ISD - 14

133 16 0
                                    

Zafi menatap Marwah yang sendari tadi terus saja diam, sudah 2 hari ini Marwah uring-uringan di rumah. Entah apa yang memebuat anak gadisnya tersebut menjadi seperti ini. Ingin rasanya Zafi bertanya, tapi lidahnya terasa sangat kelu untuk bertanya. Ia cukup menunggu waktu, kapan Marwah akan menceritakan kejadian yang dia alami 2 hari yang lalu. 

"Dek, anak kamu kenapa?" Tanya Alvino pada Zafi yang dari tadi memperhatikan Marwah. 

Zafi mengangkat kedua bahunya, tanda ia tidak tau. Alvino menghembuskan nafasnya kasar, "Udah 2 malam tu anak mainin samsak, gak nanggung-nanggung lagi tenaganya, tinggal nunggu tu samsak bolong aja karna terus di pukul sama di tendang sama dia," ucap Alvino menceritakan betapa menyedihkan nasib samsak yang ada dirumahnya saat ini. 

Alvino dan Zafi menatap Marwah yang beranjak dari tempat ia duduk tadi, lalu mereka mengikuti Marwah dari belakang. Tujuan Marwah hanya satu tempat latihan yang disediakan oleh kedua orang tuanya di rumah ini. 

Marwah masuk kedalam ruangan tersebut lalu mulai melakukan pemanasan, semarah apa pun ia, ia tidak akan lupa untuk pemanasan saat akan berlatih. Tapi, untuk saat ini apakah masih bisa di sebut berlatih? Saat Marwah dengan brutalnya memukul dan menendang samsak hingga buku tangannya merah begitu pula dengan punggung kakinya. 

 Bukkk....

"HUAAAA" 

Alvino dan Zafi sama-sama terdiam melihat kejadian yang terjadi saat ini, mereka berdua hanya bisa terdiam melihat tingkah laku putri semata wayangnya tersebut.

"MAMAAA... hiks," seakan sadar, secepat kilat Zafi menghampiri Marwah yang sudah terduduk di bawah samsak. 

"Kenapa, sayang?" Tanya Zafi lembut. Marwah menunjuk samsak yang sudah berhamburan isinya tersebut kepada sang mama. 

"Bolong mama," ucapnya dengan air mata yang masih saja mengalir. Alvino yang mendengar ucapan tersebut tertawa begitu saja. Entah karna hati Marwah yang sedang sensitif atau karna apa, hanya karna samsak bolong sampai-sampai ia menangis. 

Alvino mengeluarkan ponselnya lalu membuka aplikasi Instagram dan mulai merekam Marwah yang masih saja menangis hanya karna samsaknya bolong. 

"Ya udah, nanti minta papa beliin baru lagi ya," ucap Zafi lembut. 

Marwah menggelengkan kepalanya, "Gak mau nanti. Maunya sekarang!" Zafi dan Alvino sama-sama terdiam mendengar jawaban yang keluar dari mulut Marwah.

Alvino memberhentikan rekaman di insta storynya lalu menghampiri Marwah dan mengusap kepala Marwah dengan sayang. 

"Kamu kenapa sih sebenarnya?" tanya Alvino lembut. Marwah menggelengkan kepalanya pelan. Ia masih enggan bercerita soal Abid kepada kedua orang tuanya. 

"Marwah ke kamar dulu, Ma,Pa." Ucap Marwah dan langusung pergi meninggalkan Alvino dan Zafi yanag masih terheran heran dengan Marwah

°•°•°•°•

Marwah mentap Abid yang sedang meringis sambil mengelus tangannya yang terpasang gips, Marwah juga ikut meringis melihatnya. Jujur saja, Marwah sedikit terkejut melihat keadaan Abid yang tidak baik-baik saja. 

Entah apa yang membuat Abid terluka seperti itu, ia ingin bertanya. Tapi, rasa gengsi di hatinya masih sangat besar sehingga membuat ia enggan untuk menghampiri Abid. 

"Kalo emang penasaran tangannya kenapa, di samperin atuh. Jangan cuma berani ngeliat dari jauh doang." Marwah kaget setelah mendengar suara Hanif yang tiba-tiba muncul di sebelahnya. 

Marwah menatap Hanif sinis, sedikit tidak terima dengan perkataan Hanif, Hanif tertawa pelan melihat wajah Marwah yang menatapnya sinis. "Jangan mentingin ego sendiri. Kalo memang hati lu pingin tau dia kenapa ya samperin, jangan cuma bengong disini. Gak bakal dapet jawaban lo." 

Imam Satu DojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang