about reason

5.4K 594 23
                                    

Setengah jam berlalu, hyorin ikut tertidur sambil menggenggam tangan yoongi, di kursi samping ranjang rumah sakit putranya. Namjoon dan seokjin sudah berpamitan untuk pulang sejak lima belas menit lalu.

Rasa sakit kembali menjalari kaki kiri yoongi yang terpasang gips, menjadikan namja berkulit pucat itu menggeliat dan terbangun.

Menyadari putranya telah terbangun, hyorin langsung tersenyum, "kau sudah bangun, nak? Apa kau butuh sesuatu?"

Yoongi meringis, lalu menggelengkan kepala pelan. "Dimana namjoon dan seokjin?"

"Oh, mereka sudah pulang lima belas menit yang lalu."

Yoongi mengangguk tanda mengerti. "Eomma?"

Hyorin menatap yoongi, lalu mengelus surai hitam milik putranya itu, "ya sayang? Kau lapar? Akan eomma ambilkan makanan. Atau kau ingin ke kamar mandi? Ayo, akan eomma..."

"Apa kata dokter tentangku?" Potong yoongi dengan nada yang sangat dingin.

Ini yang hyorin khawatirkan, putranya akan menanyakan keadaannya. Dia memejamkan matanya, tak terasa setetes air mata jatuh dan disusul tetesan berikutnya.

"Eomma?" Yoongi mengelus pundak ibunya, tak mengerti maksud dari tangisan itu.

Hyorin tahu, dia tak bisa berakting dengan baik. Dan bagaimanapun, putranya pasti mengetahui ini cepat atau lambat. Dia menyeka kedua matanya, aku harus kuat. Bagaimana aku menguatkan putraku jika terus menangis seperti ini.

"Yoongi-ya," suara serak ibunya mengisi seluruh ruangan yang lenggang itu. Menghela nafas sejenak, "kau harus melupakannya," kalimatnya tergantung.

Dahi yoongi berkerut, "melupakan apa eomma?"

"Impianmu."

Hanya satu kata itu, yoongi sudah tahu apa maksud ibunya.

"Andwae!!" Yoongi berteriak dan

Prang!!

Dia melempar gelas yang berada meja samping ranjangnya, membuat pecahannya bisa berada dimana-mana. Dia meremas wajahnya yang kini telah dipenuhi oleh air mata.

Hyorin sudah tahu kalau ini pasti akan terjadi. Putranya akan mengamuk.

Dia mendekati yoongi dan memeluk tubuh ringkih putranya, "Tenanglah sayang, eomma disini. Eomma akan selalu berada disisimu. Eomma janji." Dan jangan lupakan air mata yang terus mengalir disana.

Nafas yoongi menderu, dia sudah merasa tenang dengan pelukan dari ibunya, tapi entah kenapa cairan bening itu selalu setia di ujung kedua pelupuk matanya.

Hyorin masih mengelus rambut putranya itu, "tenanglah sayang. Mungkin Tuhan memiliki rencana dan alasan tersendiri untuk ini, eung?"

Yoongi mengangguk, dia mengerti maksud ibunya. Sungguh.

Mungkin kalian bingung, bahwa seorang min yoongi bisa langsung luluh pada ibunya. Dan iya, itu hanya terjadi pada ibunya, tak ada orang lain yang bisa membujuknya lagi selain ibunya, min hyorin.
Hyorin adalah segalanya bagi yoongi, begitupun sebaliknya.

.

Keesokan harinya, yoongi mulai tak betah di rumah sakit. Dia ingin pulang, kembali ke ranjang king size miliknya. Dan itu lebih diperparah karna setiap pagi ada seorang suster yang selalu membuka jendela, dengan alasan harus ada cahaya yang masuk. Tidakkah dia tahu, diluar hanya ada salju. Dan dia membenci itu.

Ibunya telah mengambil cuti dari kantornya, dan sudah meminta izin untuk yoongi tidak ikut pelajaran beberapa hari.

Pagi ini ibunya berkata ingin mengunjungi jungkook, putra tuan joohyun sebentar. Dan setengah jam kemudian, dia telah kembali, dengan dua orang asing bagi yoongi. Tidak, hanya satu. Karna dia masih mengingat wajah tuan joohyun, dan yang di kursi roda itu pasti jungkook.

"Sayang, perkenalkan, ini jungkook, putra tuan joohyun."

Yang dikenalkan hanya tersenyum, dan mengulurkan tangan kanannya, "hai, namaku jungkook." Lalu senyumnya bertambah lebar dan menampilkan gigi kelinci miliknya.

