Halaman 10

673 55 0
                                    

Jika tidak bisa menjadi yang paling membekas,Berbaliklah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika tidak bisa menjadi yang paling membekas,
Berbaliklah.
Dia terlalu naif.

Oktamara

***

Hujan sudah reda dari beberapa menit yang lalu. Tapi suhu udara makin meningkat di setiap detiknya. Ilham merapatkan jaket tebalnya sambil memperhatikan jalan. Sesekali ia melirik Bari yang hanya diam dan akan menjawab bila ditanya.

"Bari awas!"

Brak..

"Apa itu?!"

Bari segera menghentikan mobilnya, menepi. "Gue coba periksa ya,"tuturnya. Bari pun turun dari dalam mobil. Ilham yang duduk di samping Bari pun tidak melihat apa-apa. Hanya Sila yang melihatnya.

"Demi Tuhan! Tadi gue lihat perempuan di tengah jalan!!"teriaknya.

"Ngada-ngada aja lo!"Umpat Ilham.

"Suwer Ham! Lo gak lihat tadi?! Wah gila, langsung merinding gue,"

"Ham mending kamu bantu Bari deh,"seru Indah.

"Yaudah, bentar ya. Oh, ya-"ucapnya. Ilham menoleh ke arah Raina yang hanya melamun menatap ke luar jendela.

"Jangan bengong!"lanjut Ilham.

Raina hanya mendecih pelan tidak terlalu menanggapi. Kepalanya masih terasa sakit. Ilham pun turun dari mobil, berjalan menghampiri Bari.

"Kenapa Bar?"

Bari tidak berniat menjawab hanya melirik ban belakang pada mobilnya yang kempes.

"AH SIAL! SERIUS LO? Tengah malem gini dan kita ada di tengah-tengah hutan!"

Bari mendorong pelan bahu Ilham,"Jangan berisik! Jangan ganggu penghuni di sini!!"bisik Bari dengan nada dingin.

Ilham menutup mulutnya rapat-rapat. Bukan karna ucapan Bari yang menakutinya. Tapi aura yang terpancar dari Bari. Dalam hati menebak-nebak apa yang dipikirkan Bari sebenarnya. Sepertinya alam tak henti-hentinya menertawakan kesialan mereka. Gerimis kembali turun perlahan. Ilham dan Bari pun memutuskan untuk masuk ke dalam mobil.

Blam..

"Bar, kayaknya ban belakang kempes ya?"

Bari mengibas-ngibaskan jaketnya yang sedikit terkena hujan. "Iya, semoga kuat sampe bawah ya. Kita coba aja."

"Aku gak yakin deh!"sergah Indah.

"Kenapa?"

"Kalian gak inget cerita Ujang? Hutan Kramat?! Maksudku seharusnya kalian percaya kalau dunia mereka tuh ada dan kita harus menghargainya."

"Ya terus, gunanya iman kita apa Ndah?"balas Bari.

Indah diam sejenak. Ia percaya ada Tuhan kok! Sangat! Di keluarganya sangat mempercayai adanya Tuhan dan nilai-nilai keTuhanan. Tapi, setiap agama pasti membahas tentang dia itu ada! Mungkin kebanyakan manusia normal menyepelakan hal tersebut. Tapi bagi Indah, ia sama sekali tidak bisa menyepelekan cerita-cerita rakyat tersebut.

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang