9. Tugas plot scene S.N. Afifah AfifahHanafi20
Aku menatap rintikan hujan di balik kaca bus. Jalanan jakarta masih saja macet seperti biasanya, angkot-angkot tetap dipenuhi oleh penumpang walau tak seramai dihari biasa, bus yang ku tumpangi pun tak terlalu padat dan berdesak-desakan, ku lihat dipinggir jalan pun warung makan tak kalah ramai, para pelayan siap dengan mangkuknya untuk menghidangkan sebuah bakso untuk pelanggannya. Masih sama, bus berjalan pelan melewati jalan yang licin. Angin dingin mulai menusuk sampai ke tulang, ah, aku melupakan jaket ku, karena tadi tergesak mengejar waktu. Bus berhenti sejenak, sepertinya ada penumpang yang akan masuk. Aku pun memejamkan mataku sejenak, menikmati udara dingin yang masuk di ventilasi bus.
"Hey, Ria! Kita bertemu."
Suara ini tidak asing di telingaku, aku membuka mataku dan menoleh kepada sang pemilik suara, ya dia Fenny. "Hay Fenny, duduklah di sampingku."
"Kau tidak memakai jaket Ria? "tanya Fenny kepadaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan.
"Oh iya, ini aku bawa jaket punya adikku. Pakailah," katanya lalu menyerahkan jaket berwarna coklat muda.
Entah mengapa aku merasakan ada detakan jantung yang hebat, sebelumnya aku tidak pernah merasakan ini, setiap berada di samping Fenny aku selalu merasa gugup. Fenny tersenyum, "Hey malah bengong! Pakailah, ahh mau ku pakaikan? " Fenny memang bertanya tapi tidak menunggu jawabanku ia langsung memakaikan jaket tersebut kepadaku.
"Fenny, sepertinya aku menyukaimu," ucapku lirih.
Fenny terdiam sejenak, ia menatapku wajah cerianya berubah seketika, aku menjadi gugup. Apakah yang aku katakan tadi menyinggungnya? Aku sadar, aku memang gila malah menyukai sesama jenis, entahlah sejauh ini aku memang tak pernah menjatuhkan hati kepada kaum adam. "Sudah sampai, aku duluan," ucap Fenny beranjak lalu meninggalkanku.
Rintikan hujan telah reda, aku berjalan gontai menuju kelas, entah mengapa sikap perubahan Fenny membuatku sakit. Kedua mataku menangkap seseorang yang berjualan permen kapas di depan gerbang sekolah. Ah, ide bagus! Siapa tau Fenny menyukainya.
Setelah membeli permen kapas tersebut aku berlari menuju kelas Fenny untuk memberikannya. Namun, lagi-lagi Fenny malah bersikap acuh seperti tidak mengenaliku.
"Ada apa? " tanyanya sinis.
"Ini permen untukmu, ambillah," ucapku
"Permen? Kau kira aku anak kecil?!"
"Tidak ada salahnya, jika kau menerimanya."
Fenny mengambil permen kapas itu dari tanganku, kemudian ia melambaikan tangannya memanggil seseorang, seseorang itu pun menghampiri Fenny, "Nih buat Lo! Lo suka permen kan? Ambil aja gue ikhlas," ucap Fenny.
Setelah kepergian Fenny aku tertunduk lemas, dasar orang egois, yang tak pernah memikirkan perasaan orang lain. Tapi, aku tidak mau menyerah sampai di sini. Ah iya, Fenny menyukai Coklat. Aku pun langsung berlari ke kantin untuk membeli sebungkus coklat silverqueen. Setelah itu, aku kembali ke kelas Fenny untuk memberikan coklat ini kepadanya.
Ia tersenyum sinis menatapku, "Hey! Anak bodoh, berhentilah dengan perasaan gilamu itu! Aku tidak akan menyukaimu, mana mungkin Fenny yang cantik jelita ini menyukai seorang perempuan? Haha ku harap kau menjauh Ria! Hentikan aksi konyolmu itu," ucapnya sarkas. Aku pun langsung tertunduk dan menangis, kata-kata sarkasnya menyakiti hatiku, mulai sekarang aku akan berusaha melupakan Fenny! Dia memang benar, aku sudah gila karena menyukai sesama jenis.
Setelah kelulusan tingkat akhir, aku memutuskan untuk pergi ke luar negri untuk meraih semua cita-citaku, tapi tidak tentang cinta, biarlah Fenny berlalu dari fikiranku walau sebenarnya kenangan tentangnya masih belum seutuhnya terhapus dari fikiranku. Selamat tinggal jakarta dan kau Fenny, semoga berbahagia dengan kehidupanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evaluasi Mingguan
RandomIkuti keseruan evaluasi mingguan member @TheWWG dan ikutan jawab soalnya. Seru dan terbukti berkhasiat mengasah kemampuan kalian dalam dunia kepenulisan.