Di kamar aku masih saja terdiam. Nenek sedang tertidur pulas dan Naruto sedang mandi.
"Mengingat kata katanya membuat moodku kacau." Batinku kesal.
"Nee chan. Aku sudah selesai." Ujar Naruto keluar dari kamar mandi.
"Iya..." jawabku singkat
"Hei... aku tau kenapa kau menjadi seperti ini. Sejak awal kita membuat roti, kau terlihat berbeda dari biasanya. Pasti ada sangkut pautnya dengan yang di katakan Tsunade-san kan? Aku tidak tau kejadian apa semalam. Tapi sepertinya itu sangat menyakitimu." Ujar Naruto duduk di sebelahku.
"Aku bingung. Aku bingung dengan perasaanku Naruto. Dengan perasaanku pada mereka." Ujarku jujur pada Naruto.
"Naruto..." panggil nenek
"Yaa? Ada apa?" Jawab Naruto menghampiri nenek.
"Aku sebaiknya segera bersiap siap." Aku beranjak dari kasurku.
-o-
Tamu undangan sudah memenuhi ruangan. Acara di mulai pukul 7. Aku hanya akan mengentarkan roti saat pertengahan acara.
Aku masih di dalam ruangan bersama roti ku. Aku menunggu sampai saatnya aku di panggil.
"Tok tok." Suara ketukan pintu.
"Ya.. silahkan masuk." Ujarku sambil menata rambutku.
"Tidak kusangka kau dapat membuat sebagus ini." Ujar Sasuke yang datang menghampiri ku.
"Oh, kau Sasuke." Sapa ku melihat Sasuke datang menghampiri ku. "Naruto sedang menemani nenek di kamar." Ujarku.
"Aku tidak mencari Naruto." Jawab Sasuke.
"Oohh... kau mau melihat roti nya ya..." ujarku.
"Tidak juga." Jawabnya singkat.
"Lalu?" Tanya bingung.
"Aku dengar kalian bertiga bertengkar." Ujar Sasuke to the point.
"Bagaimana kau tau?" Tanya ku sedikit kaget
"Mereka berdua memang seperti itu. Itachi merasa semua nya selalu diberikan kepada Shisui nii. Soal pekerjaanpun ayah dan ibu meminta pertimbangan Shisui nii." Ujar Sasuke tidak menjawab pertanyaanku.
"Itachi egois begitu menurutmu?" Tanyaku
"Iri lebih tepatnya. Ayah dan ibu selalu mendahulukan Shisui nii sebagai anak pertama. Lalu aku sebagai anak terakhir. Tidak salah jika Itachi merasa tersingkirkan." Jawab Sasuke. "Maaf jika kakak kakak ku membuatmu tidak nyaman." Lanjut Sasuke.
"Eh?" Seketika aku memperhatikan Sasuke. "Sasuke... kau tidak salah makan kan?" Aku mendekatinya, memegang dahi dan pipi nya. Serasa bukan Sasuke biasanya.
"Lepaskan." Sasuke menurunkan tanganku. "Aku sudah biasa melihat aniki bertengkar karna sesuatu. Tapi kali ini berbeda, Shisui nii tidak mau mengalah atau menyerahkan yang diminta Itachi begitu saja." Lanjut penjelasan Sasuke.
"Emh..." aku masih berpikir.
"Hah... Shisui dan Itachi sama sama menyukai mu. Itachi yang mengusulkan pertunangan Tsunade dan Shisui agar kau bisa menjadi miliknya." Ujar Sasuke memperjelas.
"Ah... begitu yaa." Jawabku. "Pada awal nya, aku pikir aku menyukai Itachi. Kemudian.. aku baru menyadari nya, yang selama ini aku rasakan bukan menyukai dalam hal cinta dan kasih. Melainkan suka dalam hal mengagumi." Jelasku. "Lalu, Shisui... aku..." belum selesai bicara.
"Cekrek. Nona Rin, sudah waktunya." Ujar pelayan
"Ah. Iya." Jawabku. "Maaf Sasuke. Kita lanjut lain waktu. Terima kasih yaa." Aku memberikan senyumanku. Di bantu dengan beberapa pelayanan, aku mendorong roti spesialku ke ruang tengah acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Too Late To Love You
Fanfiction"Maaf... maaf aku terlambat menyadarinya. Maaf aku tidak memperhatikanmu sejak awal. Maaf aku tidak pernah membuka hati untuk mu. Maaf. Maaf. Maaf." Ujarku menangis sejadi jadi nya. "Tidak ada kata terlambat untukmu. Karna aku selalu menunggu mu."...