ISD - 1

502 38 4
                                    

Abid mengertukan alisnya merasa kasur yang sedang ia tempati bergoyang di sisi kirinya. Tampa membuka mata Abid pun tau siapa pelakunya.

"Ra, stop it," ucap Abid dengan suara khas orang bagun tidur.

"No, ayo bangun abang. Nanti Haura telat." Ucap Haura. Haura kesal bukan main kenapa Abangnya ini sangat sulit untuk di bangunkan.

"ABANG INI UDAH HAMPIR JAM 7. 15 MENIT LAGI HAURA MASUK," ucap Haura teriak di telinga Abid, Abid langsung bagun dan berlari kekamar mandi. Bukan hanya Haura saja yang akan terlambat tetapi dirinya juga akan terlambat datang kesekolah.

Setelah Abid masuk kekamar mandi Haura segera keluar kamar sambil menahan tawanya, sesampainya di meja makan, Haura melepaskan tawanya yang sudah ia tahan sendari tadi, Rasya mengerutkan alisnya melihat anak bungsunya tertawa terbahak-bahak, tampa di tanya Rasya tau jika anaknya itu telah mengerjai Abangnya.

"Ngerjain Abang lagi, Dek?" tanya Rasya lalu meletakkan nasi goreng buatannya di hadapan Haura. Haura menganggukkan kepalanya sambil tersenyum melihatkan deratan giginya, Rasya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Raniah Haura Lashira, anak pertama dan terakhir bagi RAasta dan Alula. Rasya memperhatikan wajah Haura yang sangat mirip dengan Alula. Ia merindukan Alula.

"Adek, kamu ngerjain abang ya?" ucap Abid langsung pada Haura yang sedang asik makan sarapannya, dengan polos Haura mengangguk.

"Salah sendiri siapa suruh habis Sholat subuh tidur lagi," ucap Haura pada Abid. Abid mendengus lalu megambil nasi yang telah di masak Rasya dan mulai memakannya.

"Abang tu capek tau, tadi malam tidur jam setengah 1 malam."

"Ngapain aja?" tanya Rasya.

"Hari ini Abid ulangan, Pa. Habis buat PR baru Abdi belajar untuk ulangan hari ini," ucap Abid. Rasya mengangguk, pantas saja setelah selesi sholat subuh berjamaah di mesjid Abid langsung masuk kamar dan tidak keluar lagi, biasanya habis sholat subuh Abid akan melanjutkan dengan olahraga sebentar setelah itu baru ia siap-siap kesekolah.

Setelah selesai memakan sarapan mereka, Abid dan Haura membawa piring mereka ke tempat pencucian piring dan mereka segera bersalaman dengan Rasya.

"Haura pergi, Pa. Assalamu'alaikum," ucap Haura tidak lupa mengecup pipi papanya. Setelah itu di susul oleh Abid.

°•°•°•°•

Abid menghentikan motornya tepat di depan sekolahnya dulu, segera Haura turun dari motor, tidak lupa dengan menicum punggung tangan Abid dan di balas Abid dengan mencium puncak kepala Haura, "Bagus-bagus ya dek sekolahnya, jangan nakal. Oke." Haura mengangguk.

"Abang maafin Haura ya udah ngerjain Abang." Abid tersenyum lalu mengangguk, Haura tersenyum bahagia lalu langsung berlari meninggalkan Abid.

Setelah melihat Haura yang sudah masuk kedalam sekolahnya barulah Abid pergi menuju sekolahnya, antara sekolah Abid dan Haura tidak lah jauh karna Abid sekolah di tempat Alula sekolah dulu.

Sesampainya di sekolah, Abid langsung memarikirkan motornya dan berjalan melewati koridor sekolahnya, Abid berjalan dengan santai menaiki satu persatu anak tangga sambil sesekali tersenyum kepada adik kelasnya yang tersenyum ramah kepadanya. Sesampainya di dalam kelas ia langusng duduk di kursi paling belakang. Jangan ada yang berfikir mentang-mentang Abid duduk paling belakang ia adalah murid bandel tapi mempunyai otak di atas rata-rata, No. Abid tidak seperti itu, ia memilih duduk di belakang karena ia nyaman.

"Bid, lu udah ngerjain pr?" Tanya Hanif pada Abid.

"Lu mau nyontek kan?" jawab Abid sambil tersenyum gila kepada Hanif, Hanif menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Imam Satu DojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang