Halaman 4

1.1K 74 5
                                    

Jangan terlalu tenggelam dalam pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terlalu tenggelam dalam pikiran.
Nanti tersesat.

Oktamara

***


Jakarta, 21 Februari 2018

Suka atau tidak suka, manusia memang diciptakan hidup berdampingan dengan 'dia'. Beberapa manusia terkadang, secara tidak sengaja menganggu mereka. Atau terkadang memohon bantuan mereka untuk menikmati indahnya dunia yang hanya sesaat.

Beberapa manusia lainnya juga diciptakan akal dan perasaan yang lebih peka terhadap 'mereka' atau yang dikenal dengan sebutan indigo . Bagi mereka yang percaya, ia akan menghargai setiap makhluk di lingkungan dimana ia tinggal. Lebih memilih tidak mengenal mereka dan menjaga jarak. Sebab orang yg ber-title indigo tau, jika ia mengabulkan permintaan "mereka", semua makhluk yg sama akan menghampirinya dan meminta bantuan.

Pagi yang cerah untuk perempuan berdarah jawa lahir di Jakarta.
Okta memandang kosong keluar jendela. Sejak tadi yang ia lakukan hanya membuang nafas lesu dan tidak bersemangat. Hari itu ialah satu hari sebelum keberangkatan mereka ke Bandung. Ia dan yang lain berencana menginap di rumah Indah. Mempersingkat waktu karena teman-teman yang lain tau, si Oktamara adalah manusia tukang ngaret.

Ia menyiapkan segala sesuatunya. Termasuk mental dan hati yang ia siapkan. Kalau boleh jujur, ia tidak nyaman bila bermalam yang bukan tempat biasa ia tidur. Ia sangat suka berlibur. Hanya saja, ia tidak menyukai suasana pada saat malam hari dimana pun itu kecuali rumahnya.

Penyebabnya adalah sejak kecil ia selalu disuguhi cerita-cerita mistis di lingkungan Keluarga. Terutama pada mendiang almarhum Sang kakek. Dulu sang kakek adalah pejuang perang pada jaman sebelum Indonesia mulai melahirkan generasi-generasi milenial seperti saat ini. Ia panglima berdarah biru paling terkenal di daerah Pegunungan Jawa Tengah. Tapi sang kakek lebih memilih menepi dan tinggal di balik bukit gunung dan masuk ke dalam pedalaman hutan.

Masyarakat jawa pada jaman dahulu sangat mempercayai adanya makhluk tak kasat mata. Apalagi banyak legenda-legenda yang membawa 'mereka' di setiap cerita rakyat. Masyarakat jawa juga sangat menghargai dunia mereka walaupun tidak melihat dengan cara memberikan beberapa sesajen. Dulu sang kakek menganut ajaran Budha yang kuat, sebelum islam masuk ke pedesaan. Leluhur sang Kakek mewariskan kris berisikan makhluk-makhluk tak kasat mata secara turun menurun.


Ia jadi teringat masa kecilnya...

Gadis kecil bermata belo memandang lurus penasaran pada ruangan tertup hordeng berwarna merah tua. Ruangan itu berbentuk persegi yang khusus kakeknya gunakan untuk menyimpan barang-barang peninggalan perang. Ia yang masih kecil menimbang-nimbang ruangan apakah itu? Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan itu kecuali di setujui oleh 'mereka'

"Mah, itu ruang apasi?" tanyanya pada sang Ibu yang sibuk membersihkan bahan makanan.

"Itu ruangan khusus, kamu jangan masuk ke dalam. Ada monster,"

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang