Chapter 21

47.6K 2.7K 60
                                    

Seperti biasa kalau habis baca wajib/kudu Vote sama Comment ya😉

🌾🌾🌾

Azzam Pov.

Kebahagian yang tiada taranya baru ku rasakan kali ini, ketika aku melihat bakal calon anakku yang tengah tumbuh dirahim istriku Zulfa, apalagi ketika aku mendengar detak jatungnya. Aku pada Allah berdoa semoga istri dan calon anakku sehat serta lahir dengan selamat dan tanpa kurang apapun.

Setelah tadi aku mengantar Zulfa ke kampus, aku memutuskan untuk pergi dulu ke kantor. Ya meskipun aku tidak menggunakan stelan pakaian kantor, tapi aku ke kantor bukan untuk bekerja hanya untuk menandatangani dokumen penting saja.

3 jam lamanya aku dikantor akupun memutuskan untuk kembali ke rumah. Hampir 40 menit aku dalam perjalanan akhirnya kini aku sudah sampai dirumahku.

Setelah memalkirkan mobilku, aku langsung bergegas masuk kedalam rumah. Dan setelah sampai didalam rumah indra penciumanku langsung mencium bau harum aroma masakan Mamahku.

Dan tanpa babibu akhirnya aku memutuskan untuk masuk kedalam dapur dan benar saja setelah sampai didapur aku melihat Mamah tengah berkutat dengan masakan yang tengah ia buat bersama dengan Bik Fatimah.

"Kamu habis dari mana Zam...?" Tanya Mamah saat ia berbalik badan dan melihatku tengah berdiri sambil memperhatikannya.

"Azzam abis ngater Zulfa..." jawabku.

Mendengar ucapanku Mamah menghentikkan aktivitasnya. "Nganter...? Kemana...? Ko bisa..?" Tanya Mamah beruntun dan tak percaya akan apa yang aku katakan.

"Iya.. nganter Zulfa cek up kandungannya, ya ke Rumah Sakit, ya karena aku suaminya..." jawabku santai sambil duduk dikursi meja makan.

"Apah tadi kamu bilang...?" Tanya Mamah sembari berjalan kearahku lalu ikut duduk dikursi meja makan bersamaku.

"Emang tadi Azzam bilang apaaan.... Mamah gak denger...?" Tanyaku balik tak menjawab ucapan Mamah.

"Zulfa hamil...?" Tanya Mamah dengan mata yang berubah menjadi binar bahagia.

Mendengar ucapannya aku hanya mengangguk mengiyakan. "Kamu lagi gak bohong kan sama Mamah...?" Tanya Mamah curiga.

Aku memejamkan mataku lalu menghembuskan nafas frustasiku, gini nih kalau bicara sama Mamah pasti saja dia gak percaya akan apa yang aku ucapkan. "Kapan si Azzam bohong sama Mamah... hmmmm...?" Tanyaku balik.

Mendengar ucapanku Mamah langsung bangkit dari duduknya lalu ia berjalan ke arahku dan memelukku dengan sangat erat. "Allhamdulilah akhirnya Mamah akan jadi nenek juga Zamm... Ya Allah Mamah bahagia banget..." ucap Mamah antusias sembari terus memelukku dengan erat.

Uhuk uhuk.

"Bahagia si boleh Mah... tapi ya jangan sampai kaya gini juga kali..." ucapku.

Yah Mamah memang sudah lama mendambakan hadirnya seorang cucu dikeluarga kami. Dulu saja saat tahu Hulya hamil Mamah langsung mengadakan acara tasyakuran, Mamah melakukan itu juga dia tidak tahu kalau yang sebenarnya anak yang Hulya kandung bukanlah anakku. Tapi melihat kebahagian yang terpancar jelas dari wajah Mamah membuatku mengurungkan niatku untuk memberitahukan perihal rahasia ini padanya.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang