Halaman 14

641 53 0
                                    

Dimulai dengan dirimu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dimulai dengan dirimu sendiri.
Sebab orang lain memiliki pemikirannya tersendiri.
Sama sepertimu.

Oktamara

***

Andi mengepalkan tangannya. Matanya memikirkan jalan keluar untuk Raina dan Izul. Mereka memang tidak sedekat seperti sahabat semestinya. Tidak sedekat untuk berbagi pikulan di bahu. Mau dipikirkan bagaimanapun, mereka tetap teman. Berangkat bersama pulang pun harus lengkap.

Tengah hari, orang tua mereka membawa anak-anaknya untuk pulang. Kecuali orang tua Raina, Ibu Izul, dan Okta yang masih betah di rumah sakit ini. Jelas! Mereka punya tujuan. Kakak Andi pun harus pamit kembali ke jakarta untuk urusan kehidupannya.

Ujang datang bersama Okta menyusul Andi yang duduk di bangku taman. "Jadi gimana, Ndi?"

Andi menolehkan kepalanya, tatapannya kembali dingin. Ia kembali pada Andi yang dingin dan cuek. Bila sudah seperti itu, tidak ada yang berani menyentuhnya atau bahkan menegurnya. Alisnya berkerut tanda ia sedang berpikir.

"Lebih baik kalian pulang juga ke Jakarta,"tutur Ujang.

Andi mendesis mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Ujang. "Gak! Bagaimanapun, kita harus bantu orang tua Raina dan Izul!!"

"Sorry ya Ndi, bukannya bagus ya kalo kita balik ke Jakarta?"sela Okta.

"Bagus apanya?"

"Mereka di Jakarta, bukannya kita punya peluang buat bujuk mereka ikut bantu?"

Andi berpikir sejenak. Otaknya mencoba menelaah kalimat yang Okta lontarkan. Setuju! Bukankah baik, bila ia ke Jakarta? Temannya semua kembali ke sana. Waktu yang dibutuhkan setidaknya 7 hari.

Hari itu, Andi dan Okta mengikuti intuisinya untuk pulang ke rumah masing-masing. Mereka bersiap-siap untuk membujuk temannya yang lain. Pikirannya sangat kacau. Belum lagi mereka kurang istirahat. Andi menatap nyalang ke luar jendela kereta. Hamparan rerumputan hijau, membuat pikirannya sedikit tenang. Berbeda dengan Okta yang sudah terlelap dalam tidurnya.

Andi bangkit dari kursinya ketika stasiun yang mereka tuju berada di hadapannya. Sambil menyiapkan beberapa barang bawaan tersebut, ia berniat membangunkan temannya.

"Ta, bangun ta."

dug..

Sebuah album kusam jatuh dipangkuan Okta. Andi kaget bukan main ketika melihat album tersebut jatuh dipangkuan Okta. Berbeda dengan Okta yang nampak terlihat biasa saja dan membereskannya.

"Lo bawa itu ke Jakarta?"tanya Andi.

"Loh, bukannya lo yang bawa?"

"Kepada penumpang sekalian, kereta berhenti di stasiun jatinegara. Mohon untuk mempersiapkan barang bawaan anda. Jangan sampai tertinggal dan hati-hati,"

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang