Kami makan di toko ayam. Sedikit jauh dari rumah sakit. Bukan utuk makan, untuk mengompres dahi ku yang memar dengan es batu.
"Jika kau ingin makan, makanlah. Aku sudah tidak mood untuk makan." Jawabku sambil mengompres dahi ku
"Mau aku suapi?" Ujar Shisui mengangkat sendoknya
"Tidak." Aku memalingkan wajahku. "Aku mau disini bersama mu bukan untuk menemani mu makan ya... aku hanya ingin membiarkan Naruto dan Hinata berdua saja." Jelasku
"Begitu ya... yasudah. Aku makan..." Shisui makan dengan santai. Dia tidak marah dengan perlakuanku, dengan sikapku, dengan perkataanku, dengan apapun yang aku lakukan dengannya, dia tidak pernah sekali pun marah denganku.
Aku meliriknya, melihat dia makan begitu enak. Aku lapar. "Kruyuukk..." suara perutku.
Shisui mendengar suara perutku keroncongan. "Buka mulutmu." Shisui mengangkat sendok nya lagi.
Dengan malu malu, aku menuruti mau nya. "Aumm..."
"Begitu kan cantik..." ujar Shisui terlihat senang
Aku menaruh es batu nya dan makan, makanan milikku sendiri. "Ti-tidak usah di suapi lagi. Aku akan makan milikku sendiri." Ujarku malu
"Pfft..." Shisui menyembunyikan wajah nya dan menahan tawa
"Tidak ada yang perlu di tertawakan, Shisui..!" Ujarku kesal
"Hahaha... maaf maaf." Dia mengangkat kepalanya lagi. "Tuk." Menyentil dahiku. "Aku ini lebih tua darimu. Bukankah tidak sopan memanggil dengan nama ku saja..." ujarnya
"Ma-maaf!" Aku teringat jika aku tidak memanggilnya dengan sebutan kakak. "Shi-shisui nii san..." panggilku menundukkan wajahku yang memerah
"Imuuttnyaahh..." batin Shisui dengan wajah merah.
Kami pun melanjutkan makan dan kembali ke rumah sakit.
-o-
Aku sudah menjalankan ujian kelulusan ku dengan baik dan sempurna. Walau penuh perjuangan, aku tetap menjalankan kewajibanku membuat roti, mengantar roti, sekolah, pelajaran tambahan, les, ditambah mengurus Naruto yang masih dalam proses penyembuhan yang membuatku semakin repot. Hufft... dan untung nya, aku bisa melewati semua cobaan ini.
Sambil menunggu hasil ujian dan pengumuman kelulusan, aku mengasah kemampuan ku membuat kue/roti. Setiap hari aku membuat roti dan menjual nya. Dengan berbagai kreasiku dan usaha promosi yang Naruto lakukan, toko roti kami hampir setiap saat di penuh pelanggan.
"Terima kasih kak. Selamat menikmati dan selamat datang kembali." Ucapku pada salah satu customer
Tugasku sebagai pelayan dan kasir. Nenek hanya membantu melayani customer yang kebingungan memilih kue/roti. Jika Naruto sudah pulang, dia bertugas sebagai pelayan dan kurir.
"Selamat datang, ada yang bisa kami bantu? Mau cari roti atau kue kak?" Tanya ku pada customer wanita cantik yang berdiri di hadapanku. "Baru kali ini aku melihat wanita seumuranku yang lebih tinggi dariku." Batinku. Selama ini aku selama ini aku menjadi yang paling tinggi di antara beberapa teman wanitaku
"Aku mau roti yang ini." Dia menunjuk roti merah hitam buatanku. "Bisa aku mencoba nya 1 slice? Aku ingin memesan roti." Tanya wanita itu.
"Oh bisa... sebentar saya siapkan. Silahkan duduk di sebelah sana." Ujar nenek melayani wanita cantik itu
Aku masih memperhatikkannya diam diam. Dia memakai blouse putih tulang dengan celana kulot hijau. Perpaduan yang bagus dengan rambut putih dan mata hijau nya. "Ah..." aku memperhatikan kaki nya. "Ternyata memakai highheels. Pantas saja lebih tinggi." Batinku sambil melayani customer berikutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Too Late To Love You
Fanfic"Maaf... maaf aku terlambat menyadarinya. Maaf aku tidak memperhatikanmu sejak awal. Maaf aku tidak pernah membuka hati untuk mu. Maaf. Maaf. Maaf." Ujarku menangis sejadi jadi nya. "Tidak ada kata terlambat untukmu. Karna aku selalu menunggu mu."...