ISD - 4

319 31 8
                                    

bbbuuukkk...

"Astagdirullah pantat gue, aduh..." Rika langsung berlari kearah Marwah yang sudah terduduk manis di lantai. 

"Kenapa lu duduk sini? macam gak ada kursi aja." ucap Rika tanpa ada niat membantu Marwah. Sedagkan orang yang menabrak Marwah pun masih diam berdiri memperhatikan Marwah yang menahan kesal. 

 "Wah, lu ngapain duduk disitu? tu ada kursi noh," ucap Hanif yang baru datang sambil menunjuk kursi yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Gue jatoh bukannya sengaja duduk disini!" Jawab Marwah kesal.

"Ohhh jatoh." Wajah Marwah berubah menjadi merah karena menahan kesal setelah mendengar jawaban dari teman-temannya. 

Marwah berdiri dari duduknya lalu menatap Abid yang sendari tadi hanya diam tanpa ada niat minta maaf karna sudah menabraknya, bahkan Abid tidak ada niat sedikitpun untuk membantunya berdiri.

Marwah berjalan meninggalkan Abid, Hanif, Syaid, Rafka dan Rika. Ia sungguh kesal saat ini. "Wa!" Marwah menghentikan langkahnya setelah terdengar suara Abid memanggilnya. Tapi, tidak ada niat sedikitpun untuk membalikkan badannya. 

Abid menghampiri Marwah, "Maafin gue. Gue gak liat kalo ada lo tadi." ucap Abid pelan. Marwah membalikkan badannya lalu menatap sepatunya. 

"Ya gak papa, maaf juga tadi gue jalannya gak liat-liat jadi nabrak," jawab Marwah pelan. Abid menanggukkan kepalanya karena kehabisan bahan percakapan. 

Tanpa mereka sadari, tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Teman-teman mereka memperhatikan mereka sambil menahan senyum. 

"Kalo gue liat-liat sih mereka cocok, menurut lu gimana, Ka?" Rafka dan Rika menoleh kearah Sayid. 

"Kalo Kami sih, Yes." Rafka dan Rika bertos ria sambil tersenyum.

"Saya juga Yes lah," jawab Hanif. Lalu tawa mereka berempat terdengar. Abid dan Marwah memperhatikan mereka berempat dengan kening berkerut. 

"Ka, Ayo balik ke kelas." ucap Marwah pada Rika. Rika mengangguk lalu menghapiri Marwah dan langsung berjalan menuju kelas mereka. 

Sayid, Hanif dan Rafka menghampiri Abid yang masih diam tak berekspresi. Hanif memegang dada Abid. 

"Masyallah gile kenceng banget detaknya, lu gak sakit jantung kan, Bid?" tanya Hanif dengan muka polos. 

Abid menonyor bahu Hanif, "Sembarangan lu, gue degdegan pas ngomong sama Marwah tadi," jawab Abid. 

Tawa Hanif, Sayid dan Rafka terdengar Abid hanya bisa mendengus kesal karena menjadi bahan tertawaan dari sahabat-sahabatnya.

"Yaelah, Bid. Lu baru ngomog gitu doang sama Marwah udah kayak kena serangan jantung, gimana kalo lu ijab qobul sama dia, pingsan kali lu." ucap Hanif. 

"Gak pingsan juga kali, Nif. Lu berlebihan banget sih," jawab Rafka mencoba mengenakkan hati Abid. Mereka berjalan santai ke arah kelas, sambil sesekali bercengkrama dan saling mengejek tentunya. 

  °•°•°•°• 

Abid berdiri sambil sesekali  mengelap keringat dengan handuk kecil yang berada di tanannya. Abid melirik ke arah Tatami, disana terlihat Marwah yang sedang kumite melawan Dojo SMK 3. 

Suara teriakan dari Dojo masing-masing terdengar demi menyemangati sang jagoan yang sedang bertanding. Suara teriakan dari Dojo permata terdengar riuh karna Marwah berhasil mengalahkan lawannya dengan selisih 1 poin.

"Pertandingan selanjutnya pada Tatami 2, Final Kata Perorangan putra. Muhammad Abid Abyan Dojo Permata pada pita Merah melawan Halan Novandri Dojo Sosial pada pita Biru." Abid berjalan santai kearah tatami 2 diiringi dengan Senpai Raka dibelakagnya. 

Imam Satu DojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang