ISD - 10

155 17 0
                                    

"Dek!"

Marwah dan Rika menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Disana berdiri Rafka dan Hanif. 

"Kenapa bang?" tanya Rika pada Raffka. 

"Entar pulang sekolah gue mau ke rumah Abid. Lu berdua mau ikut apa kagak?" Tanya Raffka pada Rika. Rika mengalihkan pandangannya kearah Marwah seakan-akan bertanya apakah Marwah mau ikut bersamanya. 

Marwah menganggukkan kepalanya, "Nanti Wa Rika aja. Ketemuan di parkiran pas pulang sekolah." ucap Marwah. Rafka dan Hanif mengangguk lalu pergi meninggalkan Marwah dan Rika. 

Marwah mentap piring kosong yang berada didepannya saat ini, pikirannya berkecumuk. Kenapa Abid tidak masuk sekolah saat ini? apa yang menyebabkan Abid sakit? Ingin rasanya Marwah mengirimkan pesan kepada Abid. Tapi, tangannya terasa terlalu berat untuk melakukan itu walaupun hatinya ingin. 

Gengsi? Itulah yang Marwah rasakan saat ini. Ia gengsi untuk mengirimkan pesan terlebih dahulu kepada Abid. Entahlah, saat ini Marwah hanya bisa menahan diri sampai pulang sekolah nanti untuk bertemu dengan Abid. 

 °•°•°•°• 

"Kok lu bisa sakit sih?" tanya Hanif pada Abid yang saat ini masih berbaring di atas kasur. Abid tertawa mendengar pertanyaan dari Hanif.

"Ya mana gue tau. Namanya juga musibah, mana ada yang tau kapan datangnya." Jawab Abid asal. Hanif memukul kepala Abid dengan kesal, "Serah lu dah." ucapnya lalu pergi meninggalkan kamar Abid. 

Saat ini kamar Abid sudah ada Rafka, Sayid, Rika, Marwah dan Hanif yang sedang keluar kamar. Mereka datang untuk melihat keadaan Abid. Mereka mengira jika Abid hanya sakit biasa. Tapi ternyata sakit yang Abid alami cukup serius hingga Abid harus menggunakan infus. 

Abid menatap Marwah yang sendari tadi diam duduk di atas karpet yang berada disamping kasurnya. Entah apa yang di pikirkan Marwah sampai-sampai sendari tadi Marwah hanya diam dan tidak mengelurkan suara sama sekali. 

"Bid." 

"Hm?" tanya Abid kepada Marwah yang akhirnya mengeluarkan suaranya. 

"Lo gimana mau latihan kalo sakit?" Marwah merutuki pertanyaan yang keluar dari mulutnya, kenapa ia begitu bodoh bertanya seperti itu kepada Abid. Apakah ia tidak mempunyai pertanyaan lain. Tanpa di jawab oleh Abid pun Marwah pasti sudah tau jawabannya. 

Abid tertawa mendengar pertanyaan dari Marwah, "Ya, tunggu sehatlah baru latihan lagi." Jawab Abid sambil tertawa. 

Rika tertawa pelan melihat tingkah sahabatnya tersebut, "Lu kalo grogi lucu ya," bisik Rika pada Marwah. Marwah memukul paha Rika pelan sambil menatap Rika sinis.

"Yeeee, maksud gue bukan itu. Kan lusa kita berangkat. Kalo lo kagak sehat sampe lusa gimana?" 

"Astagfirullah. Lu daoin Abid kagak sehat wa?" tanya Sayid. 

"Wah, parah ya lu, Wa. Kok doain Abid kagak sehat." ucap Hanif yang baru saja masuk dengan nampan yang berisi kue dan minuman dingin. Rafka yang melihat itu langsung mengahmpiri Hanif dan mengambil sepotong kue yang ada di dalam piring. 

Marwah melempar Hanif dengan pena yang ia pegang saat ini, "Sembarangan lo kalo ngomong." ucap Marwah kesal.

"Elo sendiri yang ngomong tadi," Ucap Hanif lalu meletakkan nampan tersebut di hadapan teman-temannya. 

Marwah menatap kesal Hanif, ingin rasanya ia memukul kepala Hanif agar otaknya kembali lurus. "Serah lu deh," Hanif tertawa begitu pula dengan Abid.

°•°•°•°•

Haura masih duduk di atas kasur Abid dengan mulut yang manyun, rasa kesal masih melanda hatinya karna akan di tinggal oleh Abang tersayangnya. 

Imam Satu DojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang