Nenek Drakor

105 33 2
                                        

Keesokan harinya....

"Nin,Nina. Tok tok tok." ujar Nenekku panik sambil mengetuk pintu Berulang ulang kali.

Akupun terbangun dari tidurku dan melihat jam di dinding ternyata hari sudah menunjukkan Pukul 11 pagi. Ternyata dari tidur sore kemarin aku tak terbangun sedikitpun. Dan aku tidak makan, mandi, dan tidak melakukan kegiatan apapun selain bermimpi selama berjam Jam.

Aku langsung beranjak menyandarkan tubuh bau ku ke ujung dipan kamarku dan mengusap wajahku dengan tangan. Tak lupa kebiasaan tiap bangun tidur sejuta umat yakni menguap panjang.

"Nina buka pintunya, sayang. Kamu marah sama Nenek, yah? Tolong bukain pintunya,dong. Kamu gak kenapa napa kan?" ujar Nenekku sambil terus menerus mengetuk pintu.

Aku mengangkat tubuhku dari pulau milikku, melangkahkan kaki dan berusaha membukakan mata sebesar mungkin. Dan aku langsung membuka pintu kamarku.

"Iya,Nek ada apa? Kok panik gitu?" Tanyaku dengan nada santai.

"Kamu kenapa seharian kemarin gak keluar kamar? Gak makan? Dan ini juga baju kemarin. Pasti kamu gak mandi, yah?" Tanya Nenekku.

"Gapapa,Nek. Nina lagi banyak masalah aja. Jadi, Nina putuskan untuk tidur supaya masalahnya gak terlalu Nina inget harapannya sih biar amnesia . Eh malah
kebablasan tidurnya hehehe." Ujarku pada Nenek sambil tertawa kecil.

"Masalah apa? Kamu tuh, yah.
Kalo ada masalah cerita sama Nenek. Kalo kamu punya masalah berbagi sama orang lain. Biar ketemu jalan keluarnya jangan malah dipendem sendiri kayak cicilan panci " ujar Nenekku sambil mengelus rambutku.

"Jangan, Nek. Nenek tau prinsip aku kan? Selain itu Nina juga gak mau Nenek kepikiran masalah kebodohan ABG terus Nenek sakit gara gara mikirin masalah Nina. Nenek pikirin aja masalah cicilan panci sama Mang Encim" ujarku pada Nenek sambil menggodanya.

"Prinsip,prinsip. Itu bukan prinsip itu gengsi. Kamu ini mirip banget sama Ibumu." Kata Nenekku yang balik menggodaku.

Aku hanya menatapnya tajam dengan ekspresi datar. Seolah mengerti Nenekku langsung mengalihkan pembicaraan dengan memberikan nasihat.

"Yaudah kalo gak mau curhat sama Nenek gapapa. Tapi kamu harus curhat sama Allah
Insya'allah. Pasti Allah bakal kasih jalan keluar dengan skenario terbaik ciptaannya. Allah kan maha mendengar. Daripada kamu tidur?Apa manfaatnya? Gak ada kan? Jadi, lebih baik kamu sholat dan berdoa pada Yang Maha Kuasa" Ujar Nenekku

"Iya, Nek Iya." Kataku

"Ohiya. Kamu gak jadi ikut kemah?" Tanya Nenekku sambol melepaskan pelukan hangatnya dariku.

"Hmm.... Ya gitu deh,Nek." Kataku

"Lah kenapa? Kok gak ikut. Kamu kan Pradana kok bisa gak ikut sih?" tanya Nenekku.

"Hmm. Dari pada Nenek kepo kita nonton kaset Drakor aja yuk. Nina bikin popcorn sama minumannya dan Nenek silakan duduk manis depan Tv." Kataku sambil mengalihkan pembicaraan dari dunia kemah ke dunia oppa.

"Boleh tuh nonton Drakor. Udah lama gak liat suamiku si Joongki." Respon Nenek dengan serius

Nina pun tertawa kecil karena ulah neneknya yang sangat bersemangat ketika diajak nonton Drakor dalam hati Nina bertanya keheranan
(Ini orang tua apa bukan,yah? Kok kelakuan sama hobinya kayak anak masa puber. Udah kepala lima tapi hobinya ala sweet seventeen.)

Begitulah ujar hati Nina. Tapi walaupun begitu Nina sangat menyayangi neneknya karena sejak kecil neneknya lah yang menjaga dan merawat dirinya. Kasih sayang dan hati Nina tak pernah berpaling pada siapapun termasuk pada ibunya sendiri. Ia merasa Ibunya adalah Neneknya dan Neneknya adalah Ibunya. Aneh bukan? Tapi begitulah kenyataannya Nina tak pernah nyaman berada di dekat ibunya. Dan menurut Nina dirinya berubah semenjak sang ibu melukai batinya.

Nina's dream
"Berkeliling di negeri ginseng bersama sang nenek di tahun dan musim yang indah. 10 tahun lagi. Ya Allah beri aku kesempatan memenuhi keinginan kami "


Buper CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang