Lari Atta begitu cepat. Dia juga tidak melihat jalanan yang ramai. Fikiran cowok itu hanyalah "DEWITA". Perkataan orang ditelpon tadi membuatnya begitu khawatir akan keadaan adiknya itu.
Sesampainya di depan rumah, Atta bisa melihat Dewita sedang menangis dipelukan Rian. Dengan segera Atta berlari menghampiri adiknya. "Dik, lo kenapa?" tanya Atta membuat Dewita melepas pelukannya. Atta langsung saja memeluk adiknya itu yang menangis. Ia juga merasa tubuh adiknya yang tidak teratur karena isak tangis.
Atta melepas pelukannya lalu dengan cepat memukul pipi Rian. Pukulan Atta yang tidak Rian waspadai membuat tubuh cowok itu terjatuh. Dengan ganasnya Atta menindih tubuh Rian dan memukul habis wajah Rian.
Dewita yang melihat Atta memukuli Rian dengan ganasnya langsung menyuruh Atta untuk berhenti. "Kak, jangan pukulin Rian. Dia gak salah Kak!"
Atta tidak menggubris perkataan adiknya. Dia begitu marah dengan Rian yang telah membuat adiknya menangis. "KAKAK BERHENTI KAK!!"
Mendengar teriakan adiknya itu, Atta berhenti memukuli Rian. Cowok itu berdiri dan menoleh ke arah adiknya. "Dik, kenapa suruh Kakak buat berhenti? Cowok ini udah berani buat adik Kakak nangis sampai kayak gini," kata Atta sambil menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indah milik Dewita.
Dewita melepas tangan Atta dari pipinya. "Kak Rian gak salah Kak, dia yang udah nolongin Dewita."
Untuk beberapa saat, Atta merasa bingung. Sepertinya ia memang salah. Jika Rian yang membuat Dewita menangis, lalu kenapa cowok itu menelponnya tadi. Awalnya Atta memang tidak tahu siapa yang menelponnya, tapi ia ingat suara berat milik Rian.
"Jadi, trus yang salah siapa Dew?" tanya Atta sambil menenangkan tubuh Dewita yang mulai tak beraturan karena isak tangis.
Rian dengan sisa tenaganya berusaha untuk berdiri. Sesekali ia merasakan sakit diwajahnya. Pukulan Atta sangatlah keras dan cowok itu telah membuat banyak luka diwajahnya. "Yang salah tuh lo Ta, seharusnya sebagai Kakak, lo jagain Dewita. Gue udah bilang kan kalau lo harus jagain Dewita. Tapi kenyataannya, lo gak ada disaat Dewita dalam bahaya."
Atta merasa bersalah, tapi ia ingin tahu, bahaya apa yang dialami oleh adiknya. "Dik, Kakak tanya, kenapa kamu nangis?"
"Hiks...hiks...buat apa Kakak tahu sementara Kakak gak pernah mau tahu."
"Dew, jawab pertanyaan Kakak.""Adik lo hampir diperkosa sama Tito," kata Rian langsung membuat tubuh Atta lemas.
Perkataan Rian begitu membuatnya sedih. Alasan adiknya menangis ternyata karena Tito. "Beneran, Dew?"
Dewita mengangguk dan langsung memeluk sang Kakak. "Tapi, masih hampir kan dik?"
"Iya Kak, untung Kak Rian nyelametin aku," jawab Dewita masih dengan isak tangis. Atta melepas pelukannya, lalu berjalan menghampiri Rian yang bersandar dipilar teras rumah.
"Rian, gue terima kasih banget, karena lo udah nyelametin adik gue. Entah apa yang terjadi kalau lo gak datang tepat waktu."
"Gue harap, mulai sekarang lo jagain Dewita. Dia masih SMP, Ta. Jangan sampai dia gak bisa ngeraih cita-citanya hanya karena kelakuan Tito."
"Iya, gue bakal jagain Dewita. Maaf gue udah mukul lo sebelum tahu masalahnya."
"Santai aja. Sekarang lo tenangin adik lo, gue cabut dulu."
"Tapi wajah lo..."
"Gapapa, adik lo lebih penting sekarang," kata Rian lalu berjalan pergi meninggalkan area rumah Atta.~·~
"Istirahat, Dew. Jangan terlalu difikirin," kata Atta lalu mencium puncak kepala adiknya dan akan berniatan pergi. Tapi tangan mungil Dewita mencegahnya. Membuat bokongnya kembali menempel pada tempat tidur Dewita.
![](https://img.wattpad.com/cover/117043949-288-k757234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau
Teen Fiction[Sudah Tamat] "Kenapa dia datang di saat semuanya sudah hilang?" Ditinggalkan lebih dari 2 tahun, membuat Caca tidak ingin jatuh cinta lagi. Rasa cintanya terhadap Atta pun sudah hilang. Dia tidak pernah tahu, apa alasan Atta meninggalkannya. Hal...