Halaman 25

521 47 4
                                    

Jangan terlalu banyak tahuNanti, tersesat mau?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan terlalu banyak tahu
Nanti, tersesat mau?

Oktamara

***

Okta meringis mengerjabkan matanya berkali-kali.

sial!—Batinnya berkata. Ternyata ia tak sengaja tertidur di bawah tangga tersebut. Entah mengapa ia merasa sangat lelah dan ingin sekali tertidur panjang.

dug..dug..dug..

Terdengar suara gaduh menuruni tangga. Ia merapatkan mulutnya dan berharap itu adalah Ujang—temannya.

"Okta?!"teriak seseorang yang baru-baru ini ia hafal.

"Ujang?"cicit Okta.

Gadis itu berusaha keluar dari tempat persembunyiannya. Mengintip barangkali benar ia adalah Ujang.

Seseorang yang tak jauh dihadapannya memunggungi Okta. Gadis itu keluar dari tempat persembunyiannya.

"Ujang?"panggil Okta dengan cicit ketakutan.

Ujang yang merasa terpanggil menolehkan kepalanya. Sungguh luar biasa ia dapat menemukan gadis yang tidak tahu menahu soal ini. Ujang merasa bersalah sendiri.

"Kamu gak apa-apa?"tanyanya menghampiri.

"Gue pusing dan lemas"balasnya cepat.

Ujang memutar otaknya dengan cepat. Mungkin efek belum terbiasa dan Okta terlalu muda mengeluarkan jiwanya disaat pertama kali, tidak seperti Ujang yang memang terbiasa.

Belum ada hitungan detik...

Dug...

Tubuh Okta terjatuh ke lantai dan diseret.

"UJANG!"teriaknya.

"Okta!!"

Ujang memegang tangan Okta dengan erat. Ada yang menarik kaki gadis itu tapi tak berwujud.

"UJANG JANGAN DILEPAS GUE MOHON HIKS..HIKS"teriaknya memegang Ujang dengan erat.

"Argh! Ta, jangan dilepas!"

Pegangan tangan Okta mulai mengendur. Otak Ujang berputar, merasai suhu tubuh Okta yang mulai dingin dan lemas.

"Ta!"

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang