Chapter 22

44.8K 2.8K 36
                                    

Seperti biasa kalau abis baca wajib/kudu Vote sama Comment ya😉

🐢🐢🐢

Author Pov.

Setelah menjenguk Fathan, Zulfa tak langsung pulang ia terlebih dahulu mampir ketaman yang sering ia datangi.

Zulfa duduk dikursi taman yang memang yang memang tersedia ditaman tersebut. Zulfa menghapus air matanya yang sedari tadi terus turun karena ucapan Fathan yang sudah sangat menyinggung perasaannya.

Ia tidak menyangka bahwa Fathan bisa berbicara seperti itu padanya, tak ada lagi Fathan yang dulu. Fathan yang dikagumi Zulfa sudah berubah gara-gara Cinta. Ia tidak menyangka Fathan akan menyuruhnya untuk berpisah dengan Azzam.

Saat tengah melamun tiba-tiba saja, mata Zulfa menangkap sosok perempuan hamil dan suaminya yang tengah berduaan. Disana perempuan hamil itu sangat manja pada suaminya dan sang suami pun dengan senangnya menerima kelakuan manja istrinya tersebut.

Melihat itu tiba-tiba saja air mata Zulfa kembali turun, ia mengusap perut ratanya. Lalu kembali mengingat perkataan Fathan, yang memang ada benarnya juga. Untuk apa Zulfa mempertahankan pernikahan yang tanpa dilandasi atas dasar cinta. Dia memang mencintai Azzam tapi apakah Azzam akan mencintainya.

Tapi Zulfa bertekad ia akan membuat suaminya berubah dan akan membuat Azzam sangat-sangat mencintainya dan juga anaknya.

Setelah merasa sedikit lega, akhirnya Zulfa memutuskan untuk pulang. Ia berjalan kearah jalan trotoar untuk menunggu taksi dan setelah mendapatkannya dengan segera Zulfa melesat pergi dari tempatnya tadi.

Dan setelah menempuh perjalanan selama hampir 15 menit akhirnya Zulfa turun dari dalam taksi tersebut setelah membayarnys terlebih dahulu.

"Akhh..." ringis Zulfa sambil memegangi perut bawahnya, tepat setelah ia turun dari dalam taksi tersebut.

Zulfa berpegangan terlebih dahulu pada gerbang rumahnya untuk sedikit mereda sakit yang timbul dari perutnya tersebut. Dan setelah merasa baikkan Zulfa berjalan secara perlahan menju rumahnya dan kegiatan Zulfa tersebut tak lepas dari pantauan penglihatan Azzam yang melihat Zulfa dari jendela kamarnya dengan raut wajah marah namun seketika berubah jadi khawatir ketika melihat Zulfa yang datang dengan wajah pucat dan cara jalan yang perlahan dengan tangan yang tak lepas dari memegangi perut bawahnya.

Zulfa sampai didalam rumah dan langsung disambut dengan senyum sapa hangat dari Nina.

"Assalamualikum..." salam Zulfa.

"Waalikum salam..." jawab Nina dengan senyuman dan itu sangat sukses membuat Zulfa sedikit terkejut dibuatnya.

"Mamah..." ucap Zulfa tak percaya. "Ma.. masih disini Mah...?" Tanya Zulfa.

Nina berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju tempat dimana kini Zulfa tengah berdiri. "Duduk yuk.. jangan berdiri terus gak baik buat kesehatan kamu..." ucap Nina sambil membantu Zulfa ikut duduk bersamanya.

Zulfa yang bingungpun hanya mengikuti apa kata mertuanya itu. "Kamu baru pulang Zul...?" Tanya Nina dan dibalas anggukan bingung oleh Zulfa.

"Udah makan...?" Tanya Nina lagi dan dijawab anggukan bingung lagi oleh Zulfa.

Melihat itu Nina hanya bisa menghembuskan nafas pusingnya. "Maafin Mamah ya Zulfa, selama ini Mamah selalu berbut tidak baik padamu... dan" ucapan Nina terpotong saat melihat bekas tamparannya tadi pagi yang masih terlihat merah. "Maafin Mamah soal tadi pagi yang udah nampar kamu ya..." lanjut Nina sambil mengelus pipi Zulfa.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang