"oh tuhan Nina oppa Joongki gagah dan ganteng banget di film ini. Sama gagahnya kayak almarhum kakek mu. aduh bikin nenek lemah aja."
Kata kata itu tak henti hentinya keluar dari mulut Nenekku setiap dia melihat idolanya berlaga di film yang sedang kami tonton descendants of the sun. Meski sudah berulangkali film ini kami tonton rasanya tak pernah ada rasa bosan bagi Nenekku untuk mencerna cerita yang sudah berpuluh kali diketahui alur ceritanya. Aku tahu alasannya karena di film ini song Joongki berperan sebagai seorang abdi negara dan dia terlihat sangat tampan dan gagah mengenai seragam Tentara Korea ditambah lagi dengan senyuman menawannya membuat Nenekku tambah menggila. Almarhum kakekku merupakan mantan personel TNI dan ia mengatakan bahwa idola mirip dengan mendiang suami tercinta. Soal kegagahan dan ketampanan memang keduanya mirip karena tampan itu relatif tapi kalo soal warna kulit, so pasti keduanya sangat sangat berbeda. Maka dari itu, tak heran jika nenekku terkesan lebay ketika melihat aktor idolanya beraksi di layar kaca. Jangan tanya mengapa nenekku bisa mengenal dunia korea. Karena jujur aku juga tak mengetahui bagaimana caranya dia mengenal drakor dan oppa korea."Eh,Nin. Kamu gak jadi ikut kemah yah? Bukannya hari ini kamu berangkat kemah? "tanya nenekku.
"Nggak nek. Nina udah out Pramuka. Jadi, berhenti bahas kemah dan Pramuka yah Nek." ujarku sambil menguyah popcorn.
"Loh. Kok gitu sih? Kenapa harus out bukannya kamu dulu yang seneng banget sama pramuka, mohon mohon sampai nangis mau masuk Pramuka. Sekarang kok malah kamu yang mau ninggalin begitu saja. Kamu tahu kan ditinggalkan itu sakit!"tanya nenekku
Astaga kok nenekku baperan yah?
"Ceritanya panjang nek. Kalo aku ceritain,cerita ini gak bakalan abis abis. "ujarku
" Ah. Dipersingkat aja."ujar nenekku
Nenekku terus memaksa agar aku menceritakan alasanku untuk keluar dari Pramuka. Sebenarnya aku enggan menceritakannya kembali namun karena nenekku yang memaksa jadi aku tak bisa menolaknya. Setelah ia tahu alasanku. Dia malah marah padaku
"Nina Itu emang salah kamu. Kamu itu terlalu keras dan emosian apalagi kalo lagi marah kayak orang kerasukan setan kamu itu. Cobalah belajar menahan emosi dan keras kepalamu itu."ujar nenekku
"Nina udah coba,Nek. Tapi tetap aja, Susah Nina gak bisa nahan semua itu." Ujarku"Caranya dengan.... "
Belum selesai nenekku berbicara ada suara pintu yang diketuk dengan pelan." tok tok tok. Assalamualaikum. "
Aku dan nenekku pun terdiam sejenak,lalu nenekku memecahkan keheningan" Eh kok malah diem. Ada yang ngetuk pintu tuh. Sana bukain. " Ujarnya.
" iyaiya Nek. " Ujarku
Akupun berjalan ke arah depan untuk membukukan pintu. Melihat siapa yang berkunjung di hari yang bisa dibilang lumayan indah ini.
Clekkk..
Pintupun terbuka betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok yang bertamu. Semua amarah langsung berjalan menuju otakku seperti lahar gunung berapi yang siap keluar.
" Ngapain lo disini? " Ujarku dengan nada kaget
" Aku mau jelasin sesuatu. Aku mau minta maaf karena gara gara aku jabatan kamu sebagai Pradana dicopot secara tidak hormat. Dan.. "
Belum sempat ia menyelesaikan pembicaraannya aku langsung memotong omong kosong darinya
"Ah sudahlah. Gak perlu, pergi sana gua ga ada waktu. Waktu gua terlalu mahal buat ngedengerin perkataan dari cowok sampah kayak lo." Ujarku dengan amarah
"Tapi dengerin dulu ini penting." Ujarnya dengan ekspresi yang sama sekali tidak berubah.
Aku hanya memandangnya keheranan.
"Kenapa ekspresi nya gak berubah? Bukannya kemarin dia seperti punya ribuan cadangan ekspresi disaat harga diriku di jatuhkan? Dari mana ia tahu rumahku? Bukankah kami tak saling kenal bahkan aku baru kemarin melihat ada bocah gila ini di sekolahku
".Ya, siapa lagi? Sosok itu adalah si Dito. Seseorang yang telah merusak semangat dan hariku kemarin.
"Ah terserah gak peduli. Pulang sana ganggu orang lain aja jangan ganggu aku "ujarku sambil akan menutup pintu
"Eh. Tunggu dulu dengerin penjelasan aku dulu, jangan main tutup pintu aja. Aku dah capek loh dateng kesini cari cari rumahmu. Masa aku pulang tanpa hasil, Sih? " Ujarnya sambil kaki kirinya yang sengaja diletakkan antara pintu agar tidak tertutup ketika aku menutupnya.
"Jadi Lo mau apa? Mau masuk minum? Jangan ngarep! Aku udah bilang gak penting. Jadi tolong sekarang pergi dari sini. "Ujarku.
" Aku gak mau pergi sebelum kamu dengerin aku. Pantang cabut sebelum hasil ngikut " Ujarnya
Aku tak mendengarkan omong kosong dari mulutnya. Karena aku malah semakin kesal dengan orang gila ini. Aku mendorong pintu dengan kerasnya aku lupa kalau kaki Dito berada diantara pintu sampai kakinya terjepit lalu dia berteriak
" Awwww. Aduh sakit". Teriaknya
Aku pun langsung melepaskan pintu. Iya, aku panik setengah mati. Dikarenakan dia menangis mungkin karena kakinya terluka. Aku pun langsung menolong nya membuka sepatu nya lalu melihat kondisi kakinya.
"udah jangan nangis. Jangan lebay deh jadi cowok. Cengeng banget. " Ujarku
" Bukan masalah cengeng atau lebay. Tapi ini sakit banget cewek setengah jadi. "ujarnya.
Akupun dengan sigap melihat kakinya memang tidak terluka tapi mungkin bagian dalam kakinya ada yang terkilir akibat jepitan pintu yang sangat kuat. Aku memegang kakinya dan benar saja dia berteriak dengan kerasnya sampai sampai nenekku keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Nina ada apa ini? Siapa dia?apa yang kamu lakukan padanya"ujar nenek ku. Nenekku terkejut melihatku yang terjongkok berhadapan didepan lelaki itu. Akupun bertambah panik.
***
Maaf banyak kekurangan dan maaf juga karena jarang update cerita baru dikarenakan saya lagi sibuk-_-Nikmatin aja ceritanya dan jangan lupa votenya guys
See you next part😍😘💕💕

KAMU SEDANG MEMBACA
Buper Cinta
Roman d'amour" Cinta kok maksa sih? Cinta itu gak boleh dipaksakan Dito!" " Bisa karena biasa, biasa karena terpaksa. Semuanya akan biasa saja setelah ini dipaksakan. Jadi,ayolah terima saja cintaku ini." Dito Almehry Putra " Percuma emang ngomong sama pemaksa...