"Woaaaa, dedenya mirip Ayah banget." ucap bocah perempuan yang tengah menatap bayi didepannya dengan mata berbinar bahagia.
"Iya kan Ayah?" tanyannya sembari menarik-narik ujung baju koko yang dikenakan pria dewasa yang dipanggilnya dengan sebutan Ayah tersebut.
"Iya sayang." jawab pria tersebut mengiyakan saja ucapan si gadis kecilnya.
"Tuh liat Dek Alif buka matanya, matanya mirip banget sama Ayah kan." ucap gadis kecil itu lagi.
Si pria hanya diam dan tersenyum melihat apa yang dilakukan gadis kecilnya. "Stttt, jangan kenceng-kenceng bicaranya, nanti Dek Alifnya bangun, kan kasian." peringat pria dewasa tadi dengan nada suara pelan.
"Oke Ayah." jawab si gadis kecil ikut menirukan suara pria tersebut.
"Kita ke Mama dan Om saja yuk." ajak si pria pada gadis kecilnya sembari menunjuk dua orang manusia yang tengah duduk diantara banyaknya tamu yang diundang di acara akikah untuk bayi yang dipanggil gadis tadi dengan sebutan nama Alif.
"Ayo!" ucapnya setuju.
Mendengar persetujuan si gadis kecil, pria tersebut langsung menggendong gadisnya menuju dua orang tadi.
"Mama," pekik gadis kecil tersebut.
"Hai, Maira. Ishhh, anak Mama yang cantik ini kok baru jenguk si." ucap seorang perempuan yang dipanggil Maira dengan sebutan Mama tersebut.
"Maaf Ma, kemarin Maira main sepedanya terlalu keasyikan terus Maira jatuh deh. Nih liat ada bekasnya disini," tujuk Maira pada keningnya yang luka. "Ini disini juga ada Ma," sekarang giliran sikutnya. "Sama ini Ma." tunjuknya untuk yang terakhir kali pada lututnya yang dibalut perban karena lukanya yang cukup parah.
"Ishhh." ringis sang perempuan ketika melihat luka yang ada ditubuh Maira. "Emang iya Zam?" lanjutnya bertanya pada Azzam.
Iya, anak gadis dan pria dewasa tersebut adalah Maira dan Azzam, serta ada Adila dan Alif juga diantara keduanya.
"Aduh anak Mama jatoh ya? Sini sayang, duduk dipangkuan Mama, Hap." Adira membawa Maira pada pelukkannya.
"Ehhh, tapi gak apa-apa emang Ma? Diperut Mama kan ada bayi." ucap polos Maira pada Adila.
Adila terkekeh mendengar ocehan Maira yang kini ada dalam pangkuannya. "Kan dedek bayinya udah ada disini, nih lagi digendong sama Om." ucap seorang laki-laki dewasa lainnya yang duduk disamping Adila tadi. Namun kini ia baru saja kembali duduk setelah tadi ia sempat pergi ketika mendengar bayinya menangis dan ia segera menggendongnya lalu membawa bayinya kepada istrinya.
"Sayang sini duduknya sama Ayah, dek Alifnya lagi haus." pinta Azzam pada Maira.
"Iya Ayah." Maira pun bangkit dari duduknya lalu duduk dipangkuan Azzam.
"Tuhkan Ayah mata dek Alif mirip sama Ayah." pekik Maira tiba-tiba ketika Alif membuka matanya. Dan itu membuat seorang pria yang menggendong bayi Alif langsung memelototkan matanya bulat sempurna.
"Apah?" pekiknya tidak kalah kuat dari Maira.
"Oekkk." dan pekikan itu membuat bayi yang ada dalam gendongannya menangis karena kaget.
"Mas Fathan! Ishhh, liat Alifnya jadi nangis kan," Adila memukul bahu Fathan.
"Ushhh, jangan nangis sayang. Kamu anak Abbi kok, anak kandung Abbi, darah daging Abbi dan cinta matinya Abbi. Bukan orang itu." tunjuk Fathan pada Azzam yang kini tengah terkekeh menertawakan Fathan yang gelagapan ketika mendengar kata-kata yang Maira ucapkan untuk Alif.
"Emmm, benerkan Ummi?" tanya Fathan pada Adila, dan pertanyaan ini membuat Adila memelototkan matanya akibat marah.
"Mas, kamu pikir aku perempuan apaaan?" ucapnya cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Hujanku
SpiritualCerita belum di revisi sama sekali, banyak typo bertebaran kalau mau lanjut silahkan kalau nggak juga gak papa. Terima kasih. Aku yang mencintaimu sepenuh hati, sedangkan kamu tidak pernah memberikan rasa yang sama terhadapku. Dulu, aku pernah sanga...