Saat joohyun menelfon hyorin untuk mengabarkan bahwa Jungkook, putra tuan joohyun, masuk ke rumah sakit untuk kesekian kalinya. Kebetulan juga saat itu hyorin sedang di rumah sakit yang sama untuk menjaga yoongi, putranya.
Ya, kesekian kalinya. Bahkan bisa puluhan kali, anak malang itu masuk rumah sakit dalam sebulan, apalagi saat musim dingin seperti ini.
Ayahnya, joohyun, selalu merasa seperti ayah yang tidak berguna. Dia tak bisa selalu ada disamping jungkook setiap waktu, karna dia harus bekerja, bahkan hingga larut malam. Dan dia selalu menatap kasihan wajah lelah jungkook, karna setiap waktu dia harus menerima infus, obat-obatan, dan terkekang dalam satu ruangan saja.
Tapi entah terbuat dari apa hati putranya itu, jungkook malah melihat semua itu dari sisi yang berbeda. Bahkan dia pernah berkata,
"Ada suatu masa diantara masa-masa. Ada suatu musim diantara musim-musim. Saat ketika Tuhan memiliki rencana tersendiri atas apa yang terjadi pada makhluknya. Alasan di balik semua ini terjadi padaku."Joohyun sudah tidak mengerti arah pembicaraan putranya itu, bagaimana bisa, seorang anak pesakitanlah yang harus menguatkan ayahnya sendiri dan selalu tersenyum dibalik rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.
Ya, dialah Jeon Jungkook, anak yang pemberani, ceria, dan selalu tersenyum. Walaupun sebagian dari kita tahu, bahwa tak semua orang yang selalu tersenyum itu memiliki hidup yang bahkan tak lebih baik dari hidup kita.
.
Tiga jam sudah hyorin di kamar rawat jungkook, tak kuasa meninggalkan jungkook, seorang anak yang bahkan tak pernah merasakan langsung kasih sayang dari ibunya.
Bagaimana keadaan yoongi disana? Ah, semoga saja dia sudah tidur karna bosan menungguku. Pikirnya.
Tak lama, hyorin memutuskan kembali ke ruangan putranya. Tapi sebelum sampai disana, seorang dokter yang menangani yoongi memintanya untuk berbicara sebentar di ruangan kantornya.
.
Sesaat setelah hyorin membaca hasil pemeriksaan yoongi yang disodorkan di amplop putih itu oleh dokter, "Apa?! Jadi itu artinya,.. putraku tak bisa lagi bermain basket?"
Dokter Song, dokter yang menangani yoongi, menunduk, "iya nyonya, maafkan kami. Itu semua juga demi keselamatan putra nyonya, Min Yoongi."
Mata hyorin memanas, dia tak bisa membendungnya lagi, dan tanpa perintah, cairan bening itu lolos begitu saja dari kedua kelopak matanya.
Apa yang harus kukatakan pada putraku?
"Saya mengerti perasaan anda, nyonya. Ini semua memang sulit, tapi nyonya harus terus menguatkan putra nyonya, dan meyakinkannya bahwa di bbalik semua ini, pasti ada alasan, kenapa Tuhan memberikan ini kepada yoongi."
Hyorin mengangguk. Butuh beberapa waktu untuk dirinya agar tenang, dan menghentikan air matanya yang terus mengalir.
Tapi dia seorang ibu. Ibu mana yang sanggup melihat putra semata wayangnya harus mengetahui bahwa dirinya sudah tak bisa melanjutkan mimpinya, dia harus membuang jauh-jauh mimpi itu, mimpi yang telah ada sejak kecil.
Bagaimana tidak? Pergelangan kaki kiri yoongi sudah pernah terkilir, tapi mungkin dia memaksakannya lagi untuk terus digunakan bermain basket. Dan terjadi pengikisan tulang yang membuat lukanya bertambah parah, jika dipaksakan untuk terus bermain basket lagi, mungkin saja yoongi harus kehilangan kaki kirinya.
Adalah satu jam waktu yang dibutuhkan hyorin untuk menenangkan dirinya, mungkin aku akan kembali ke rumah dulu untuk mengambil beberapa pakaian yoongi.
Setelah kembali dari mengambil pakaian, hyorin sudah menyiapkan semuanya jika nanti ditanya oleh putranya mengenai keadaanya. Bahkan dia sudah menggenggam surat pemeriksaan yoongi. Tapi saat ia kembali, yoongi sedang tertidur pulas diatas ranjang pesakitannya itu.
Baiklah, mungkin Tuhan punya rencana juga untuk yang satu ini, menundanya mengungkap fakta tentang berakhirnya mimpi seorang Min Yoongi.
.
TBC...
/mian pendek/
akhirnya jungkook muncul juga.
Apa penyakit jungkook?
Bagaimana yoongi mengetahui tentang keadaannya sendiri?
Voment juseyo...
biar aku tambah semangat lagi buat nulis chap selanjutnya~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST SNOW ✔
Фанфик"Bagaimana rasanya salju, hyung?" The Highest Rank #1-yoonkook (lupa kapan)