Yoongi membalas jabatan tangan jungkook, "yoongi imnida." Dia juga membalas senyum jungkook.

"Baiklah, kalian berdua sudah saling kenal, kan? Sementara kita pergi mencari makan siang, kalian mengobrollah, agar lebih akrab." Suruh hyorin pada yoongi dan jungkook. Sebelum pergi, dia sempat mengelus surai kedua anak itu.

"Hyung," perkataan jungkook tergantung, "hmmm... bolehkah aku memanggilmu 'hyung'?"

Yoongi tersenyum, "kau akan menjadi adikku, tentu saja boleh."

Senyum pun merekah dari bibir jungkook, dan menampilkan gigi kelincinya lagi. "Terimakasih. Sudah lama aku ingin memanggil seorang dengan sebutan 'hyung' lagi."

Lagi?

Lenggang sejenak.  Yoongi memang bukan tipe orang suka bicara banyak pada orang baru, jangankan orang baru, kedua sahabatnya itu pun jarang mengobrol dengannya.

"Hyung, aku sudah mendengar tentangmu." Jungkook memulai obrolan.

Yoongi menoleh, tentang apa?

"Tentang apa yang terjadi pada  impianmu itu." Seolah tahu apa yang sedang yoongi pikirkan, jungkook menjawab pertanyaan yang yoongi tanyakan dalam hatinya.

"Hyung," jungkook menggenggam tangan yoongi. "Kehilangan mimpi bukan berarti kau harus menyerah dalam hidupmu. Itu berarti, Tuhan ingin kita untuk berusaha dua kali lebih keras dari biasanya. Bahkan, Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa kita lalui, kan? Itu artinya, Tuhan yakin kau bisa melalui ini semua."

Yoongi mencerna kalimat jungkook. Apa yang dikatakannya benar.

Jungkook menjauhi yoongi dan mendorong kursi rodanya menuju jendela kamar inap yoongi, lalu mengelus kaca yang dipenuhi embun. "Kau tahu hyung? Aku sangat bersemangat untuk natal kali ini. Aku telah menemukan keluarga baru dalam hidupku. Dan lihatlah, tidakkah kau menyadarinya? Hari ini salju turun lebat sekali, aku sangat ingin bermain dengannya." Perkataan jungkook terhenti dan dia menunduk.

Yoongi menoleh ke arah jendela, "kau ingin bermain salju? Tidakkah itu seperti anak kecil?" Yoongi terkekeh.

Jungkook memutar kursi rodanya ke arah yoongi, "iya, karna memang sejak kecil aku tak pernah bermain salju."

Pengakuan jungkook membuat yoongi terkejut. Bagaimana bisa, seorang remaja 16 tahun belum pernah bermain salju sejak kecil?

Jungkook tersenyum, "aku memiliki penyakit hipotermia sejak kecil, hyung. Dan ini akan berlangsung selamanya. Jika terkena udara dingin, sakitku akan kambuh."

Mengetahui hal itu yoongi sangat menyesal, "mianhae."

Dengan segera, jungkook menggelengkan kepalanya. "Tidak, hyung. Tak apa. Aku memang sangat menyukai salju. Akan tetapi, aku menikmati hidupku yang seperti ini. Tapi aku tahu, Tuhan memiliki alasan dibalik ini semua. Dan alasan, kenapa kita bertemu." Dia tersenyum lagi.

Yoongi heran dengan jungkook, alasan Tuhan kenapa kita bertemu?

Yoongi berpikir kembali, bagaimana bisa dia bertahan hidup seperti ini? Terkekang. Penyakitnya tak akan bisa sembuh, tapi dia masih bisa tersenyum bahagia, menikmati hidup. Sedangkan yoongi? Kakinya akan sembuh tak lama lagi, iya mungkin dia akan kehilangan mimpinya, dan itu membuatnya kehilangan semangat hidup, tapi setidaknya hidupnya akan normal kembali.

Dan sekarang yoongi tahu, alasan kenapa Tuhan mempertemukan mereka.

.

TBC....

apa maksud jungkook dengan kalimat, "...seorang dengan sebutan 'hyung' lagi." ??

Apa yang dipikirkan yoongi tentang keadaan jungkook?

Dan,
Apa alasan Tuhan mempertemukan mereka?

"Cause our meet for a reson."

.
Mian, semakin banyak teka-teki.
- salam cinta dari author:* -

FIRST SNOW ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang