Chapter 29 (Azzam Pov)

41.1K 2.6K 72
                                    

Bismillah😊

Seperti biasa jangan lupa vote sama commentnya ya😉

(Jangan lupa baca chapter ini sambil dengerin lagu yang diatas ya😊 enak loh bikin nangis ko) 😂😂

Hancur, hidupku terasa tak berguna lagi ketika kenyataan pahit ini menghampiri hidupku. Titik terendah, titik terjenuh serasa datang menyatu bersama masuk kedalam kehidupanku. Andai waktu bisa ku putar, andai waktu bisa diulang aku ingin mengubah jalan hidupku, aku ingin memperbaiki semua kekacawan dalam hidupku ini, tapi itu semua tidak mungkin terjadi. Mau tidak mau, suka tidak suka aku harus menjalani ini semua dengan tegar dan ikhlas serta pasrahkan semua ini pada-Nya.

Mampukah aku, bisakah aku terus menerus hidup seperti ini? Oh Ya Allah tolong kuatkan diriku, tolong beri kekuatan untuk menjalani kehidupanku sekarang.

Oekkk oekkk.

Aku mengalihkan pandangku dari rumput-rumput basah akibat derasnya hujan semenjak semalam. Pagi yang biasanya cerah pun kini mendung menandakan hujan akan kembali turun. Senyum langsung tersungging dari wajahku ketika aku mengalihkan pandanganku pada seorang bayi perempuan mungil yang kini ada dalam dekapan tubuhku.

"Hallo anak Ayah...? Kenapa kamu bangun lagi? Hmmm..." tanyaku pada bayi tersebut.

"Cup cup... jangan nangis ya" ucapku lagi sambil tersenyum manis padanya. "Kamu haus?"

"Nanda nangis karena dia haus... sini" ucap seorang perempuan dari arah belakang tubuhku.

Aku yang mendengar itupun langsung membalikkan badanku kearah perempuan tersebut. Senyumku pun langsung tersungging dari wajahku ketika mataku melihat seorang perempuan berbaju muslimah dengan sebotol susu formula ditangannya. Ia berjalan kearah dengan senyum yang tidak pernah lepas juga dari wajah cantiknya.

"Nanda haus Ayah... kenapa Nanda tidak dikasih minum...." ucap perempuan tersebut menirukan suara anak kecil sembari mengambil Alih anakku.

Yah Ananda Zayna Humaira, Seorang pemimpin perempuan yang membawa rasa cinta dan ketenangan hati untuk banyak orang. Dia putriku, putri kecilku yang sebulan lalu berjuang anatara hidup dan mati diatas dadaku. Putri yang amat aku sayangi, putri yang akan aku persembahkan hidupku hanya untuk menjaganya.

"Maira mau dibawa kemana Mah...?" Tanya pada perempuan tersebut ketika ia berjalan menjauhiku.

Yah perempuan tersebut Mamaku, Ibu juga buat anakku Maira. Kenapa aku memanggil Nanda dengan sebutan Maira tidak seperti Mama yang memanggilnya dengan sebutan Nanda yang jelas-jelas itu adalah nama depan anakku dan aku sendiri yang memberinya nama tersebut. Aku memanggilnya Maira karena saat aku menggendongnya rasa tenang dalam hatiku selalu hadir. Rasa tak tenang saat aku memikirkan Bundanya pun akan sekejab hilang meski tak sepenuhnya.

Bicara soal Bundanya Maira atau istriku Zulfa, oh Ya Allah sungguh aku tak sanggup untuk menceritakannya. Karena sampai saat ini setelah ia berjuang melahirkan Maira Ia belum juga membuka matanya kembali. Rindu kini semakin membuncah dalam dadaku, sesak rasanya ketika aku datang mengunjunginya yang terbujur kaku diatas brankar Rumah Sakit dengan berbagi macam alat medis menempel ditubuh mungilnya. Wajah pucat dan tubuhnya yang kurus seakan menyayat-nyayat hatiku.

Rasa sesal dan merasa bodohpun seakan selalu hadir dalam diriku, aku menyesal dan sungguh menyesal karena aku tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah pada-Nya.

Selama sebulan ini Zulfa sama sekali tidak memberikan tanda-tanda kalau ia akan sadar dari tidur panjangnya. Sudah berbagai macam cara aku mencoba memancing kesadarannya tapi nihil itu semua tak berguna karena sepertinya Zulfa betah berlama-lama dalam tidurnya tersebut.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang