Chapter 17 (Azzam Pov)

48.8K 3K 86
                                    

Seperti biasa kalau habis baca jangan lupa Vote sama Comment nya ya😉

🍄🍄🍄

Aku kembali kekantor untuk melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda.

"Maaf Pak saya mau memberikan kabar buruk..." ucap sekertarisku sesaat setelah aku masuk kedalam ruanganku.

Aku hanya diam sambil memperhatikan sekertarisku yang menunduk, entah aku tidak tahu kenapa ia menunduk mungkin karena tatapan mataku yang sedikit tajam padanya, tapi jujur saja aku merasa biasa saja.

"Apa...?" Tanyaku sambil mendaratkan bokongku dikursi kebangganku.

"Karena tadi Bapak membatlakan pertemuan secara sepihak dengan pemilik Grand City Mall, mereka membatlakn kerja sama dengan pihak kita Pak..." ucap sekertarisku.

Aku diam tak menanggapi ucapan sekertarisku, fokusku hanya pada laptopku. "Nggak apa-apa nggak akan ada pengaruh yang begitu besar pada perusahan kita, malah mereka yang akan rugi karena sudah membatlkan kerja sama dengan perusahaan kita..." ucapku dingin.

"Baiklah Pak... kalau begitu saya permisi..." ucap sekertarisku pamit.

"Tunggu...!" Cegahku.

Mendengar ucapanku, sekertarisku berhenti berjalan dan kembali menghadapku. "Apa saja jadwal saya hari ini...?"

"Jadwal Bapak hari ini tidak banyak Pak, dan hari ini juga Bapak ada jadwal mengunjungi Kakek Bapak di Rumah Sakit..." jawab sekertarisku.

Aku menganggukan kepalaku tanda aku mebgerti. "Baiklah... sudah cukup, silahkan jika kamu mau keluar..." ucapku.

Sekertariskupun keluar dari dalam ruanganku. Sementara aku kembali berkutat dengan pekerjaanku yang seabreg, menandatangi dokumen-dokumen penting dan lain sebagainya, hingga waktu tak terasa ternyata kini sudah waktunya aku pergi menemui Kakek di Rumah Sakit.

Aku adalah cucu yang sangat disayangi oleh Kakekku, begitupun dengan aku. Aku sangat-sangat menyayangi Kakek, ia seperti sosok Ayah bagiku. Meski Ayahku masihlah ada tapi karena didikan Kakeklah aku bisa seperti saat ini.

Sekarang Kakekku tengah terbaring koma di Rumah Sakit, sudah hampir 2 bulan lamanya beliau koma karena penyakitnya. Dokter bahkan sudah menyerah dan menyarankan keluargaku untuk melepaskan alat medis yang menopang hidupnya tapi aku adalah orang pertama yang menolak usulan itu. Aku menolak usulan Dokter karena aku yakin suatu saat nanti Kakek pasti sadar dari komanya.

Aku keluar dari ruangnku dan melesat pergi menuju parkiran untuk mengambil mobil fortuner putih milikku. Aku melesat pergi dari kantorku menuju tempat dimana Kakeku dirawat.

Hampir 30 menit berlalu akhirnya aku sampai di Rumah Sakit dimana Kakekku berada. Aku keluar dari dalam mobiln fortuner putih milikku lalu berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit menuju tempat dimana Kakekku berada.

Tapi belum sempat aku sampai, mataku melihat sosok perempuan yang dulu pernah mengisi hari-hariku sebelum Hulya hadir dalam hidupku. Aku terdiam ditempat terakhir pijakanku begitupun dengan perempuan tersebut, kami saling terpaku satu sama lain. Mata kami saling memandang satu sama lain. Hingga aku memberanikan diri diriku sendiri untuk maju dan berjalan mendekat kearah perempuan tersebut.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang