Sebenarnya, ada apa denganmu?

83 17 0
                                    

Suasana sore menyapa, tetap terasa indah walaupun tengah berada di ramainya jalanan kota. Hari yang indah bagi anak muda yang tengah dimabuk asmara.

Suara klakson motor dan mobil yang beradu membuat mood Nina turun lagi, setelah selesai dari restoran kudapan matcha keduanya memutuskan untuk pulang. Nina meminta mengambil jalan yang jauh agar tidak terjebak kemacetan kota. Namun, tetap saja sia-sia, jalanan manapun juga tetap dihantui kemacetan.

"Ternyata bener, gak ada orang pinter di dunia ini." Ketus Nina.

"Maksudnya?" Tanya Dito heran.

"Goblok Lo milih jalan. Udah dibilang pilih jalan jauh asal gak macet, ini  jalan udah jauh mana macet lagi."

"Kan Lo yang nyaranin jalan ini. Lupa yah? Dih belum tua udah pikun, dasar pria cantik." Balas Dito dan tangan kirinya memegang tangan Nina yang sedang memeluk pinggangnya.

"Lepasin, kalo enggak gue turun disini."

"Turun aja, emang Lo tau jalan pulang?" Tantang Dito.

Nina terdiam, bibirnya manyun. Ia meralat perkataan untuk turun. Benar kata Dito, dia tidak tau jalan pulang. Kalau dia turun lalu diculik, kan kasian Neneknya nonton drakor sendirian.

"Klakson dong, biar yang didepan jalan. Gue ngantuk tau."

"Mood Lo udah ancur gara-gara dengerin suara klakson dari tadi. Terus Lo mau nyuruh gue ikutan klakson juga? Situ waras?" Kata Dito sambil menoleh kebelakang, ia memandang lekat wajah Nina yang juga terdiam mematung memandangnya.

"Oh, ayolah, sumpah gue ngantuk, gue capek, gue..." Kata Nina terhenti

"Kekenyangan makan kudapan matcha. Pelit sih tadi gak mau suapin gue, gak romantis emang." Sambung Dito sambil menghadap ke depan.

Nina terdiam ia mendekatkan wajahnya pada telinga Dito.

"Gue udah gak tahan, sumpah! Kalo udah sampe tolong bangunin,yah! Ngantuk banget." Bisik Nina sambil mengeratkan pelukannya, lalu menyandarkan kepalanya pada bahu lebar Dito.

"Iya, tidur aja. Jangan lupa mimpin gue, yah. Mimpiin gue yang  lagi boncengan sama Lo."

"Kan emang Lo lagi boncengan sama gue."

"Oh iya,yah. Sorry typo mulut gue."

Kedua lalu terdiam beberapa saat, Dito berpikir bahwa Nina sudah memasuki alam mimpi.

"Mimpiin gue jadi pengganti matcha sebagai moodbooster Lo, dan jadi suami Lo di masa depan nanti. Setelah sukses itu...." Ucap Dito tanpa sadar dan terhenti karena Nina membalas ucapannya.

"Gue denger, jangan mimpi Lo cowok gila." Balas Nina tanpa mengubah posisi nyamannya.

"Maaf gue khilaf. Tapi semoga aja tadi malaikat sedang lewat, lalu mencatat doa yang tadi."

"Susah emang ngomong sama orang ganteng." Ucap Nina setengah sadar.

Senyum Dito merekah, jantungnya berdegup kencang seperti habis lari 12 putaran "Makasih, kamu juga cantik walaupun garang." Balas Dito.

"Hmm."

Nina tertidur dan tangan kiri Dito memeluk tangan Nina agar tidak terjatuh, senyum manis merekah dari bibir laki-laki tampan itu. Sangat senang menculik si kepala batu untuk sekedar berjalan berdua, bukan teman, apalagi pacar, Dito kagum pada sosok yang membencinya. Sungguh suatu kewajiban baginya untuk membahagiakan Nina.

****

"Hey, badak bangun woy, gue sesek tau." Suara laki-laki yang membuat Nina terbangun.

Buper CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang