Cahpter 14

46.1K 3K 26
                                    

Seperti biasa kalau udah baca jangan lupa Vote sama Comment ya😉

💧💧💧

Kini aku, Kak Fathan dan Dini tengah berada dipusat perbelajaan di kota Jakarta. Aku berjalan dengan terus berpegangan pada Dini, dan Kak Fathan ada dipinggir sebelah kiriku atau kini aku ada ditengah-tengah antara Kak Fathan dan Dini.

Dan dari pantauanku, Kak Fathan seperti terus saja ingin mendekattiku meski aku terus saja mencoba menjauh darinya.

"Woow bonekanya gede banget.... Kak aku pengen..." ucap Dini tiba-tiba membuat aku dan Kak Fathan kaget luar biasa.

"Dini aku sampai kaget loh..." ucapku sambil menepuk pundaknya.

Dini cengengesan. "Maaf..." ucapnya sembari mengacungkan jarinya membentuk hurup V.

Lalu setelah itu Dini pindah tempat berdirinya menjadi didekat Kak Fathan,1 jadi kini Kak Fathan yang ada ditengah-tengah kami.

"Kak beliin ya... boneka yang itu tuhhh...." pinta Dini pada Kak Fathan sembari bergelanyut manja ditangan kekar Kak Fathan.

"Kamu mau banget boneka yang itu...?" Tanya Kak Fathan dan Dini menganguk dengan antusiasnya.

"Baiklah... sana ambil..." perintah Kak Fathan.

Mendengar itu Dini langsung melepaskan pelukannya pada tangan Kak Fathan lalu dia pergi dengan berlari kearah toko penjual boneka yang disukai oleh Dini tersebut.

"Tapi bayar sendiri ya..." teriak Kak Fathan setelah Dini sampai didepan toko boneka tersebut.

Aku hanya tertawa mendengar ucapan Kak Fathan tersebut, sementara Dini, ia langsung membalikkan badanya menghadap kearah aku dan Kak Fathan dengan wajah memerah karena marah.

"Kakak.... " ucap Dini marah pada Kak Fathan.

"Hahaha... bercanda Din... udah sana ntar keburu diambil orang lain baru tahu rasa kamu..." ucap Kak Fathan kembali.

"Jangan bercanda Kak..." ucap Dini kesal pada Kak Fathan.

Kak Fathan tersenyum lalu ia melirikku. "Kita samperin Dini yuk..." ajak Kak Fathan padaku.

Mendengar ucapannya aku melirikkan mataku kearahnya lalu aku membalas senyum tulus Kak Fathan. "Ayo..."

Tapi bukannya Kak Fathan ikut melangkah sepertiku dia malah diam mematung dengan tatapan mata terus tertuju padaku.

"Kak..." panggilku tapi tidak ada respon dari Kak Fathan dia malah senyum-senyum sendiri.

"Kak Fathan..." ucapku sembari menepuk pundakknya.

Kak Fathan tersadar dari keterpakuannya, ia mengkerjapkan matanya. "Ah iya kenapa...?" Tanyannya.

Aku tersenyum. "Ayo katanya kita mau samperin Dini...?" Tanyaku.

"Oh iyah... ayo..." jawabnya.

"Zulfa duluan ya Kak..." ucapku dan Kak Fathan mengangguk sebagai jawaban.

Aku pun berjalan duluan kearah tolo boneka tersebut dan Kak Fathan mengikutiku dari arah belakang.

Masuk kedalam toko boneka mataku langsung tertuju pada boneka Winnie the Pooh boneka kesukaanku. Kakiku berjalan menuju rak boneka winnie the pooh tersebut, tanganku terulur mengambil salah satu dari boneka tersebut lalu tanpa sadar aku memeluknya dan memejamkan mataku.

Aku ingat bahkan sangat ingat ketika aku berumur 11 tahu atau ketika itu aku baru kelas 5 SD, Ayah memberiku kado boneka tersebut dengan hasil jerih payahnya sendiri. Boneka ini adalah kado pertama dan terakhir untukku dari Ayahku sebelum maut menjemputnya.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang