Halaman 23

516 44 10
                                    

Takdir memang selalu berjalan sesuai dengan suratan Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Takdir memang selalu berjalan sesuai dengan suratan Tuhan

Oktamara

***

Dalam keheningan, takdir menentukan siapa yang tetap tinggal. Raina, Izul dan Ujang terpaku ketika pintu yang mereka cari berada tepat di ujung lorong. Langkah mereka terhenti ketika dua sosok hantu belanda hadir tidak jauh dari mereka.

"Gimana?"harap Izul cemas menatap Ujang dengan takut.

"Mau tidak mau kalian harus melewati hantu itu untuk keluar melalui pintu merah!"

"Kenapa pakai kata kalian, lo bakalan nemenin kita kan Jang?"tanya Raina.

"Gak, saya gak bisa ninggalin Okta di sini. Bisa mati anak itu!"

"Kalo gitu gue juga ikut nolongin dia!"

"Rai! Mikir pake akal sehat dikit dong, pintu udah di depan mata kita. Dan lo lebih milih nyari Okta yang gak tau kemana?!"

"Lo yang gila Zul, Okta sama Ujang ngorbanin nyawa mereka nyebrang portal beda alam! Sakit jiwa ya lo!"

"Udah, kalian jangan bertengkar. Lihat di depan, sosok itu menghilang. Kalian bisa berlari lewat sana!"Sanggah Ujang menengahi.

Bagaimana jika kalian yang berada di posisi Ujang dan Okta? Apakah kalian akan rela mengorbankan nyawa kalian demi teman yang mungkin setelah kalian tiada lambat laun melupakan kalian?

Raina menggigit bibirnya panik. Ia mau menolong temannya. Ujang mengenggenggam tangan Raina dan mengaitkannya pada tangan Izul, membuat yang punya tangan tersebut tersentak kaget.

"Jangan dilepas! Setelah hitungan ketiga, tolong tarik Raina untuk sampai melewati pintu tersebut."titah Ujang.

Izul segera merapatkan pegangan tangannya pada Raina. Berbeda dengan gadis tersebut yang memberontak ingin dilepaskan.

"Saya hanya berpesan setelah kalian kembali dalam keadaan utuh, tolong berlarilah ke lorong bersama teman kalian menjaga pintu merah tersebut untuk tetap terbuka."

Woi..

Raina..

Izul..

Okta..

Ujang..

Kepala mereka teralihkan dengan suara yang sangat mereka kenal. Itu suara Bari yang diiringi dengan tiupan angin yang sangat kencang.

Tengah MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang