03. Gudang

14.2K 1.5K 121
                                    

Sheril terus berada di dekat anggota Sangar. Entah sampai kapan ia harus duduk di sebelah Mogens. Bel juga tidak kunjung berbunyi, lama-lama Sheril merasa muak sendiri.

"Oh, ya. Pesen aja apapun yang kalian mau. Sheril yang traktir." Mogens berucap demikian dan Sheril langsung menoleh ke samping kanannya一menatap Mogens dengan tajam. Tentu saja cowok itu sadar akan ditatap dan menoleh juga ke gadis itu.

"Iya, kan, Ril?" tanya Mogens polos.

"Nggak! Sejak kapan gue ngomong gitu?" protes Sheril tidak terima Mogens memfitnahnya.

"Ih, ketua Ivory ternyata jago ngebacot, ya. Padahal semalem ngomongnya bakalan traktir anak Sangar kalau lo kalah."

Ya, Mogens adalah ketua geng SANGAR generasi kelima. Di mana setiap generasi terdiri dari lima orang dengan total keseluruhan dua puluh lima orang. Sekelompok Anak Garang atau yang lebih dikenal dengan nama SANGAR adalah geng yang paling bergengsi di SMA Raksana. Geng yang akan yang menggila saat tawuran dan balapan. Siapapun kenal geng ini. Dan Sangar bukan hanya sekadar nama, mereka juga memiliki ciri khas sendiri yaitu, nama dan anggota sama-sama sangar.

"Serius, Ril? Wiih ... mau banget ditraktir, sama cewek cantik lagi. Iya nggak, Gens?" seru Andrew yang ditanggapi anggukan Mogens.

"Gue一" sela Sheril yang ucapannya dipotong oleh Mogens. "Makasih, Sheril. Lo baik banget udah traktir kita. Sering-sering, ya."

Gadis itu hanya bisa pasrah dan ingin menangis karena harus mentraktir mereka. Ia menatap Mogens kembali dengan kesal, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum manis di depannya bermaksud untuk mengejek.

***

Di kelas XII-IPA 3. Sheril tengah duduk berkumpul bersama teman-temannya.

"Mogens memang nggak tahu diri. Mantan tapi belagu banget. Bisa-bisanya dia fitnah gue untuk ngetraktir anak geng Sangar makan di kantin. Yang bener aja."

Sheril mengomel dengan teman-temannya di kelas, tentu saja Mogens dapat mendengarnya dengan jelas saat ia dan teman-temannya baru saja melewati kelas itu.

"Siapa yang lo bilang nggak tahu diri?" tegas Mogens yang kini masuk ke kelas Sheril dan menghampiri meja gadis itu. Seisi kelas langsung memandang ke arah Mogens.

Seketika wajah cewek-cewek itu memucat kecuali Sheril. Apalagi kali ini yang akan didebatkan oleh kedua manusia yang tidak pernah akur itu.

"Apa?!" sentak Sheril.

"LO YANG APA! SUKA-SUKA LO NGATAIN GUA NGGAK TAHU DIRI!"

"Emang bener, kan? Itu nyatanya."

"Lo kalo punya mulut tuh dijaga. Untung lo cewek, kalo cowok udah habis lo sekarang."

Sheril berdiri dari bangkunya lalu menatap tajam Mogens. Yang ditatap juga tak kalah tajam menatap balik.

"Gue nggak takut!" Tantang Sheril.

"Gak usah banyak bacot."

"Lo yang banyak bacot," sahut Sheril cepat.

"Gak usah pancing emosi gua di sini." Mogens sudah tampak habis kesabaran.

"Sejak kapan lo nggak pernah emosi sedetik?!"

Suasana kelas mencekam seketika. Seisi kelas diam, tidak berani membuka suara untuk meleraikan keduanya. Rahang Mogens mengeras, ia benar-benar kesal dengan cewek yang ada di hadapannya saat ini. Mogens mendekati Sheril, menarik tangannya dengan kasar untuk keluar dari kelas. Seisi kelas melihat kejadian itu dengan tatapan tak percaya.

MOGENSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang