ISD - 11

140 15 0
                                    

PS : Nama yang ada dalam cerita ini 100% fiksi dan alur dalam cerita ini pun tidak nyata. InsyaAllah tidak ada merugikan pihak manapun.

°•°•°•°•

Abid memandang dengan cemas pada lawannya yang saat ini sedang memperagakan gerakan Kata dengan semaksimal mungkin. Hatinya mulai cemas melihat lawan yang sanagat sempurna dimatanya. Bukan hanya dimatanya tapi di mata seluruh penonton atau bahkan seluruh dunia.

Siapa yang tidak mengenal Eiji Arata. Salah satu dari sekian banyak Atlit dari Negeri pendiri Karate tersebut. Abid cukup mengenal sosok Eiji. Meskipun ia masih 1 tahun di bawah Abid, tapi prestasinya sudah tidak perlu di ragukan lagi. 

Bahkan seorang Orlando Locko yang sudah terkenal Prestasinya di Benua Eropa masih kesusahan untuk melawan sosok Eiji. Apa lagi Abid yang hanya Atlit yang baru mencoba untuk menjadi lebih baik. 

Tapi, Abid percaya akan keputusan Allah. Apapun hasil yang ia terima. Mau menang atau kalah ia tetap menjadi juara di hati keluarnganya. Mungkin itu yang terbaik untuknya dan tentu saja Allah masih mau melihat seberapa besar niat di hati dan usaha Abid untuk menjadi juara. 

Abid masih ingat dengan jelas ucapan Alm. mamanya dulu "Pemenang sesungguhnya ialah yang bisa menerima kekalahan dengan iklas dan menjunjung tinggi sportifitas" Lalu untuk apa Abid risau tentang  kemenangan? Tidak ada. 

Abid menatap lurus kedepan dengan fokus. Saat suara peluit wasit berbunyi dua kali dan bendera Aka Ao di angkat keudara, Saat itu pula Abid melakukan sujud syukur. Bersyukur atas hasil yang ia terima. 3-2, itu poin yang diberikan oleh wasit. Abid menerima 3 poin dan Eiji menerima 2 poin. 

Abid membungkukkan badannya memberi hormat pada Juri, Lawannya serta kepada para penonton. Abid megahampiri Eiji dengan senyum iklas lalu bersalaman dengan Eiji, Eiji membalas salaman tangan Abid dengan senyum merekah sambil memeluk Abid sekilas. 

"Omedetō, kyōdai," ucap Eiji. 

Abid tersenyum, "Arigatō, Eiji-san" Lalu mereka sama-sama turun dari tatami. Abdi berlari menghampiri Raka yang sudah menangis bahagia. Raka sendiri masih tidak menyangka jika Abid mampu mengalahkan seorang Eiji. 

Raka memeluk Abid dengan erat sambil mengucapkan beribu kalimat Syukur kepada sang pencipta. Abid melepaskan pelukannya lalu berlari pelan menuju tribun penonton khusus untuk pendukung Abid dan Marwa. 

Rasya dan Haura tersenyum bahagia menatap Abid yang masih berlari menuju tempat mereka berada. Sesampainya Abid di hadapan mereka, Haura langsung menghambur kepelukan Abid, begitu pula dengan Abid yang menghambur kepelukan Rasya. Jadilah mereka seperti teletubbies yang berpelukan.

Setelah melepaskan pelukannya pada Haura dan Rasya, Abid pamit turun ke bawah karna akan di bagikan mendali kepada setiap pemenang. Separuh badan Abid sudah terselimut oleh Bendera Merah Putih. Akhirnya apa yang Abid impikan selama ini tercapai. 

Berdiri di podium teratas dengan membawa bendera Merah Putih bersamanya serta Terkumandangnya lagu kebangsaan rakyat Indonesia. Yaitu lagu Indonesia Raya, sungguh membuat hati Abid terharu. Bukan hanya Abid tapi seluruh keluarga yang datang  untuk mendukungnya.

°•°•°•°•

Abid membaringkan tubuhnya, menatap lurus pada atap kamarnya. Abid baru tiba di Bandara Soekarno - Hatta tepat pada pukul 7 malam dan ia baru sampai rumah 1 jam setelahnya. Letih, itulah yang dirasakan Abid saat ini. 

"Bang!" Abid mengalihkan pandangannya kesumber suara. Terlihat separuh badan Abyan yang mentapnya sambil tersenyum. 

"Turun dulu. Di bawah rame tuh." Dengan semangat Abid menganggukkan kepalanya lalu ikut turun bersama Ayahnya. 

Imam Satu DojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang