Abid dan Rafi berjalan dengan santai memasuki kantor Alzam. Beberapa karyawan tersenyum ramah dengan Abid dan Rafi.
"Selamat siang tuan," ucap Resepsionis ramah kepada Abid dan Rafi.
"Siang. Abi ada?" Tanya Rafi langsung.
"Ada, langsung saja ke atas tuan." Abid dan Rafi kembali mengangguk lalu berjalan meninggalkan Resepsionis dan berjalan menuju lift untuk karyawan.
"Fi, kamu kangsung aja ke ruangan Opa. Abang mau ke ruangan Ayah dulu." Rafi mengangguk. Lalu menekan tombol dengan nomor 21 dan no 30.
"Bang, nanti malam Abang latihan?" Tanya Rafi. Abid mengangguk sambil membalas chat grupnya yang heboh dengan sesuatu yang tidak penting.
"Kenapa?"
"Gak papa sih, latihan sore kapan?" Tanya Rafi lagi.
"Besok, kenapa sih? Mau ikut karate?" Tanya Abid langsung.
"Enggak. Adek temen mau ikut katanya," Jawab Rafi sambil senyum-senyum gak jelas.
"Dih, curiga abang kalo gini mah, temen apa temen hah?"
"Temen bang."
"Inget, Fi kamu itu masih kelas 3 SMP. Jangan macem-macem. Kamu tau kan di dalam Islam itu gak ada yang namanya pacaran, Allah gak suka kalo kamu mencintai lawan jenis kamu melebihi rasa cinta kamu kepadanya," ucap Abid kepada Rafi. Rafi menganggukkan kepalanya sambil memahami setiap ucapan yang di beritau oleh Abid kepadanya.
"Abang tuh su'udzon aja deh jadi orang, ingat bang dalam Qur'an surah Al- Hujarat ayat berapa ya Rafi lupa, yang jelas disitu artinya 'Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan pra-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari pra-sangka itu adalah dosa.' tuh bang." Abid tertawa mendengar penjelasan dari Rafi.
Ting...
Terdengar dentingan halus dari dalam lift, Abid baru sadar jika ia sudah sampai di lantai 21 di mana ruangan Ayahnya berada.
"Nanti abang nyusul, kalo gak kamu jemput abang," ucap Abid sambil berjalan keluar lift.
"Osh Senpai," jawab Rafi lalu tertawa. Abid hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan Rafi. Semenjak dirinya mendapatkan predikat Dan 1 Alias sabuk hitam dalam karate, Rafi mulai suka memanggilnya dengan embel embel 'Senpai' ya walaupun hanya sebagai candaan saja.
Abid berjalan santai memasuki ruangan Ayahnya, terdengar suara tertawa ayahnya dan suara tawa seorang perempuan.
"Assalamu'alaikum," ucap Abid sambil membuka pintu ruangan kerja Ayahnya.
"Wa'alaikumussalam," jawab Abyan dan seorang wanita yang Abid tidak tau siapa wanita tersebut.
Abid langsung menghampiri Abyan lalu mencium punggung tangan Abyan tanpa memperdulikan keberadaan wanita yang sedang duduk di sofa.
"Tumben kesini bang, ada apa?" Tanya Abyan pada Abid.
"Tante itu siapa?" Tanya Abid langsung. Abyan tersenyum lembut kepada Abid.
"Oh, dia temen salah satu teman Ayah dulu. Kenalan dulu dong," ucap Abyan pada Abid. Wanita tersebut menjukurkan tangannya pada Abid lalu Abid menakupkan kedua tangannya di depan dada.
"Maaf tante bukan muhrim. Oh iya, Yah. Abid cuma mau ngomong haram bagi seorang laki-laki dan wanita yang bukan mahromnya berada di satu ruangan tertutup karna setan menjadi orang ketiganya. Dan juga buat tante, saya doain semoga cepat diberi hidayah sama Allah agar cepat nutup aurat," ucap Abid lalu pergi meninggalkan ruangan Abyan

KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Satu Dojo
Espiritual"Wa, lo mau gak?" Tanya Abid ambigu pada Marwah yang sedang memperhatikan adik-adik mereka yang sedang latihan gerakan dasar karate. "Mau apa? Jangan aneh aneh deh lo." Jawab Marwah dengan nada sedikit sinis. Abid tersenyum mendengar jawaban dari M...