14. Takut

9.6K 1.2K 81
                                    

Michelle Joan-Arah Yang Berbeda

***

"Mogens!"

Sheril terus berlari dan meneriaki nama cowok itu. Langkah Mogens cepat dan tidak berhenti meskipun gadis di belakangnya terus saja meneriaki namanya. Sheril akhirnya mengimbangi langkah cowok itu dan Mogens berhenti dengan tatapan tajamnya.

"Lo gue panggil-panggil enggak nyahut. Capek tahu teriak-teriak," ucap Sheril yang membuat cowok itu mendengus kasar seakan tidak suka gadis itu berada di hadapannya sekarang.

"Gens, gue mau bilang kalau gu一" Belum selesai Sheril berbicara, Mogens telah mengambil sisi lain dan pergi. Tidak ingin menyerah untuk mengambil hati cowok itu lagi, Sheril mengejarnya.

"Mogens, gue mau ngomong bentar sama lo."

Langkah cowok itu akhirnya terhenti lagi dan ia berbalik menatap dengan dingin gadis itu. "Semenit doang, buruan," kata Mogens.

"Makasih untuk yang kemarin. Gue juga rajin ganti perban," ucap Sheril cepat.

"Ya, udah." Mogens menyahutnya pendek lalu bergegas pergi. Sheril tidak mengejar lagi, dan ia senang dengan percakapan mereka meskipun hanya percakapan singkat.

Di sisi lain, tampak Yudha menghampiri Mogens di meja kelas cowok itu. Dari tindakan tampaknya Yudha ingin berbicara serius dengannya dan memang hanya ada mereka berdua di sana tanpa adanya teman-teman mereka yang lain.

"Lo mau ngomong atau mau lomba natap mata sama gua? Ngelihatinnya gitu amat. Belok lo sekarang, Yud?" tanya Mogens diiringi kekehan kecil.

"Alhamdulillah gue masih demen cewek," ucap Yudha dengan kekehan kecil juga. "Gue mau ngomong tapi gue nggak mau dikira kepo kayak dora."

"Ya, udah, tinggal ngomong."

"Tadi gue nggak sengaja lihat lo sama Sheril di koridor. Gue rasa lo nggak perlu sedingin itu sama Sheril. Lo bisa coba untuk biasa aja ke dia kalau memang nggak mau bareng dia lagi. Buang rasa benci lo, Gens. Bukannya dia udah jelasin semuanya ke lo tentang kejadian malam itu?"

Mogens menghela napasnya pelan. "Yud, udah hal wajar kalau kita bisa membenci orang yang dulunya sangat kita percayai. Gua awalnya juga nggak mau untuk bersikap dingin ke dia, tapi setiap kali kami ketemu, rasa kecewa itu terus muncul dalam benak gua. Walaupun dia udah jelasin semuanya, tetap aja rasa kecewa itu nggak akan hilang sepenuhnya."

Yudha menatap Mogens tegas. Memang seperti inilah kalau Mogens dan Yudha berbicara serius saat berdua dan apapun pembicaraannya tidak akan menyinggung hati keduanya.

"Gue nggak minta lo balikan sama Sheril atau mengulang semuanya dari awal. Sebagai temen lo, gue pengin banget lo nggak bersikap terlalu dingin ke dia. Gimana pun juga, Sheril pernah jadi orang yang berarti buat lo. Gue tahu sebenarnya lo masih ada sedikit perasaan itu ke Sheril, lo nggak bisa bohongi gue, Gens. Bahkan mau sekejam apapun sikap lo ke dia, tetap aja gue bisa baca kalau hati lo sebenarnya nggak tega."

"Terus gua harus gimana, Yud, di saat diri gua sendiri udah tenggelam di lautan kekecewaan?" tanya Mogens lirih.

"Lo nggak perlu jadi diri lo yang dulu saat bareng Sheril. Lo cukup jadi diri lo yang sekarang. Nggak perlu sedingin itu sama dia, nggak perlu sekasar itu juga. Kalau lo memang masih sayang, lo cukup jagain dia tanpa dia tahu. "

MOGENSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang