ISD - 3

350 28 5
                                    

Abid dengan telaten mengajarkan kata 1 atau bisa disebut Kata Heian Shodan kepada adik-adiknya. Kata ini adalah kata pertama untuk tingkatan kata dasar dan gerakannya pun masih tergolong mudah. Bagi mereka yang ingin naik sabuk, dari sabuk putih ke sabuk kuning mereka harus menghapal beberapa gerakah kihon, kihon sendiri terdiiri dari gerakan dasar dalam karate, seperti pukulan dan tangkisan. Sedangkan Kata, Kata adalah rangkaian dari gerakan dasar karate tersebut.

Abid tersenyum senang karena adik-adiknya mudah menghapalkan Kata Heian Shodan, walaupun gerakan mereka masih belum pas, tapi Abid memakluminya, mereka masih tergolong baru dan umur mereka pun masih sangat-sangat muda. Ada yang masih berumur 5 tahun, ada yang berumur 6 tahun tapi kebanyakan yang berumuran 7 tahun.

Setelah mereka selesai berlatih kata Heian shodan, Abid mengijinkan mereka untuk istirahat, sedangkan ia sendiri? ia memutuskan untuk ikut membantu Senpai Raka yang sedang mengajara anak-anak sabuk Coklat.

Menjadi Senpai? itu bukan lah hal yang mudah, tanggung jawabnya juga besar. Tapi Abid selalu bersyukur atas apa yang terjadi. 

Dulu saat ia di tinggal oleh sang mama, awalnya baik-baik saja karna Abid belum begitu mengerti sakitnya kehilangan. Sampai dengan ia duduk di bangku kelas 5 SD. Masa-masa tersulit bagi Abid, karna banyak temannya yang menghina dirinya tidak mempunyai sosok ibu. 

Sangat berbeda dengan teman-temannya yang setiap pulang sekolah selalu di jemput dengan Ibu mereka. Abid sendiri, setiap pulang sekolah selalu di jemput dengan Rasya atau terkadang Dani yang menjemputnya. 

Sedih? Tentu saja Abid merasa sedih. Tapi, rasa sedih itu hialang di kala seorang wanita bercadar datang dan duduk di sebelahnya sambil bercerita bersamanya. 

Abid tidak tau seperti apa paras wanita tersebut. Dari matanya, Abid tau jika wanita  itu adalah wanita yang cantik dan sangat baik. Tatapan mata yang ia berikan kepada Abid persis seperti tatapan yang diberikan Alula padanya.

Humaira, ya itu nama wanita tersebut. Abid masih ingat jelas nama itu. Tapi, setelah Abid tamat SD Abid tidak pernah lagi melihat wanita tersebut.

Terkadang sesekali Abid sengaja mampir ke SD-nya tersebut, berniat untuk melihat apakah ada wanita itu datang. Tapi hasilnya nihil.

"Oy, lu kenapa melamun aja?" Ucap Marwa kepada Abid. Abid tersentak karena mendengar suara Marwa.

"Gue gak papa," jawab Abid lalu pergi meninggalkan Marwa. Marwa menatap Abid yang berjalan meninggalkannya dengan tanda tanya besar. Marwa menganggkat bahunya tidak perduli lalu melanjutkan lagi kegaiatannya. 

  °•°•°•°• 

Abid memarkiran motornya di sebelah mobil Rasya, dengan santai ia  masuk kedalam rumah, "Assalamu'alaikum," ucap Abid nyaring.

"Wa'alaikumussallam." Abid tertawa pelan mendengar suara cempreng dari adiknya tersebut. Haura berlari kearah Abid sambil membawa sepotong kue ditangannya. Abid menangkap Haura lalu menggendongnya.

"Aaa bang," Abid menerima suapan kue dari Haura dengan senang hati.

"Siapa yang bawa kue?" 

"Nenek, Ada nenek kok di dalam. Bang, gendong di punggung." Abid meneruti kemauan adiknya tersebut, lalu memindahkan Haura kebelakang punggungnya. 

Abid berjalan memasuki ruang keluarga, disana terlihat Dani, Insha dan Rasya. Abid menghampiri para tetua lalu bersalaman dengan mereka.

"Nenek sama Kakek udah dari tadi?" tanya Abid basa basi lalu menurunkan Haura yang berada di atas gendongannya. Dani mengangguk pelan.

Imam Satu DojoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang