BAB 30

747 39 0
                                    

Atta sudah siap untuk makan malam di rumah Emi. Sebenarnya ini karena paksaan Papanya. Dia pun tidak tahu mengapa ada makan malam mendadak begini. Semua anggota keluarganya kini sudah berada di depan pintu rumah Emi. Lalu seorang gadis yang Atta kenal membukakannya. Gadis itu adalah Emi dengan senyuman saat melihat wajahnya. Dengan terpaksa dirinya membalas senyuman Emi tersebut.

Setelah acara bersalam-salaman, semua anggota keluarga telah duduk di meja makan. Diatas meja makan sudah tersedia berbagai makanan yang mengundang nafsu makan. Atta yakin jika Caca melihat semua makanan ini, gadis itu dengan cepat akan melahapnya. Membayangkan itu membuat Atta senyum-senyum sendiri.

"Kakak ngapain senyum-senyum lihat makanan, jangan buat malu deh, Kak. Ntar juga kita bakal makan kok," ucap Dewita pelan. Atta hanya diam tidak mau membuat suasana kacau.

"Selamat malam semuanya, sebelum kita makan, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan," ucap Suryo membuka pembicaraan dengan hangat, "sebelumnya saya senang dengan tali sillaturahmi yang kita jalin. Apalagi dengan perjodohan ini membuat tali sillaturahmi kita akan semakin kuat."

Mendengar kata perjodohan membuat Atta terkejut. Menatap Suryo dengan tatapan tajam. Lalu ditatapnya satu persatu orang disini. Semuanya terlihat ceria dengan senyum diwajah mereka. Kecuali dirinya dan adiknya yang hanya diam. Disenggolnya lengan sang adik membuat gadis kecil itu menoleh, "ada apa, Kak?"

"Maksud mereka apa dengan bilang kalau, 'dengan perjodohan ini membuat tali sillaturahmi akan semakin kuat', kan perjodohannya sudah batal."

Dewita mengangkat kedua bahunya, "Dew, juga gak tahu. Bukannya waktu itu Kakak juga bilang kalau Kak Emi setuju perjodohannya dibatalkan?"

"Untuk Atta sama Emi, jangan terlalu difikirkan dulu perjodohan yang telah disepakati. Kalian harus fokus untuk belajar, karena pernikahannya juga masih nunggu kalian lulus SMA," kata Haki. Mendengar itu Atta bangkit dari duduknya. Semuanya semakin membuatnya bingung.

"Atta? Kamu mau ke mana?" tanya Hana yang tidak digubris oleh Atta.

"Maksud Om sama Papa apa? Perjodohan itu kan udah dibatalkan," kata Atta membuat Suryo, Haki, Nani, dan Hani bingung.

"Loh, siapa yang bilang kalau perjodohannya dibatalin, nak Atta?" tanya Nani pelan.

"Emi sendiri setuju kalau perjodohannya dibatalin," kata Atta menunjuk Emi. Seketika Emi menjadi gugup dan takut.

"Nak Atta suka bercanda ya, anak Om aja gak pernah bilang gitu. Dia itu excited lo saat Om bilang kalau kamu sekeluarga bakal makan malam di sini. Dia seneng banget saat tahu kalau kamu yang dijodohin sama dia, nak Atta," kata Suryo dengan nada tenang.

"Em! Jelasin semuanya kalau lo setuju perjodohan ini dibatalkan!"
Emi dengan gugup dan bibir yang kaku mencoba untuk mengatakan sesuatu, "waktu..i..iituuu...aaaku cuma bohong. Sebenarnya aku gak mau kalau perjodohan itu dibatalkan sebab aku sayang kamu."

BRAKK!!

Setelah memukul meja makan dari kayu itu, Atta berjalan pergi. Sudah tidak tahan lagi berada disana. "Atta! Gak sopan kamu ya."

"Biar Emi yang nyusul, Om," kata Emi lalu menyusul kepergian Atta.

Dengan cepat Emi mencegah Atta yang hendak keluar dari area pekarangan rumahnya. "Kamu mau ke mana?"

"Minggir lo!" bentak Atta sambil mendorong tubuh Emi ke samping. Dengan sigap Emi menarik tangan Atta membuat cowok itu berhenti.

"Apaan sih lo, cewek gak tahu diri, omongan lo itu ternyata palsu. Gue nyesel udah minta bantuan ke lo!"
"Ta, maafin aku. Aku gitu biar bisa deket sama kamu. Cuma itu aja gak ada niatan lain."
"Jadi itu alasan lo, pantes waktu gue bilang kalau kita berhenti aja tapi lo tetep aja maksa biar gak berhenti. Ternyata lo cuma manfaatin situasi. Lo tahu, karena omongan lo waktu itu, kalau lo bilang mulai punya rasa ke Kiki. Gue udah cerita sama Kiki, gue ijin sama dia buat deket sama lo tapi gak lama. Lo udah buat harapan Kiki hancur!"

KauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang