Halaman 13

595 62 0
                                    

Ada yang meronta ingin dilepaskan—(Ego manusia)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang meronta ingin dilepaskan—(Ego manusia)

Oktamara

***

Plak..

Satu tamparan mendarat di pipi Bari. Bibirnya bergetar dalam diam. Ya, Bari sedang berhadapan dengan orang tua Raina. Indah dan Dina tidak dapat berkutik ketika satu tamparan itu melayang dengan mulus.

Marah bukan main ekspresi dari Ayah Raina. Mereka semua hadir, orang tua dari Indah, Dina, Raina, Ilham, Izul, Okta, Sila dan Bari. Berbeda dengan Andi yang hanya di wakili dengan kakak perempuannya saja.

"Kamu sudah tidak waras?! Bagaimana bisa anak saya seperti itu, hah?!"

Ibu Raina hanya dapat menangis di pelukan orang tua Indah. Berbeda dengan Orang tua dari Okta mulai geram melihat anaknya yang tidak ada.

"Lalu, gimana dengan anak saya? Dimana Okta?!"teriak Ibu Okta dengan mata menggenang.

Melihat kondisi Raina yang koma, siapa yang tidak panik?

"IZUL! DIMANA IZUL?!"serobot Ibu Izul menuntut bibir Bari terbuka.

Bari hanya diam merunduk. Izul, Okta dan Andi bukan kuasanya. Ia tidak bersama mereka semalam.

"S-s-saya belum dapat kabar dari mereka,"ujar Bari takut.

Ayah dan Ibu Bari hanya menatap sedih dengan anaknya. Mereka benar-benar kecewa kali ini. Mungkin salah mereka juga yang terlalu mendidik anaknya dengan Uang.

"Bajingan kamu!"umpat Ayah Raina.

Di sisi lain Okta, Andi dan Ujang berlari menghampiri mereka. Mereka tiba di rumah sakit terdekat dengan Vila tersebut. Dengan menelpon ambulan yang membawa Izul di dalamnya. Mereka tidak menyangka akan bertemu di rumah sakit tersebut.

"Mah!"teriak Okta menghambur kepelukan ibunya.

Begitupun kakak dari Andi yang sedari tadi hanya diam memperhatikan dan menantikan kabar sang adik. Ia langsung menghambur ke pelukan adik laki-lakinya. Melihat kedatangan mereka, Ibu Izul memegang lengang Okta yang sedang menangis di pelukan ibunya.

"Nak, anak ibu mana? Izul dimana?"rintihnya menahan tangis.

Okta mengigit bibirnya, melepaskan pelukan ibunya. Tangisnya kembali pecah saat beralih memeluk ibu Izul yang menangis."Maafkan saya tante gak bisa jaga Izul,"

"I-izul dimana nak!"teriak sang Ibu sambil menangis.

"Izul koma tante,"ucap Andi.

Tubuh Ibu Izul merosot ke lantai, menangis meraung. Hidupnya seakan runtuh. Anak itu memang selalu menyusahkan, tapi tidak bagi sang Ibu. Izul hanya sekedar mencari perhatian di hatinya yang sepi. Seluruh manusia di sana terperengah dengan kabar yang Andi lontarkan. Berbeda dengan Bari, Izul terlahir di keluarga sederhana. Ia hanya memiliki Ibu dan kakak perempuannya di dunia. Sang Ibu adalah tulang punggung bagi keluarga kecil bahagia itu.

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang