Halaman 11

659 53 0
                                    

Melangkahlah satu kaki, niscaya membawa perubahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melangkahlah satu kaki, niscaya membawa perubahan.

Oktamara

***


"Andi!"

"Andi!"

Brak...

Pintu terbuka mengalihkan perhatian Okta.

"Ujang?!"pekiknya merasa lega.

Ia takut sendiri. Terutama kondisi Andi yang sama sekali tidak bergerak. Ujang berlari menghampiri Okta dan Andi.

"Coba saya periksa,"

Okta sedikit menggeser tubuhnya. Tangannya gemetar hebat. Rasa sakit pada tubuhnya hilang tergantikan panik menghampiri gadis tersebut.

Ujang memeriksa denyut nadi Andi berkali-kali. Kepalanya menoleh ke Okta memperhatikan kondisi gadis tersebut yang terlihat mengenaskan bagi Ujang.

"Dia cuma pingsan,"tutur Ujang.

Lutut Okta terasa lemas seketika. Ia memeluk lututnya menangis. Belum pernah kejadian seperti ini dalam hidupnya.

"Kamu punya minyak angin?"tanya Ujang.

Okta menengadahkan kepalanya, "Ada tapi tas gue di bawah. Gue takut,"ujarnya di sela-sela tangisan.

Ujang berdiri dan pergi ke lantai bawah begitu saja. Sebenarnya ia tidak mau menginjakan kakinya di rumah peninggalan Belanda ini. Ia tidak sudi sama sekali. Tapi dalam perjalanan pulang, ada sosok yang menjegalnya untuk membantu Okta dan teman-temannya. Ya dia Sang Ratu , yang menghampiri ujang. Berhubung Sang Ratu adalah penguasa tanah jawa, Ujang mengikuti permintaannya. Untuk pertama kalinya, Ujang menuruti permintaan makhluk astral seperti dia.

Tiba di lantai bawah, Ujang membereskan isi tas Okta yang berantakan di lantai. Tak lupa ia membawakan Okta dan Andi segelas minuman.

"Nih Ta minum dulu,"ujar Ujang selepas ia tiba di atas.

Gadis tersebut menerimanya dengan tangan sedikit gemetar dan langsung meneguknya hingga tandas. Ujang pun mulai mendekatkan minyak angin pada hidung Andi. Awalnya Andi tidak bereaksi. Lambat laun, Andi mengernyitkan dahinya. Okta yang melihat itu, segera mendekat.

"Alhamdulillah, lo sadar Andi!"

Andi mengerjabkan matanya perlahan. "Engh...Setan!"teriak Andi tiba-tiba terduduk.

"Tenang Ndi, udah selesai di sini."ucap Ujang menenangkan.

Andi dan Okta mengernyitkan dahinya bingung tidak mengerti maksud apa yang dikatakan Ujang.

"Maksudnya?"

"Kalian inget, saya pernah bilang kalau Raina medan menarik bagi mereka?"

"Iya?"

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang