Before any further, maybe you need something to drink first ;)
---
Jimin
Rima duduk di depanku, hanya menatapi secangkir macchiato di depannya tanpa sekalipun menyeruputnya. Dia memasukkan semua gula dan mengaduknya asal, dan aku tahu mungkin saja dia sedang berpikir macchiato di depannya itu hal lain.
Orang yang patah hati itu memang unik. Terlalu banyak yang dipikirkan hingga tidak ada lagi yang bisa mereka pikirkan selain kemungkinan-kemungkinan terburuk akan satu hal. Percayalah, aku tahu bagaimana rasanya.
Hoseok memang benar. Jungkook selingkuh. Aku juga tahu itu. Dan meski aku tahu rasanya menyakitkan, aku bersyukur Rima akhirnya tahu. Kejujuran itu memang menampar, bukan begitu?
“Rim,” panggilku, dan dia menegadahkan kepala. “Aku tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. But, are you okay?”
“Sedang mencoba.” Jawabannya sederhana, diikuti dengan senyum. Namun di saat yang sama aku tahu itu bukan senyum yang ingin dia tunjukan.
Aku tidak bisa ingat dengan pasti kapan terakhir kali bertemu dengannya (mungkin terakhir kali saat konser ketiga terakhir, sekitar musim semi tahun lalu), namun gambarannya dalam benakku tidak terganti. Dia masih sama seperti Rima, si kecil yang menemaniku main piano tiap pulang sekolah.
Dunia ini memang sempit. Begitu tahu Rima-lah kekasih Jungkook, sebenarnya itu cukup mengejutkanku. Terlebih kami sudah jarang bertemu. Dan jelas, pertemuan kali ini merupakan hal yang perlu aku syukuri. Aku memang perlu bertemu dengan Rima.
“Kau baru tahu soal Jungkook, Rim?” tanyaku. Pertanyaan semacam ini memang lebih baik dihindari, tapi inilah yang sebenarnya harus dibahas. Hal ini yang perlu Rima ketahui.
Kepala Rima mengangguk perlahan, cengkeraman tangannya pada gelas terlihat mengeras. “Kau sudah tahu ini sebelumnya?”
“Kurang lebih begitu. Aku juga tahu dari Hoseok, sih.”
“Hoseok?”
Giliranku yang mengangguk sekarang. “Maksudku, sebelum dia...” Aku tidak melanjutkan kalimatku, karena nampaknya Rima juga sudah mengerti. “Dan, Rim. Sebenarnya ada yang ingin kuberitahu.”
“Tell me.”
Sebelumnya aku berdeham, tangan menggamit jemari Rima yang ada di atas meja. Untungnya, Rima ini wanita. Kepalanya ikut menengadah memandangiku, tatapan kami saling bertabrakan. “Menurutmu apa Jungkook bersalah?”
Air wajahnya berubah dalam hitungan detik, jadi lebih kelihatan terkejut. Matanya membeliak, dan tangannya kini menggenggam tanganku erat. “Tentang kasus Hoseok?”
Aku bergumam sebagai jawaban. Mungkin ini terlalu pahit untuk Rima terima, namun realita memang begitu adanya. Fakta bahwa Jungkook berselingkuh jelas tidak bisa Rima tolak lagi. Aku yakin itu sudah hal yang mutlak, terlebih dia bahkan melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Manusia memang begitu, kan? Segala sesuatu baru bisa dipercaya begitu terpapar di depan mata.
Tak ada satu pun kata yang bisa diucapkan Rima, hanya mulut yang terbuka tanpa suara. Keheningan jelas tidak akan membantu apapun, jadi aku menambahkan, “Dugaanku, Hoseok terbunuh karena Jungkook berusaha untuk menyembunyikan fakta. Aku tidak punya bukti konkrit, sih. Jadi, mau membantuku?”
Dia melemparkan tatapan kosong padaku, dan perlahan menarik tangannya. “Jim, maaf.”
“Eh, kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Up and Down ♤ (✓)
FanfictionMalam itu seharusnya hanya ada acara reuni. Tidak lebih. Jelas sekali pembunuhan Jung Hoseok tidak masuk dalam daftar Malam itu, semuanya berubah. Dan hanya ada dua pilihan bagi ke empat sahabat lama yang akhirnya bertemu lagi. Membiarkan hidup mer...