Seperti biasa kalau habis baca wajib/kudu Vote sama Coment yups😉
☔☔☔
Author Pov.
Drt drt drt.
Suara ponsel Azzam bergema diruang inap Zulfa. Azzam yang tengah terlelap disisi pinggir brankar Zulfa pun langsung terbangun saat mendengar suara tersebut. Azzam segera merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih tersebut. Dilayar tertera nama Teguh sahabat sekaligus orang kepercayaan Azzam dikantornya.
Azzam melirik Zulfa yang kini tengah tertidur pulas dengan tangannya yang tak pernah lepas dari menggengam tangan Azzam. Azzam tersenyum saat melihat wajah pucat Zulfa yang masih terlihat cantik walaupun tanpa ada polesan make up sedikitpun. Lalu dengan perlahan Azzam segera melepaskan pegangan tangan Zulfa dengan perlahan takut membangunkan Zulfa dari tidur nyenyaknya.
Azzam berdiri dari duduknya lalu berjalan secara perlahan keluar dari ruang inap Zulfa dengan niat untuk menelpon balik Teguh yang tadi tak sempat Azzam angkat telpon teguh.
"Ya... ada apa...?"
"...."
"Baiklah sementara kamu handle dulu ntar gue kesana 5 menit lagi.."
"...."
Setelah panggilan dari Teguh berakhir, Azzam segera kembali ke ruangan Zulfa dengan niat untuk pamit kekantor sebentar tapi saat sudah masuk, Azzam tidak tega jika ia harus membangunkan Zulfa yang tengah terlelap tidur.
Azzam mendekat pada Zulfa lalu.
Cup.
Azzam mencium kening Zulfa lama. "Mas pamit dulu sebentar... assalamualikum..." pamit Azzam.
Dan setelah mengucapkan itu, Azzam segera berlalu dari ruangan Zulfa tapi sebelum itu ia sempat menitipkan Zulfa pada suster takut terjadi sesuatu dengan Zulfa.
Setelah Azzam pergi, Zulfa membukakan matanya bangun dari tidurnya. Zulfa melihat ke arah pintu kamar inapnya, melihat apakah Azzam masih ada atau memang sudah pergi. Dan setelah yakin sudah tidak ada Azzam, Zulfa bangun dari tidurnya lalu ia.
"Akhhhh..."
Zulfa kembali membuka infusan yang tertancap manis dipunggung tangannya. Darah keluar dari pungnggung tangan Zulfa, lalu dengan sigap ia langsung mengambil tisyu yang ada diatas nakas sisi brankarnya untuk menyeka darah yang keluar. Mata Zulfa menangkap sebuah buku dan bolpoint yang ada dinakas tersebut, tangan Zulfa langsung mengambil kertas tersebut lalu menuliskan sebuah pesan untuk Azzam.
Zulfa menurunkan satu per satu kakinya dan setelah turun semua, Zulfa langsung bergegas pergi dari ruang inapnya takut jika nanti ada suster yang datang. Zulfa berjalan menyelusuri lorong Rumah Sakit dengan jalan sempoyongan, dan ketika ada suster yang melihat Zulfa, ia akan tersenyum untuk sedikit menyembunyikan keadaan Zulfa yang sebenarnya.
Dan setelah Zulfa sampai di depan resep resepsionis, Zulfa meminjam telpon dari sana untuk menelpon sahabatnya.
"Assalamualaikum Mbak... boleh saya pinjam telpon nya sebentar...?" Ucap Zulfa.
"Oh ya silahkan Mbak..." jawab resepsionis tersebut.
Dengan segera Zulfa menekan nomor telpon yang dia ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Hujanku
SpiritualCerita belum di revisi sama sekali, banyak typo bertebaran kalau mau lanjut silahkan kalau nggak juga gak papa. Terima kasih. Aku yang mencintaimu sepenuh hati, sedangkan kamu tidak pernah memberikan rasa yang sama terhadapku. Dulu, aku pernah sanga...