Chapter 28

46.6K 2.9K 150
                                    

Seperti biasa kalau habis baca wajib/kudu Vote sama Coment yups😉

Maafkan kalau ada istilah-istilah yang salah🙏

🐰🐰🐰

Author Pov.

Azzam membopong tubuh Zulfa yang sudah sangat lemas masuk kedalam Rumah Sakit dan dengan dibantu oleh suster yang berjaga. Tangan Azzam tak pernah lepas dari menggenggam tangan Zulfa, jari jemarinya terus tertaut dengan jari jemari Zulfa yang tidak bergerak sama sekali. Mata Azzam yang berurai air mata pun tak pernah lepas dari menatap wajah pucat istrinya tersebut.

Perasaan Azzam campur aduk antara takut cemas dan merasa bersalah karena tidak ia merasa gagal menjaga Zulfa.

Zulfa dibawa masuk keruang UGD untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sementara Azzam ia hanya bisa duduk terlemas diatas lantai marmer Rumah Sakit dengan terus berurai air mata. Waktu yang sangat ia hindar-hindari kini tiba, waktu dimana ia harus menunggu dengan sabar keadaan Zulfa, waktu dimana ia menunggu dengan cemas apakah istrinya selamat atau tidak.

Azzam terus berdoa dan berdoa meminta keselamatan untuk istri dan anaknya semoga keduanya selamat dan tidak memiliki kekurangan apapun. Sungguh hanya itu yang diminta Azzam untuk saat ini pada Allah.

Hampir 1 jam lamanya Azzam menunggu Zulfa dengan harap-harap cemas. Kesal dan takut menjadi satu untuk saat ini, dalam hati ia menduga-duga apakah istri dan anaknya baik-baik saja atukah mereka.

"Azzam...." panggil seseorang membuyarkan lamunannya dari fikiran-fikiran terburuknya tentang Zulfa.

Azzam menolehkan kepalanya menatap siapa yang telah memanggil namanya. "Mamah...?" Panggil Azzam.

Yah dia adalah Nina yang memanggil Azzam. Azzam memang sudah mengabarkan keadaan Zulfa kepada Nina.

"Bagaimana keadaan istrimu Nak..?" Tanya Nina.

Azzam berdiri dari duduknya, lalu ia menatap Nina dengan tatapan sendunya. Sungguh ini adalah titik terendah dalam hidupnya, ia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa ia harus ada dalam keadaan seperti ini. Keadaan dimana ia harus menunggu antara hidup dan matinya seseorang yang sangat ia sayangi.

Air mata Azzam yang tadinya sudah mengering kini kembali keluar dari mata hitam legamnya. Kesan dingin dan kejam pun kini hilang dari sosoknya, yang ada kini hanya Azzam yang menyedihkan karena rasa cemas yang luar biasa.

Azzam mendekat pada Nina lalu sedetik kemudian ia langsung memeluk Nina dengan eratnya, ia seperti ingin mencoba membagi dan meringankan rasa cemasnya.

"Azzam takut Mah... Azzam takut..." ucap Azzam dengan terus berurai air mata.

Nina yang mendengar suara lirih putranya tersebut pun langsung ikut mengeluarkan air matanya. Ia baru kali ini melihat putranya menangis seperti ini, sebagai seorang Ibu Nina tahu betul karakter putranya tersebut. Azzam adalah sosok seorang pria yang jarang menangis atau bahkan tidak pernah menangis jika bukan karena sesuatu hal yang sangat membuatnya takut kehilangana atau membuatnya merasakan sedih yang luar biasa seperti saat ini.

Cklek.

Tiba-tiba saja ruang UGD tempat Zulfa diperiksan terbuka dan nampaklah Dokter kandungan Zulfa dan Dokter Adila keluar dari sana dengan wajah lelah bercampur cemas. Azzam yang mendengar pintu terbuka langsung menghapus air matanya dengan kasar lalu ia melepaskan pelukannya dari Nina dan langsung menghadap pada Dokter.

"Bagaimana keadaan Zulfa...?" Tanya Azzam to the point.

Dokter Adila dan Dokter kandungan Zulfa pun hanya bisa saling bertatapan dengan tatapan mata yang sulit diartikan Azzam dan itu semakin membuat Azzam cemas.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang