati, waktu akan semakin mendekatkan keduanya] Mogens Larzo, dikenal sebagai pemimpin yang sangar, galak, dan sumber masalah di sekolahnya. Siapapun tidak ingin terlibat masalah dengannya kecuali yang sudah bosan hi...