Jimin
Dulu, aku punya kakak. Dia cantik, dia pintar, dia anak kebanggaan. Begitu semua orang mengenalnya. Tapi tak ada yang tahu satu hal tersembunyi darinya—kecuali aku.
Kakakku ini gila.
Dan anggap saja aku jadi pelampiasan kegilaannya ini. Itu alasan kenapa hanya aku yang tahu.
Semua orang punya sisi gelap. Bukan hanya kakakku, tapi aku juga. Dan kurasa Hoseok juga begitu. Itu yang jadi penyebab kematiannya. Kurasa begitu. Oh, memang ya.
Begitu selesai pertunjukan, aku memutuskan untuk pergi ke belakang panggung, kurasa aku butuh istirahat. Melakukan ini semua melelahkan. Beberapa orang masih menyalamiku dan memberi pujian-pujian mereka, kemudian pergi. Tadinya aku mau duduk di sofa, tapi Jungkook memanggilku, membuatku menoleh.
“Jim!”
Dia melangkah mendekat, dan aku bisa lihat Yoongi berjalan di belakangnya. Seperti biasa, laki-laki itu berjalan tanpa ekspresi, namun matanya memandangiku.
Sofa yang hendak kududuki tiba-tiba berpenghuni. Tidak lain tidak bukan, Jungkook. Dengan santainya dia membaringkan tubuhnya, seakan tak peduli ini sebenarnya ruangnan yang tak boleh dia kunjungi sembarangan.
Aku mau protes. Tadinya. Tapi mendadak aku linglung karena merasakan sebuah telapak tangan menepuk pundakku, tangan Yoongi. “Selamat ya, Bantal Babi.”
Untuk beberapa saat kalimatnya memang terdengar kasar. Tapi tak apa, aku terbiasa. Aku bahkan mengerti apa maksudnya, dan itu membuatku tersenyum.
“Terima kasih, Yoongi.”
Dia hanya membalasnya dengan gumaman, kemudian menepuk bokong Jungkook hingga Jungkook mengubah posisinya agar Yoongi bisa ikut duduk. Aku hanya bisa tertawa sembari memegang beberapa bucket bunga di tangan.
“Park, permainanmu bagus.”
Eh?
Spontan aku berbalik, mendapati sesosok laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam. Tak butuh waktu lama untuk mengenalinya. Tapi yang lebih dulu merespon buan aku, tapi Jungkook.
“Kak Namjoon? Apa yang kau lakukan di sini?”
Namanya Jeon Namjoon. Kakak Jungkook. Ini kedua kalinya kami bertemu setelah sekian lama, dan yang pertama—aku yakin sekali—di hotel, saat kasus kematian Hoseok. Ya, Namjoon polisi. Polisi yang dulu jadi korban curian film porno kami. Pelakunya? Tentu saja, adiknya, Jeon Jungkook.
Dia tersenyum dan mengulurkan tangan, aku menyambutnya untuk bersalaman.
“Tumben sekali kau datang, Kak,” ujarku. “Sedang tidak sibuk?”
Namjoon tertawa, tapi dia menggeleng. “Sebenarnya sih aku sedang sibuk. Aku juga bisa menonton konsermu karena pekerjaanku.”
“Pekerjaan?” Kini Yoongi yang bersuara. “Ada sesuatu yang terjadi di sini?”
Namjoon menggaruk tengkuk kepalanya dan menelengkan kepalanya ke kiri. “Yah, tidak bisa diiyakan sih. Tapi memang aku bertugas di sini.”
Jungkook kelihatan bingung. “Memangnya tugasmu apa?”
Namjoon masih tersenyum, namun jari telunjuknya bergerak dan mengarah ke arah kami bertiga. Tak satupun dari kami menduga itu. Tapi terlebih dari itu, aku pun tidak bisa menebak apa yang Namjoon katakan.
“Aku ingin kalian ikut denganku dan mengobrol di kantorku. Sebagai... saksi atas kematian Jung Hoseok. Gadis cleaning service itu menyebut nama kalian.”
Ah. Gadis itu. Apa dia bilang sesuatu tentang kami? Tentang aku?
Kurasa tidak. Aku aman.
Tapi firasatku berubah tak enak. Dari tatapan Namjoon, apa benar hanya sebagai saksi? []
*
Arata’s Noteu:
Sekarang dari sudut pandangnya Jimin. Coba dicium dulu *eh, maksudnya coba terka dia bukan pelakunya*
Buat POV, kayaknya bakal ada beberapa POV di sini, mungkin banyak, semoga nggak rusuh. Mengingat ini masih romance juga, so I think you guys need some girls as a story teller.
Oh, ya. Siap buat main teori?
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Up and Down ♤ (✓)
FanfictionMalam itu seharusnya hanya ada acara reuni. Tidak lebih. Jelas sekali pembunuhan Jung Hoseok tidak masuk dalam daftar Malam itu, semuanya berubah. Dan hanya ada dua pilihan bagi ke empat sahabat lama yang akhirnya bertemu lagi. Membiarkan hidup mer...